Turuti anak, Yusi terhindar kerusuhan di Papua
Painan, (ANTARA) - Salah seorang warga Nagari Lakitan Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Yusi Osmaneli (28) terhindar dari kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua pada Senin (23/9) setelah menuruti kemauan putranya, Dzikran (3).
"Jika waktu itu saya tidak menuruti keinginan Dzikran saya tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kami," kata Yusi Osmaneli (28) di rumahnya di Nagari Lakitan Selatan, Rabu.
Ia menjelaskan pagi sebelum kerusuhan, ia berencana ke pasar tempat insiden tersebut terjadi, namun karena memiliki firasat yang kurang baik, ia akhirnya memberikan pilihan ke putranya, Dzikran.
"Waktu itu saya bertanya kepada Dzikran apakah ke pasar dulu atau ke tempat reparasi kendaraan, karena jauh sebelumnya saya juga memiliki rencana untuk mengubah tampilan sepeda motor saya," katanya.
Karena si anak menjawab lebih baik ke tempat reparasi kendaraan dulu setelah itu baru ke pasar, ia pun segera mengendarai sepeda motornya ke sana.
Sesampainya di sana ia berbincang-bincang seputar reperasi kendaraan dengan pemilik usaha sekitar 15 menit, setelah semuanya dinilai cukup ia langsung mengendarai sepeda motornya ke arah pasar.
"Jarak antara tempat reperasi dengan pasar hanya sekitar 500 meter, setidaknya saya sudah menempuh sekitar 200 meter dan dari kejauhan terlihat asap mengebul, orang berlari sambil berteriak-teriak untuk segera menjauh," katanya.
Melihat situasi itu, ia berupaya meyakinkan putranya bahwa situasi aman-aman saja, sembari terus memperhatikan orang-orang di sekitar.
"Semakin lama saya perhatikan situasi semakin tidak terkendali dan saya segera berbalik arah dan memacu kendaraan ke kantor Polres Wamena," katanya lagi.
Di waktu bersamaan, selain dirinya juga ada warga lain yang memacu kendaraannya ke sana, bahkan diantaranya ada yang berlari terbirit-birit.
"Waktu itu suasananya begitu mencekam, sebuah batu sempat membuat kaki sebelah kanan saya memar. Saya trauma untuk kembali mengingatnya," katanya lagi.
Dari catatan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan setidaknya sembilan warganya tewas dalam insiden tersebut, delapan diantaranya dimakamkan di Pesisir Selatan dan satunya karena berbagai alasan dimakamkan di Wamena. (*)
"Jika waktu itu saya tidak menuruti keinginan Dzikran saya tidak tahu apa yang akan terjadi kepada kami," kata Yusi Osmaneli (28) di rumahnya di Nagari Lakitan Selatan, Rabu.
Ia menjelaskan pagi sebelum kerusuhan, ia berencana ke pasar tempat insiden tersebut terjadi, namun karena memiliki firasat yang kurang baik, ia akhirnya memberikan pilihan ke putranya, Dzikran.
"Waktu itu saya bertanya kepada Dzikran apakah ke pasar dulu atau ke tempat reparasi kendaraan, karena jauh sebelumnya saya juga memiliki rencana untuk mengubah tampilan sepeda motor saya," katanya.
Karena si anak menjawab lebih baik ke tempat reparasi kendaraan dulu setelah itu baru ke pasar, ia pun segera mengendarai sepeda motornya ke sana.
Sesampainya di sana ia berbincang-bincang seputar reperasi kendaraan dengan pemilik usaha sekitar 15 menit, setelah semuanya dinilai cukup ia langsung mengendarai sepeda motornya ke arah pasar.
"Jarak antara tempat reperasi dengan pasar hanya sekitar 500 meter, setidaknya saya sudah menempuh sekitar 200 meter dan dari kejauhan terlihat asap mengebul, orang berlari sambil berteriak-teriak untuk segera menjauh," katanya.
Melihat situasi itu, ia berupaya meyakinkan putranya bahwa situasi aman-aman saja, sembari terus memperhatikan orang-orang di sekitar.
"Semakin lama saya perhatikan situasi semakin tidak terkendali dan saya segera berbalik arah dan memacu kendaraan ke kantor Polres Wamena," katanya lagi.
Di waktu bersamaan, selain dirinya juga ada warga lain yang memacu kendaraannya ke sana, bahkan diantaranya ada yang berlari terbirit-birit.
"Waktu itu suasananya begitu mencekam, sebuah batu sempat membuat kaki sebelah kanan saya memar. Saya trauma untuk kembali mengingatnya," katanya lagi.
Dari catatan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan setidaknya sembilan warganya tewas dalam insiden tersebut, delapan diantaranya dimakamkan di Pesisir Selatan dan satunya karena berbagai alasan dimakamkan di Wamena. (*)