Jakarta (ANTARA) - Akademisi dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti Agus Riyadi mengatakan sektor pariwisata harus mempersiapkan standar baru dalam menghadapi era "New Normal".
"Kita perlu segera membuat prosedur operasional standar baru untuk perhotelan dalam kondisi pandemi seperti ini. Kita bisa belajar dari pengalaman negara lain yang memiliki kasus serupa," ujar Agus dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad.
Dia menambahkan pembuatan standar baru tersebut sangat penting bagi dunia pariwisata agar pelaku usaha memiliki standar yang sama dalam menyikapi "New Normal". Sehingga sektor pariwisata dapat bangkit kembali.
Perubahan perilaku konsumen akan menuntut industri pariwisata memberikan jaminan keamanan bagi pengunjung.
"Nantinya, setiap ruangan harus sering disterilkan. Belum lagi, bagian yang sering dipegang tangan, seperti tombol lift, pintu atau elevator yang butuh penanganan ekstra karena jadi sumber penularan virus. Semua upaya itu bisa menguras dana dan tenaga," terang dia.
Staf pengajar Departemen of Rehabilitation Medicine Division FKUI, dr Wanarani Aries, mengatakan pandemi yang terjadi setiap 100 tahun sekali itu disebabkan terganggunya keseimbangan alam. Sehingga butuh tatanan baru dalam semua bidang usaha, termasuk bisnis pariwisata agar mampu bertahan menghadapi COVID-19.
"Seperti apa tatanan baru dalam dunia pariwisata, mari kita rumuskan bersama mulai dari pembuatan standar, edukasi ke masyarakat hingga persiapan sarana dan prasarana agar masyarakat terhindar dari COVID-19," kata Wanarani.
Sektor pariwisata tetap menjanjikan pascapandemi, karena masyarakat butuh liburan untuk kesehatan mentalnya setelah menjalani karantina selama berbulan-bulan.
Oleh karena itu, bisnis pariwisata harus bisa memberi jaminan akan kebersihan dan keamanan dari COVID-19 kepada masyarakat.
"Ruangan dibersihkan dengan disinfektan secara rutin, sediakan penyanitasi tangan yang berbeda untuk dewasa dan anak-anak, kewajiban memakai masker, benda yang sering dipegang tamu harus segera dibersihkan setiap waktu. Protokol kesehatan semacam ini harus dipatuhi baik karyawan maupun tamu," kata Wanarani.
Executive Housekeeper at Oakwood Premier Cozmo Jakarta, Rina Purnamasari, meminta pada pengelola bisnis pariwisata untuk menambah karyawan yang bertujuan agar proses pembersihan ruang dapat berlangsung optimal.
"Jika satu roomboy bertanggungjawab atas 20-25 kamar per hari, kini beban itu harus dikurangi karena waktu bersih-bersih kamar jadi lebih lama.
"New Normal" ini membawa konsekuensi bagi pengelola di bisnis pariwisata untuk mengeluarkan uang lebih banyak. "Mereka harus beli disinfektan yang antivirus, butuh tenaga tambahan untuk urusan bersih-bersih serta sarana dan prasarana lainnya," kata Rina.
Ia menambahkan, pengelola juga harus memberi makanan bergizi baik kepada karyawan agar tidak mudah sakit. terutama makanan yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Berita Terkait
Tingkat pengangguran di Kota Solok alami penurunan usai COVID-19
Kamis, 7 Maret 2024 20:16 Wib
Gubernur Sumbar ajak IMA Padang ikut promosikan potensi daerah
Sabtu, 24 Februari 2024 19:43 Wib
BPS ungkap perubahan pola konsumsi masyarakat Sumbar saat COVID-19
Rabu, 24 Januari 2024 15:32 Wib
Pembatasan vaksin COVID-19 gratis
Kamis, 4 Januari 2024 12:23 Wib
Pj Gubernur imbau warga pakai masker cegah penularan COVID-19 di libur Natal
Minggu, 24 Desember 2023 18:52 Wib
Imbauan antisipasi penyebaran COVID-19
Senin, 18 Desember 2023 15:55 Wib
BI: Ekonomi Sumbar tetap tumbuh pascapandemi COVID-19
Kamis, 30 November 2023 13:05 Wib
Menkes: Wabah pneumonia di China bukan virus baru seperti COVID-19
Rabu, 29 November 2023 14:03 Wib