Padang (ANTARA) - Sandal jepit harga Rp40 ribu. Bagi sebagian orang mungkin terdengar mahal. Namun bagi sebagian orang, harga itu sudah sangat pantas karena sandal jepitnya memang tidak biasa.
Sandal jepit itu sandal berukir. Ya, sandal jepit berukir karakter kartun kesayangan. Ada Doraemon, Shinchan, Mickey Mouse hingga One Piece. Sandal yang awalnya biasa, tiba-tiba menjadi unik dan khas dengan ukiran-ukiran tersebut.
Dinda Fathiah Edison (27), begitu nama gadis yang memiliki kreativitas unik yang tidak terpikirkan oleh orang lain itu.
Dengan kemampuannya menggambar secara otodidak, membuat sketsa dan ketekunannya mengukir, sebuah sandal jepit yang berharga Rp15 ribu, bisa disulap menjadi produk kreatif dengan harga Rp30 ribu hingga Rp40 ribu.
Awal mula mengukir sandal dilakukan Dinda pada 2015. Saat itu ia hanya menyalurkan hobi melukis lalu mengukirnya di sandal. Sandal itu dipakai sendiri.
Namun lama kelamaan ternyata cukup banyak yang berminat hingga ia mulai menjualnya satu tahun kemudian pada 2016. Karakter yang diukir juga tidak semata yang disukainya, tetapi mulai melirik pasar.
Artinya, ia berupaya untuk mengukir karakter kartun yang disukai konsumen, bahkan bisa memesan melalui akun instagramnya @dindafedison atau @sandalukisan.
Uniknya, Dinda mengukir satu karakter pada sepasang sandal jepit itu. Setengah ukiran untuk setengah sandal. Karakternya baru akan terlihat utuh jika sepasang sandal itu diletakkan berdampingan.
Hal itu menguntungkan karena pasangan sandal tidak akan tertukar, karena pengguna sandal jepit memang luar biasa banyaknya.
Kreativitas tidak mesti linier dengan latar belakang pendidikan
Kreativitas yang berawal dari kemampuan melukis yang dimiliki Dinda bukan didapat dari latar belakang pendidikan yang spesifik. Ia tidak memiliki latar belakang pendidikan atau pelatihan seni. Ia adalah lulusan dari Jurusan Manajemen Universitas Andalas.
Kemampuan itu diasahnya secara otodidak. Mencoba dan terus mencoba hingga mendapatkan hasil yang lumayan. Semakin sering dilakukan hasilnyapun semakin bagus. Keahlian ternyata tidak selalu datang dari pendidikan yang ditempuh, tetapi lebih kepada tekad dan keinginan masing-masing.
Dengan kreativitas itu, Dinda bisa meraih omzet hingga Rp1,5 juta bahkan lebih dalam sebulan. Hasil yang lumayan, mengingat kegiatan mengukir sendal itu biasanya dilakukan Dinda pada akhir pekan saja.
Pemasaran tidak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga memanfaatkan teknologi, terutama media sosial sehingga pemesan tidak hanya datang dari Padang, tetapi juga dari beberapa daerah di Indonesia.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Barat Zirma Yusri menilai kreativitas adalah salah satu faktor utama sebuah usaha bisa berkembang. Dengan kreativitas, produk yang dihasilkan memiliki ciri khas sendiri yang relatif tidak dimiliki produk lain sehingga lebih bisa bersaing.
Namun menurutnya tidak semua pelaku usaha apalagi UMKM yang memiliki "syarat" itu. Sebagian hanya mengikuti tren sehingga usaha tidak bisa bertahan lama. Setelah tren selesai, usahapun tutup.
Ia berharap makin banyak generasi muda kreatif yang menjadi enterpreneur, penggerak perekonomian daerah.*