Lubukbasung (ANTARA) - Hasil tangkapan pensi atau kerang air tawar di sepanjang aliran sungai dan selokan yang mengaliri air Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat meningkat dari tujuh liter menjadi 15 liter per hari.
Salah seorang nelayan, Rina (47) di Lubukbasung, Kamis, mengatakan 15 liter itu dengan waktu delapan jam untuk mencari pensi di sepanjang sungai atau selokan yang mengaliri air danau vulkanik itu.
"Biasanya hasil tangkapan saya hanya tujuh sampai delapan liter per hari dan beberapa hari lalu meningkat mencapai 15 liter," katanya.
Ia mengatakan, pensi itu dicari menggunakan keranjang di sepanjang aliran sungai dan selokan di Kecamatan Lubukbasung.
Pensi itu hidup di dalam lumpur atau pasir di dalam sungai atau selokan, sehingga butuh kerja ekstra untuk mendapatkan dengan jumlah banyak.
Setelah di dapat, tambahnya, pensi itu dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga sesuai dengan ukuran.
"Ukuran kecil sekitar satu centimeter dijual seharga Rp4 ribu per liter dan ukuran dua centimeter dengan harga Rp6 ribu per liter," kata ibu lima orang anak itu.
Ia mengakui mulai menjalankan pekerjaan itu setelah suaminya meninggal dunia pada 2019. Untuk menafkahkan anak-anaknya, ia mencari pensi di sungai dan selokan.
Untuk tantangan selama mencari pensi di seloka ada sebagian warga yang melarang bahwasanya pensi itu dilarang warga sekitar.
"Apabila ada warga melarang, saya langsung pergi ke daerah lain. Kadang-kawang, sayang was-was saat berada dalam sungai takut dimarahi warga," katanya.
Sementara nelayan lainnya, Herni (42) menambahkan pensi itu merupakan biota asli Danau Maninjau. Namun semenjak air danau tercemar, maka banyak ditemukan di sungai dan selokan.
"Biasanya pensi hanya ada di Danau Maninjau dan semenjak air danau tercemar pensi sudah berkurang di danau," katanya.