Tunaikan hak anak lewat komunitas keluarga kita

id keluarga kita, hak anak

Tunaikan hak anak  lewat komunitas keluarga kita

peserta kelas Rangkul sedang berbagi pengalaman pengasuhan ((Antara Sumbar/Ikhwan Wahyudi))

Padang, (Antaranews Sumbar) - Belasan pasangan muda yang hadir dalam ruangan itu terlihat serius menyimak pemaparan yang ditayangkan dari layar putih di depan ruangan, sesekali terlihat mereka mencatat poin-poin yang dianggap penting.

Sekilas dari tampilannya mereka adalah para pasangan muda dengan kisaran umur 25 hingga 35 tahun yang terlihat asyik mengikuti acara "Sesi Bicara Rangkul" digagas Komunitas Keluarga Kita di salah satu cafe di kawasan GOR Agus Salim, Padang, Sumatera Barat.

Tidak hanya para pasangan muda, dua wanita paroh baya juga terlihat serius menyimak pemaparan relawan Keluarga Kita, yakni komunitas pemberdayaan keluarga yang fokus berbagi pengetahuan mengenai praktik pengasuhan dalam rangka mendukung tumbuh kembang anak yang lebih baik.

Komunitas yang mengusung slogan "Mencintai dengan Lebih Baik", pada pertemuan pertama tersebut membahas tema membangun hubungan reflektif dalam keluarga.

Berbeda dengan beragam seminar parenting pada umumnya, di kelas tersebut tidak ada pembicara utama yang memaparkan bejibun teori pengasuhan kepada para orang tua, yang memang haus akan ilmu seputar mendidik anak.

Yang ada hanyalah para relawan yang sebelumnya telah mengikuti kelas khusus kurikulum, kemudian mereka bertindak sebagai fasilitator, untuk sama-sama membahas topik diskusi dan mencari solusi terbaik dalam pengasuhan dan tumbuh kembang anak.

Bahkan secara usia para relawan itu pun terbilang masih muda dan rata-rata baru memiliki anak balita. Namun berbekal semangat yang meluap-luap mereka menginisiasi pertemuan dengan mengumpulkan para orang tua muda untuk saling berbagi pengalaman.

"Saya pengen jadi orang tua super seperti ibu dan bapak yang ada di sini," ucap seorang peserta diskusi Mareza Dwitania.

Siang itu mereka membahas topik bagaimana membangun hubungan reflektif karena pada hakikatnya pengasuhan anak dimulai dari hubungan yang baik antarorang dewasa di sekitar anak. Tema tersebut diuraikan dalam sembilan subtema, mulai dari salah kaprah seputar hubungan dalam keluarga hingga prinsip dasar dalam pengasuhan.

Untuk setiap subtema diputar penjelasan pendiri Komunitas Keluarga Kita, yaitu psikolog Najelaa Shihab, lewat tayangan video berdurasi sekitar tiga menit.

Setelah itu dua relawan Ria dan Novi langsung memandu diskusi untuk menggali lebih dalam bagaimana pengalaman masing-masing pasangan seputar subtopik yang dibahas.

"Di rumah kami keluarga besar, ada kakek dan nenek, kadang kita sudah komitmen untuk mendisiplinkan anak, tapi kakeknya malah membela si adek," ungkap Rizka.

Peserta lain pun ikut menimpali dan berbagi solusi atas persoalan yang dihadapi putri.

Para orang tua baru tersebut merasakan setiap hari waktu berlalu dan nyaris tidak ada kelebihan waktu bersama buah hati untuk sekadar berbincang dari hati ke hati.

Padahal data menunjukkan yang mendorong seseorang terus kreatif justru kesempatan sejenak reflektif dan yang menumbuhkan prinsip kekeluargaan bukan hanya kualitas interaksi tapi kuantitas waktu yang memadai.

Tidak hanya berdiskusi mereka pun membuat rencana aksi lewat kertas kerja setelah pembahasan terhadap satu topik tuntas. Bahkan mereka juga membuat komitmen yang direkam lewat video.

Salah seorang peserta lainnya, Grace merasakan betul bagaimana kekurangan dalam mendidik anak dan mengaku cukup tercerahkan lewat diskusi yang dihelat Komunitas Keluarga Kita.

Ia merasa selama ini manajemen waktu dan pengelolaan emosi terhadap anak bermasalah dan kurang peka terhadap pemenuhan kebutuhan putri kesayangannya.

Tidak hanya itu ia pun berjanji akan mempraktikan ilmu dan pengalaman yang diperoleh serta membagikan pada anggota keluarga yang lain sehingga pengasuhan terhadap anaknya bisa satu visi.

Peserta diskusi pun mengusulkan dibuat satu grup whatsap untuk tindak lanjut pertemuan dan terus berbagi agar bisa saling menguatkan diantara sesama.

"Ini kelas yang di luar dugaan mendidik, mengingatkan, menghibur, menyenangkan. Saking serunya kelas ini tidak terasa waktu sudah habis," ujar salah seorang peserta Riri.

Sepekan setelah mengikuti kelas rangkul ia pun mencoba menerapkan ilmu yang diperoleh. Ia mulai bisa mengendalikan emosi saat si kecil rewel dan tidak menuruti keinginnanya.

Lewat pendekatan persuasif ia merasakan komunikasi dengan anak menjadi lebih dekat dan hangat. Begitu juga ketika ada konflik dalam keluarga dengan pendekatan empati sehingga para pihak bisa saling mengemukakan perasaan masing-masing untuk dicarikan solusi terbaik.

Ia pun sengaja meluangkan waktu lebih banyak untuk bermain bersama anak dan menyelami dunia mereka sehingga hubungan emosional yang terbangun lebih dekat.

Aparatur Sipil Negara di Pemprov Sumbar itu mendapatkan ilmu baru, pengalaman baru dan cerita baru soal pengasuhan.

"Pokoknya seru, banyak tawa, canda, banyak ilmu baru," ujarnya.

Nana yang saat itu hanya hadir bersama anak kesayangannya berjanji akan mengajak suaminya pada pertemuan berikutnya agar bisa kompak dalam mendidik dan mengasuh putranya.

Relawan Komunitas Keluarga Kita, Ria Oktorina menjelaskan pertemuan ini bukan kelas atau seminar parenting dengan narasumber yang menjejali teori sehingga orang tua stres atau takut menghadapi berbagai tantangan pengasuhan karena prinsip yang dipakai adalah semua murid semua guru.

"Serunya ini adalah sesi curhat bareng praktik pengasuhan, karena memang nggak ada yang paling pakar, di sini setiap orang tua bisa mencari cara sendiri sesuai tujuan pengasuhan masing masing," ujar ibu satu anak itu.

Di komunitas Keluarga Kita yang didirikan oleh psikolog Najelaa Shihab, semua orang tua sama-sama belajar, meluruskan niat untuk selalu mengingat bahwa pengasuhan adalah tentang pendidikan jangka panjang, bukan semata kebutuhan hari ini.

"Di sini kami saling melengkapi cerita dan kisah keluarga lain yang mungkin menjadi pelajaran yang berarti, karena menjadi orang tua adalah kesempatan belajar seumur hidup," ujarnya.

Ia menyadari berada dalam keluarga tidak mungkin bebas masalah dan selalu penuh tantangan karena itu tidak perlu orang tua yang sempurna tapi jadilah orang tua yang realistis.

Karena itu dalam Komunitas Keluarga Kita proses pengasuhan dianalogikan seperti maraton karena memiliki tujuan jangka panjang yang bisa dipilah sesuai dengan perkembangan anak.

Saat ini Kelas Rangkul telah hadir di 43 kota dan kabupaten dan ia berencana akan menggelar kegiatan secara rutin minimal sekali dua bulan di Padang.

Untuk peserta, Ria mengatakan dibatasi hanya 20 orang agar lebih efektif dan biasanya peminat cukup banyak yang disosialisasikan lewat media sosial.

Terkait prinsip yang dipakai, yaitu "Mencintai dengan Lebih Baik", ia menjelaskan semua orang tua memiliki modal cinta yang tidak pernah kurang untuk anak, pasangan, orang tua, mertua dan seluruh anggota keluarga di sekitarnya.

Ia menambahkan pengasuhan adalah perjalanan puluhan tahun membesarkan anak yang akan melewati tahapan yang berbeda sehingga butuh perlakuan berbeda.

Apalagi, menurutnya, anak tidak punya pilihan memilih orang tua, demikian juga orang tua tak bisa memilih punya anak lain karena itu kesempatan belajar terus menerus jadi berharga.

Karena itu proses belajar dalam keluarga itu terus menerus bukan hanya anak yang terus tumbuh, orang tua juga harus terus belajar untuk mencintai lebih baik.