Komoditas ini yang menjadi unggulan Solok selain beras

id minyak atsiri

Komoditas ini yang menjadi unggulan Solok selain beras

Proses pengolahan minyak atsiri. (ANTARA SUMBAR/Tri Asmaini)

Solok, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kota (Pemkot) Solok, Sumatera Barat, masih menjadikan minyak atsiri sebagai komoditas unggulan kota itu pada tahun 2018.

"Kota Solok masih fokus mengembangkan tanaman yang menghasilkan minyak atsiri, yakni sereh wangi dan nilam. Minyak esensial atau minyak aromatik ini sebagai komoditas utama pada 2018 selain beras," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kusnadi didampingi Kasi Perkebunan Rini Meiliza di Solok, kamis.

Ia menyebutkan bahan baku minyak atsiri seperti sereh wangi banyak diproduksi dari pusat penanaman di kelurahan VI Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah dan kelurahan Kampung Jawa, dan Laing Kecamatan Tanjung Harapan. Sedangkan Nilam di Payo karena membutuhkan daerah yang dingin dan tanah yang subur.

Pada 2017 produksi tanaman penghasil minyak atsiri di Kecamatan Lubuk Sikarah mencapai 122,5 ton dan Tanjung Harapan 402,5 ton, dengan jumlah 525 ton dari sekitar 30 ha luas kebun sereh wangi.

Sedangkan 2016 produksinya mencapai 377 ton, dibanding pada 2015 tanaman atsiri hanya terproduksi 79 ton dengan luas tanaman 21,5 ha.

"Kita juga sudah membentuk lima kelompok tani dalam pengembangan tanaman atsiri," ujarnya.

Kelima kelompok itu Kalumpang Saiyo di IV Suku, Sarang Alang dan Damar Jaya di kelurahan Laing, Talago Ampo di Kampung Jawa, dan Agribisnis dari Aro.

Tanaman atsiri sangat dibutuhkan dan dapat diolah menjadi berbagai produk untuk sabun, sariwangi, minyak daun cengkih, dan kenanga bahan pembuatan parfum, minyak aromatik, dan minyak urut yang dapat meningkatkan peredaran darah, sebutnya.

Dalam farmasi, lanjutnya, tanaman penghasil minyak atsiri seperti sereh wangi dapat dibuat dalam penghematan BBM, tetapi belum ada pengelolaannya di Solok.

Pada 2018 pihaknya fokus membina petani untuk pemeliharaan tanaman dan pengoperasian alat penyulingan, sedang pada 2017 sudah membantu pemberian bibit kepada petani.

Dalam penyebaran penjualan, minyak atsiri baru dikirim ke kawasan Pondok, Padang untuk diambil eksportir ke Tiongkok dan Eropa.

Hal ini, imbuhnya karena petani masih memiliki keterbatasan dalam pengelolaan sehingga yang dikirim baru berupa sabun, minyak, dan dalam keadaan bahan baku mentah. Walau sekarang sudah mulai ada penjualan online, tapi masih terbatas.

"Walaupun lahan tanaman atsiri belum begitu luas di Solok, apalagi nilam baru dicobakan ditanam seluas dua hektar, tapi kita optimistis minyak atsiri dari Solok akan semakin berkembang dan dikenal," katanya.

Salah seorang petani pembudidaya minyak atsiri, Djanuardi (60) mengatakan bahwa usaha minyak atsiri cukup menjanjikan sebab satu kilo minyak dihargai Rp270 ribu hingga Rp280 ribu, dan harga cukup stabil.

Dari satu ton daun sereh wangi dapat menghasilkan delapan kilogram minyak,sedangkan dari satu hektare lahan menghasilkan 17,5 ton daun sereh wangi, sebutnya.

"Saya memulai usaha sejak 2015, dan akan terus mencoba membina anggota lainnya untuk dapat mengembangkan minyak atsiri menjadi produk yang bernilai jual," ujarnya.