Pasaman Barat siap pecahkan rekor MURI ma-apam 1.500 tungku

id Ma apam, rekor muri, pasaman barat

Pasaman Barat siap pecahkan rekor MURI ma-apam 1.500 tungku

Ketua Panitia memasak apam, Ny Sifrowati Yulianto saat meninjau persiapan ma-apam di Taman Hutan Kota Padang Tujuh Pasaman Barat yang akan memecahkan rekor MURI yang akan dilaksanakan Kamis (12/3). (ANTARA SUMBAR/Altas Maulana)

Simpang Empat, Sumbar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat Sumatera Barat (Sumbar) siap memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) ma-apam atau memasak makanan dari tepung beras oleh kalangan ibu-ibu sebanyak 1.500 tungku.

"Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan budaya Minangkabau khususnya di Pasaman Barat. Karena tradisi ma-apam selalu dilakukan oleh masyarakat khususnya Pasaman Barat sebelum memasuki Bulan Rajab," kata Wakil Ketua Panitia Andrinaldi di Simpang Empat, Minggu (8/3).

Ia mengatakan tradisi ma-apam perlu diestarikan, karena tradisi ini dilakukan hanya pada bulan khusus, seperti menyambut bulan suci Ramadhan dan Maulid Nabi Muhammad SAW.

"Kegiatan ma-apam ini akan dilaksanakan pada Kamis (12/3) nanti dengan 1.500 tungku di Taman Hutan Kota Padang Tujuh," katanya.

Untuk pesertanya bebas dari semua kalangan ibu-ibu berusia 30 tahun ke atas.

"Peserta yang ikut tidak membayar atau gratis. Panitia menyiapkan semuanya termasuk 1.500 tungku," ujarnya.

Selain itu juga akan diadakan lomba foto ma-apam dan lomba logo ma-apam. Pemenangnya nanti akan diberika hadiah.

"Kita juga akan memecahkan rekor MURI nantinya dengan menyediakan 1.500 tungku tempat memasak apam itu. Orang MURI dipastikan hadir nantinya," sebutnya.

Ia menjelaskan tradisi memasak makanan oleh ibu-ibu yang terbuat dari tepung beras yang dinamakan ma-apam dilaksanakan menjelang memasuki Bulan Rajab akan tetap terus dilestarikan.

"Tradisi ma-apam hingga saat ini terus berlanjut setiap memasuki Bulan Rajab. Tradisi ini perlu dilestarikan dalam rangka memupuk kebersamaan," ujarnya.

Ia mengatakan kegiatan ma-apam tersebut merupakan tradisi yang sudah puluhan tahun berlangsung. Saat memasak apam itu nilai kebersamaan sangat terlihat.

"Memasak apam itu asik, penuh canda tawa dan kebahagian. Tradisi ini akan terus lestari jika semua ibu-ibu bisa melanjutkan tradisi ini. Selain itu, ada doa yang tersemat di balik tradisi tersebut," ujarnya.

Menurutnya tradisi yang sudah turun dan temurun tersebut selain mempererat tali silaturahmi masyarakat, juga ikut mengajak meningkatkan persatuan dan kesatuan.

Bahan dasar pembuat apam terbilang sangat mudah didapat, seperti tepung beras yang sudah ditumbuk, santan kelapa, garam, gula, dan sejumlah pemanis alami seperti gula aren. Setelah di siapkan semua bahan diaduk menjadi satu dan berbentuk cairan putih.

Biasanya setelah di masak apam disantap bersama-sama atau dibagikan kepada masyarakat dan sanak keluarga.*