Kompetisi Pacu Perkembangan Robotika Indonesia

id Kompetisi Pacu Perkembangan Robotika Indonesia

Delft, Belanda, (ANTARA) - Ajang kompetisi bidang robotika menjadi salah satu media untuk memacu perkembangan penelitian dan penerapan robot di Indonesia, terutama di kalangan akademisi dan masyarakat penggemar robot. "Kontes-kontes robot membuat praktisi robotika terpacu untuk merancang robot yang bentuk, ukuran dan kemampuannya sesuai dengan area keterampilan yang dikompetisikan," kata peneliti bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence), Universitas Teknologi Delft (TUD), Belanda, Safreni C Sari di Delft, Jumat. Menurut dia, ilmu pengetahuan dan teknologi robotika memiliki daya tarik kuat di kalangan akademik karena bidang tersebut cukup mutakhir, dan di kalangan anak muda desain dan aplikasi robot dianggap sebagai hal yang sangat mengesankan. Safreni menjelaskan kompetisi robot nasional seperti Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) yang diselenggarakan oleh Dirjen Perguran Tinggi (Dikti) untuk tingkat perguruan tinggi memotivasi akademisi terutama mahasiswa dan dosen untuk mendalami dan mngembangkan teori dan aplikasi robot. Kompetisi robot nasional di Indonesia hingga saat ini sudah merambah ke tingkat SMA, SMP, sampai SD. "Mahasiswa dan dosen jadi semakin kreatif dalam melakukan inovasi robot dengan adanya kontes karena prestasi di bidang ini membawa banyak manfaat bagi individu penelitinya sendiri, juga bagi peningkatan reputasi dan akreditasi perguruan tinggi," kata Safreni. Di tingkat internasional prestasi masyarakat Indonesia di bidang robotika juga cukup membanggakan dengan banyaknya kemenangan yang diraih tim robotika dari berbagai universitas seperti Universitas Komputer Indonesia (Unikom), Bandung, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), jelasnya. "Walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang robotika di Indonesia masih terbilang baru, kira-kira mulai marak tahun 2000-an, perkembangannya cukup pesat dan patut diapresiasi," ujar Safreni. Dia menjelaskan, perkembangan tersebut didukung dengan semakin banyaknya akademisi yang mendalami bidang robotika di lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian di luar negeri, dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi ini di tempat mereka bekerja atau mengajar. Selain itu, tingginya minat masyarakat akan robot juga dibarengi dengan dibukanya sanggar-sanggar robot sebagai tempat belajar praktis untuk merancang dan merakit robot. "Teknologi robot masih terbilang mahal karena komponen utama robot yakni sensor, aktuator dan microcontroller masih harus dibeli dari luar negeri," kata Safreni. Dia berharap pemerintah melalui lembaga terkait mendukung perkembangan robotika Indonesia, terutama bagi kalangan akademik dalam melakukan penelitian dan aplikasi robot.(*/sun)