Perubahan Iklim dan Dampaknya di Sumatera Barat

id iklim

Perubahan Iklim dan Dampaknya di Sumatera Barat

Kondisi persawahan yang berubah jadi ladang jagung. Antara Sumbar/istimewa

Sumatera Barat merupakan daerah tropis yang dilalui garis khatulistiwa dengan memiliki pola curah hujan equatorial ditandai dengan adanya dua puncak musim hujan dalam satu tahun (bimodal) yaitu puncak pertama pada bulan Maret dan puncak kedua pada bulan November.

Dengan rata-rata curah hujan BMKG membagi daerah Sumatera Barat menjadi zona musim (ZOM) dan non zona musim (Non ZOM) ditandai dengan mengalami musim hujan sepanjang tahun.

Daerah non zona Musim ( Non ZOM) yaitu Pasaman Barat, Pasaman, Agam Bagian Barat, Padang Pariaman, Pariaman, Padang Panjang, Pesisir Selatan dan Kepulauan Mentawai. Sedangkan daerah ZOM meliputi Rao (Pasaman), 50 Kota, Payakumbuh, Bukit Tinggi, Agam Bagian timur, Tanah Datar, Solok, Sijunjung, Sawahlunto, Dharmasraya, Solok Selatan.

Sumatera Barat sebagai lumbung padi nasional berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan, hortikultura dan perkebunan pada tahun 2017 dengan produksi padi 2,773,478 ton/tahun dengan luas panen sekitar 507,545 hektar.

Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti terjadinya perubahan musim dan kenaikan suhu udara yang akan berpengaruh pada pola tanam, waktu tanam, produksi dan kualitas hasil.

Fenomena pemanasan global dengan terjadinya peningkatan kejadian cuaca ekstrim yang dapat menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen menjadi tantangan dalam upaya peningkatan produksi padi nasional.

Perubahan iklim menurut EPA (Enviromental Protection Agency) adalah perubahan besar yang terjadi pada iklim bumi yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang. Pemanasan global mengacu pada perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan suhu rata-rata atmosfer bagian permukaan.

Pemanasan global dapat disebabkan dikaitkan akibat aktivitas manusia, khususnya pelepasan jumlah berlebihan gas rumah kaca seperti gambar.

Temperatur global rata-rata naik sebesar 0.74 derjat celcius selama abad ke-20, daratan lebih panas dirasakan daripada lautan. Perubahan iklim disebabkan dari aktivitas manusia (antropogenic) dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (C02, NO2, CH4, CFCs) yang memicu pemanasan global dan kejadian ini berlangsung sejak seratus tahun terakhir.

Laporan WMO Greenhouse Gas Bulletin vol 13 yang dipublish 30 Oktober 2017 tentang gas-gas rumah kaca hampir seluruh konsentrasi gas-gas rumah kaca mengalami peningkatan. C02 terjadi peningkatan 145% diasumsikan sebelum revolusi industi tahun 1750 : 278 ppm 2016 sudah mencapai 403.3 ppm (part per milion).


Berdasarkan tabel diatas gas CH4 yang paling tinggi peningkatannya 257% tahun 1750: 722 ppb (part per bilion) menjadi tahun 2016 : 1853.2 ppb dan untuk N20 122% tahun 1750 : 270 tahun 2016 menjadi 328.9 ppb.

Perubahan iklim dalam skala luas berarti pergeseran jangka panjang dalam pola cuaca/iklim dibumi dengan terjadinya peningkatan suhu udara, perubahan pola curah hujan, pergeseran musim dan kenaikan permukaan laut. Banyak hasil kajian tentang perubahan pola curah hujan di suatu daerah terdapat daerah yang bertambah basah dan daerah yang semakin kering.

Informasi iklim sangat berguna disektor pertanian salah satunya informasi agroklimat Oldeman berdasarkan pola tanam berdasarkan jumlah curah hujan, bulan basah dan bulan kering berturut-turut. Bulan basah didefinisikan Oldeman 1982 jika curah hujan perbulan lebih besar 200 milimeter dan bulan kering kecil dari 100 milimeter. Klasifikasi Informasi agroklimat Oldeman dapat dijadikan acuan dalam kegiatan produksi pertanian dalam penentuan perencanaan pola tanam dan kalender waktu tanam ataupun periode tumbuh yang nantinya dapat dimanfaatkan.

Perubahan curah hujan memiliki dampak perubahan klasifikasi agroklimat Oldeman yang akan berpengaruh terhadap pola tanam tanaman padi di Sumatera Barat.

Data curah hujan telah dikumpulkan di Indonesia lebih dari seratus tahun. Publikasi resmi pertama data curah hujan dikeluarkan pada tahun 1949 dengan periode 1910-1941. Jaringan pencatat/pos hujan hampir tersebar diseluruh kecamatan di Sumatera Barat.

Pencatatan curah hujan terus dilaksanakan sampai saat ini oleh instansi yang ditugaskan BMKG, PU dan Dinas Pertanian. Dampak dari perubahan pola curah hujan di Sumatera barat adalah terdapatnya banyak daerah-daerah yang semakin kering.

Dari survei lapangan yang dilaksanakan tahun 2017 terdapat daerah yang semakin kering di Sumatera Barat yaitu : Luhak, Situjuh, Sijunjung, Sukarami, Lima kaum, Lubuk Basung, Padang laban, Sungai Dareh dan Sungai langsat.

Daerah ini termasuk daerah sentra padi Sumatera Barat. Sawah-sawah tadah hujan sangat terasa dampak perubahan iklim/curah hujan ini dengan merubah pola tanam padi menjadi menanam palawija.

Daerah yang merasakan dampak ini adalah Panti, Lima Kaum, Luak dan Situjuh.

Dahulunya petani dapat menanam padi dua atau sekali dalam setahun saat ini banyak lahan-lahan yang tidak dapat diolah menanam padi karena kurangnya ketersediaan air dan petani mengganti komoditas tanaman dengan menanam palawija.

Pentingnya Dinas pertanian untuk menggunakan informasi agroklimat dan pengaturan pola tanam dalam mitigasi danAdaptasi menghadapi dampak perubahan iklim.

Komoditas pangan, serealia ataupun umbi-umbian dan sayur-sayuran masih tetap menjadi pengganti. Perlunya Adaptasi bagi petani dalam menghadapi iklim yang sudah berubah akan menentukan keberhasilan nantinya.

Upaya adaptasi dan mitigasi terus dilakukan oleh pemerintah dalam memonitor iklim dalam mencapai target swasembada padi yang ditetapkan. Kerjasama lintas intansi terus diperkuat dan BMKG juga senantiasa mengembangkan inovasi dan teknologi untuk penyediaan informasi iklim yang cepat tepat akurat luas dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Tantangan iklim yang terus berubah, dilain pihak informasi iklim yang belum sepenuhnya dipahami masyarakat dengan banyaknya istilah teknis. Dilain pihak minimnya pengetahuan iklim di masyarakat perlu terus didampingi dilapangan oleh para penyuluhnya yang sudah dibekali pengetahuan iklim.

Penulis adalah Fungsional Peneliti Meteorologi dan Geofisika Muda Stasiun iklim BMKG Sicincin