Mewujudkan Swasembada Daging Lewat Upsus Siswab

id daging sapi

Mewujudkan Swasembada Daging Lewat Upsus Siswab

Ilustrasi. (Antara)

Padang, (Antara Sumbar) - Program Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab) merupakan langkah pemerintah dalam rangka mewujudkan swasembada untuk mengurangi impor daging di Indonesia.

Pada 2017 Kementerian Pertanian mengalokasikan anggaran sebesar Rp1,1 triliun untuk meningkatkan populasi sapi melalui program tersebut.

Program itu dilaksanakan melalui strategi pengoptimalkan pelaksanaan inseminasi buatan pada 33 provinsi, salah satunya di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Dalam rangka mewujudkan swasembada daging pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan pada 2017 menargetkan inseminasi buatan terhadap 9.412 ekor sapi.

Hingga akhir November 2017 capaian inseminasi buatan itu telah melebihi dari target yang ditetapkan yaitu mencapai 9.719 ekor, mengalami kenaikan sebanyak 307 ekor dengan jumlah bunting telah melebihi 30 persen dari target.

"Diperkirakan akhir Desember akan bertambah hingga mencapai 10 ribu ekor," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Pesisir Selatan, Hazrita.

Capaian inseminasi buatan yang melebihi target itu, karena Pesisir Selatan merupakan kantong ternak, sehingga bisa memanfaatkan bibit dari target yang tidak tercapai di kabupaten/kota lainnya yang ditambahkan dan dipergunakan pada akhir bulan.

"Jika bibit tidak terpakai, sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, maka tidak bisa dipergunakan lagi, karena memiliki batas kedaluwarsa," ujar dia.

Banyak manfaat yang didapatkan dengan inseminasi buatan di antaranya adalah menghemat waktu karena peternak sapi tidak perlu lagi mencari atau membawa sapi pejantan untuk dikawinkan dengan sapi betinanya.

Kemudian dapat meningkatkan jumlah kelahiran serta mencegah penyakit menular karena bibit sapi yang digunakan telah melalui pemeriksaan terlebih dahulu dan mencegah kawin sedarah, sehingga kualitas ternak dapat terjaga dengan baik.

Jika melihat pada empat tahun ke belakang, capaian inseminasi buatan di Pesisir Selatan hanya berkisar pada angka rata-rata 5.000 ekor sapi.

Sementara, pada tahun 2018 daerah setempat menargetkan capaian inseminasi buatan sebanyak sepuluh ribu ekor sapi, meskipun sebetulnya terjadi pengurangan target secara nasional sebesar 20 persen dari pemerintah pusat yang hanya 8.000 ekor sapi dibandingkan 2017.

"Namun, hal itu diperkirakan pada Oktober 2018 akan selesai pelaksanaannya," kata dia.

Melalui perubahan anggaran di tahun 2018, pihaknya mengupayakan ada tambahan dari pemerintah daerah, sehingga pada akhir tahun dapat mencapai 10 ribu ekor sapi.

Hingga saat ini populasi ternak terutama sapi pada daerah setempat terus meningkat, terdata 2017 terdapat 86.000 ekor sapi potong, sementara 2016 hanya 82.000 ekor.

Pesisir selatan merupakan salah satu daerah pemasok sapi salah satunya ke Kota Padang, terutama ketika hari raya Idul Adha saat permintaan sapi cukup tinggi.

Ia berharap populasi ternak terus mengalami peningkatan dengan melakukan berbagai upaya salah satunya dengan memaksimalkan peran enam pusat kesehatan hewan untuk memastikan ternak dalam keadaan sehat, terutama peningkatan SDM petugas inseminator.

Peran inseminator

Setiap proses inseminasi tidak terlepas dari peran petugas inseminator yang bertugas melakukan proses inseminasi terhadap sapi-sapi agar proses tersebut dapat berjalan dengan baik.

Tenaga inseminator tersedia pada enam pusat kesehatan hewan (puskeswan) yang membawahi 22 unit inseminasi buatan yang terdapat di daerah itu.

Hazrita mengatakan jumlah tenaga inseminator di daerah itu belum ideal jika dibandingkan dengan populasi ternak yang ada, akan ideal jika terdapat tambahan tenaga inseminasi lebih kurang 50 orang.

Daerah tersebut saat ini memiliki 37 orang tenaga inseminator, dimana sebelumnya 15 dari 37 orang itu merupakan petugas tambahan yang merupakan non PNS dan bekerja secara swadana.

Namun segala aktivitasnya masih dalam koordinasi dinas peternakan melalui pusat kesehatan hewan yang ada di daerah.

Tenaga tambahan itu, kata dia merupakan reward karena Pesisir Selatan sebelumnya mendapatkan penghargaan dalam Siwab award sehingga diberikan peningkatan SDM berupa pelatihan petugas yang sebelumnya belum bisa melakukan inseminasi.

Sedangkan khusus populasi sapi potong dan kerbau di daerah itu, sebutnya mencapai 90 ribu ekor, sehingga, sebelumnya jika diperkirakan 22 orang menangani sebanyak 3000 ekor per satu tahun. Artinya petugas menangani sebanyak lima hingga enam ekor per harinya.

Jika dilihat dari kondisi georafis, untuk menjangkau suatu daerah membutuhkan waktu yang cukup lama, karena lokasi kandang berada cukup jauh di pedalaman nagari.

Terkadang, kata dia untuk mencapai kandang ternak tidak bisa hanya menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua, namun harus menggunakan sampan.

Sehingga, jika ada penambahan lebih kurang 50 orang lagi itu, akan sangat membantu aktivitas inseminasi tersebut.

Meskipun begitu, Ia mengatakan hasil yang didapatkan tetap memuaskan dan melebihi dari target inseminasi yang ditetapkan.

Hal itu tidak terlepas dari upaya dalam memberikan pelatihan-pelatihan kepada petugas inseminator agar dapat menjalankan proses inseminasi secara optimal.

Dengan berjalan cukup baiknya program Upsus Siwab melalui inseminasi buatan di Pesisir Selatan, daerah itu sebelumnya terpilih sebagai penerima anugerah Upsus Siwab Award 2017 serta berbagai prestasi lainnya dalam bidang peternakan.

Salah satunya ditunjuk sebagai tuan rumah livestock expo pada tahun 2018, setelah selama sepuluh tahun belum pernah menjadi tuan rumah untuk kegiatan tersebut.

Livestock expo merupakan kontes peternakan yang digelar secara bergantian oleh kabupaten/kota di Sumbar dalam rangka memperingati bulan bakti peternakan.

Sebelumnya, pada tahun 2017 Kabupaten Solok Selatan ditunjuk sebagai tuan rumah livestock expo, lebih kurang hampir 500 ternak yang dibawa dari kabupaten/kota setempat ikut dalam kegiatan itu.

Ia berharap, pada tahun 2018 Pesisir Selatan dapat mempertahankan prestasi-prestasi yang diraih maupun dapat melebihi apa yang telah ada tersebut. (*)