Padang (ANTARA) - Momentum peringatan 50 tahun wafatnya Syekh Sulaiman Arrasuli (SSA), beografinya dibedah dalam webiner nasional sebagai langkah awal untuk pengusulan pendiri Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) itu sebagai Pahlawan Nasional.
Dalam webiner yang bertajuk "Syekh Sulaiman Arrasuli, Pejuang, Pemersatu Umat dan Bangsa" menghadirkan para pembicara dari berbagai disiplin ilmu dan profesi digelar pada 31 Oktober 2020.
Para pembicara Prof. Dr. Asvi Warman Adam dari Sejarawan LIPI, Ridwan Saidi unsur Budayawan, Prof. Abdul Shamad, Lc., Ph.D. dari unsur ulama, Prof. Dr. H. Alaiddin Koto, MA dari Ketua DPP Tarbiyah-Perti. Selanjutnya pembicara K.H. Ahmad Baso dari Wakil Ketua Lakpesdam PBNU, Drs. H. Guspardi Gaus, M.BA dari Anggota DPR RI, H. Khairul Jasmi, S.Pd. MM sebagai Penulis Novel Inyiak Sang Pejuang.
Webiner dibuka oleh Dr. H. Zukri Iska yang menyampaikan kegiatan ini merupakan langkah untuk pengusulan Syekh Sulaiman Arrasuli (SSA) menjadi Pahlawan Nasional, karena beliau sudah menunjukkan sumbangsih dan kontribusinya dibidang pendidikan, agama, adat dan perjuangan bangsa ini.
Syekh Sulaiman Arrasuli adalah pendiri sekolah/pesantren Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Candung yang sampai sekarang telah menghasilkan ribuan alumni yang berkiprah di berbagai bidang ini, tidak hanya mengabdikan diri dalam dunia pendidikan saja tapi juga di bidang dakwah, sosial masyarakat dan lain sebagainya.
Berbagai organisasi yang beliau gagas dan bidani seperti Ittihadul Ulama Minangkabau, Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Mahkamah Syari'ah di Sumatera Tengah, hingga diamanahi sebagai Ketua Sidang Konstituante Pertama RI, menjadi media perjuangan beliau baik dalam merebut maupun dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.
Sejarawan dari LIPI Prof. Dr. Asvi Warman Adam menyampaikan banyak pandangan dan saran untuk melengkapi beografi Inyiak Canduang ulama karismatik itu sebagai bahan untuk diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.
Dalam pengajuan tokoh untuk menjadi pahlawan nasional perlu dipertegas kontribusi terhadap bangsa dan negara, tambahnya.
Begitu juga halnya dengan Syekh Sulaiman Arrasuli (SSA) yang harus dipersiapkan dan dilengkapi oleh tim terhadap bentuk dan sikap beliau terhadap perjuangan bangsa dan negara.
Selain itu, bentuk penghargaan dari negara dan masyarakat diperoleh Inyiak Canduang, termasuk pengakuan masyarakat dan daerah misalnya apakah sudah ada jalan atau gedung atas nama tokoh ulama ini di daerah.
"Sebagai Ketua Sidang Konstituante Pertama RI, bagaimana sikap dan kontribusinya ketika itu. Juga ada dibeberapa buku menyebutkan Inyiak Canduang pernah mengeluarkan fatwa jihad melawan penjajah, seperti apa fatwa dan jika masih ada teksnya perlu ditonjolkan dan diungkap dalam beografi SSA," sarannya.
Selanjutnya Budayawan Babe Ridwan Saidi menyampaikan bahwa Inyiak Canduang adalah Pahlawan karena orang yang mencetuskan perlawanan terhadap komunisme. SSA juga penggagas pertemuan ribuan ulama di Kota Bukittinggi yang cukup menggelegar ketika itu, sehingga di waktu itu disampaikan dan dicetuskan mengharamkan komunisme.
Dalam kesempatan itu, Ridwan Saidi menyarankan agar dituliskan kembali sejarah Minangkabau lebih lengkap dengan sebaik mungkin karena banyak yang perlu diwariskan terhadap generasi selanjutnya.
Sementara itu Prof. Abdul Somad dalam video yang disampaikanya menyatakan bahwa pada momentum haul ke-50 wafatnya Syekh Sulaiman Arrasuli, penting untuk mencontoh dan mengambil pembelaran dari kehidupannya.
Selain itu, tambah UAS, pengusulan SSA sebagai Pahlawan Nasional sebenarnya bukan kehendak Inyiak Canduang, keluarga atau organisasi yang didirikannya (Perti) tetapi adalah bentuk penghargaan sebagai anak bangsa karena beliau sudah berjasa.
Menurut anggota DPR RI Dapil II Sumbar Guspardi Gaus, bahwa dalam penulisan Beografi SSA harus ditonjolkan beliau sebagai pendidik, ulama dan tokoh pejuang. Bahkan, tambah Guspardi, SSA adalah politisi sejati karena diamanahi sebagai Ketua Sidang Konstituante Pertama RI.
Pengurus DPP Perti Prof. Alaiddin Koto mengatakan memperjuangan Syekh Sulaiman Arrasuli (SSA) sebagai Pahlawan nasional bukan untuk kepentingan beliau, keluarganya dan Perti, tapi untuk kepentingan bangsa.
Menurut dia, dalam kehidupan berbangsa saat ini ada dua khazanah yang perlu digali, di antaranya khazanah intelektual anak-anak bangsa ini. Dalam artian semakin banyak pahlawan dan pemikirannya dihargai tentu semakin baik bagi masa depan bangsa ini.
Selanjutnya Khairul Jasmi menyampaikan SSA salah satu tiang dari ulama zaman modern Minangkabau dan tokoh penting, bisa dibuktikan dengan sebesaran sekolahnya pada 1942 tercatat 300 MTI dengan murid 45.000 santri.
Jikapun ada pada waktu itu yang memiliki sekolah sebanyak, tambah penulis Novel Beografi Inyiak Pejuang itu, mungkin tidak banyak dan salah satunya adalah Inyiak Canduang. Dalam hal bidang pendidikan ini saja, terbukti kontribusinya terhadap pencerdasan kehidupan bangsa.
Selain itu, waktu PRRI bahwa seruan Inyiak Canduang lah yang meredam pertentangan kaum muda dan kaum tua Minangkabau. SSA kalau melihat ilmu agama, adat dan sastranya tak diragukan lagi.
"Hanya saja kisah-kisah perjuangan Inyiak Canduang sangat kurang terekspose dalam bentuk teks-teks seperti buku. Hal ini perlu para murid-murid dan para alumni MTI dimana pun bisa menulisnya tentang SSA karena masih banyak sisi yang dapat diungkap," saran wartawan senior itu.
Webiner nasional yang bertindak menjadi moderator Dr. Aldomi Putra, S.Th.I, M.A, dan Host Rita Noor Arrasuli.