Solok (ANTARA) - Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) telah banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, salah satunya Rely Yanti Lubis (34), peserta JKN-KIS dari segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang merupakan warga Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Rely telah menjadi peserta Program JKN-KIS sejak tahun 2016. Ia mengaku merasakan manfaat menjadi peserta JKN-KIS setiap kali ia dan keluarganya mendapatkan pelayanan kesehatan selama ini.
"Waktu saya melahirkan pakai JKN-KIS, saya juga pernah sakit dan berobat ke Puskesmas. Anak saya juga pernah dirawat tiga hari di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arosuka karena dikhawatirkan terminum air ketuban," ujar Rely baru- baru ini di Solok.
Selama memanfaatkan kepesertaan JKN-KIS, ibu empat anak ini mengaku tidak pernah dibebankan biaya apa pun. Rely memuji pelayanan yang diberikan karena meskipun menggunakan kepesertaan JKN tidak ada beda dengan pasien umum lainnya.
"Selama ini saya belum pernah mengeluarkan biaya kalau berobat pakai kartu JKN-KIS. Pelayanannya juga bagus, tidak pernah saya dibedakan dengan pasien umum, tidak terkecuali di Puskesmas juga. Administrasinya juga tidak ribet selama kita mengikuti semua prosedur sesuai ketentuan," ungkap Rely.
Wanita yang sehari-harinya sebagai buruh tani ini mengaku sangat bersyukur dengan adanya Program JKN-KIS yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Dia berharap Program JKN-KIS selalu hadir dengan pelayanan yang semakin baik untuk masyarakat.
Ia pun sangat bersyukur karena sudah menjadi peserta JKN-KIS. Bahkan ia tidak bisa bayangkan kalau tidak punya kartu JKN-KIS, berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan selama ini untuk berobat seandainya tidak ada program ini. Ia berharap program ini bisa terus hadir melayani masyarakat sehingga tidak ada lagi masyarakat yang kesulitan mendapat pengobatan.
Apa lagi sakit datang ketika sedang tak punya biaya sedikitpun, pinjam uang pun susah di tengah pandemi Covid-19 ini. Maka sangat berharap sekali keluarga lainnya juga dapat BPJS Kesehatan.
"Ditambah lagi kerjaan sehari-harinya hanya berjualan dan sebagai buruh tani," kata dia.
Ia juga bersyukur karena selama ini BPJS Kesehatan sudah banyak membantu untuk biaya kesehatan dan biaya melahirkan. "Kalau bukan karena program ini, mungkin saya dan suami sudah kesulitan untuk bayar biaya melahirkan yang diperkirakan sekitar Rp6 juta lebih," ucap Rely.