Delapan sungai yang melintas antardaerah di Sumbar, begini kondisi airnya

id sungai batang anai

Delapan sungai yang melintas antardaerah di Sumbar, begini kondisi airnya

Anggota kelompok sadar wisata Lubuk Alung (LA) Adventure dan Sarasah Kabupaten Padangpariaman, Sumatra Barat sedang latihan arum jeram di aliran Sungai Batang Anai, Minggu (8/10). (ANTARA SUMBAR/ Istimewa)

Dari delapan sungai tersebut indeks kualitas airnya pada 2017 yakni 75,69 masuk kategori baik atau meningkat sekitar lima persen dari 2016 sekitar 71,01 kategori cukup
Padang, (Antaranews Sumbar) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumatera Barat mengklaim kondisi delapan sungai yang melintas antardaerah di provinsi itu pada 2017 secara umum membaik dari 2016.

"Dari delapan sungai tersebut indeks kualitas airnya pada 2017 yakni 75,69 masuk kategori baik atau meningkat sekitar lima persen dari 2016 sekitar 71,01 kategori cukup," kata Kepala Seksi Pencemaran Lingkungan DLH Sumbar, Arief Noviandy di Padang, Kamis.

Menurutnya delapan sungai itu, di antaranya Sungai Batang Agam yang melintasi Kabupaten Agam, Limapuluh Kota dan Kota Payakumbuh, parameternya 75 kategori baik. Sungai Batang Pangian yang melintasi Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Dharmasraya parameternya 67,5 atau masuk kategori cukup.

Selanjutnya Sungai Batang Anai yang melintasi Kabupaten Tanah Datar, Padang Pariaman dan Kota Padang Panjang parameternya 75 atau kategori baik. Sungai Batang Mangor di Kabupaten Agam, Padang Pariaman dan Kota Pariaman 81 masuk kategori baik.

Kemudian Sungai Batang Sinamar yang melintasi Kabupaten Tanah Datar, Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota parameternya 78 atau masuk kategori baik.

Ia menjelaskan pemantauan sungai dilakukan sebanyak dua periode dalam satu tahun dengan pertimbangan keterwakilan musim yang terjadi di Indonesia yakni kemarau dan penghujan.

Arief mengatakan sungai yang rentan terjadi penurunan kualitas air itu, adalah yang lintas daerah karena terdapat beragam aktivitas masyarakat.

"Pencemaran dan kerusakan sungai itu sebagian besar disebabkan oleh limbah domestik dan limbah rumah sakit domestik," ujarnya.

Kemudian di Sungai Batang Pangian dengan parameter 67,5 atau cukup rendah itu disebabkan oleh limbah sawit. Namun pihaknya terus berupaya melakukan pengawasan agar perusahaan pengolah sawit agar tunduk pada peraturan.

Selain itu, penyebab lainnya adalah bencana lingkungan yang terdapat kontribusi manusia di dalamnya, seperti banjir akibat penggundulan hutan, atau banjir yang disebabkan banyak faktor.

"Membuang sampah di sungai juga mempengaruhi kualitas air, kesadaran masyarakat juga belum tinggi untuk membuang sampah pada tempatnya," kata dia.

Penyebab lainnya, lanjut dia karena pembuangan limbah rumah tangga yang langsung ke sungai, misalnya ketika rumah-rumah yang ada di sekitar sungai membuat kamar kecil namun tidak memiliki septi tank, melainkan langsung menyalurkannya ke sungai.

"Ini juga menambah beban sungai sehingga juga mempengaruhi kualitas air," ujarnya. (*)