Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Salah satu desa di Kota Sawahlunto Sumatera Barat(Sumbar), Kolok Nan Tuo Kecamatan Barangin, berupaya mengembangkan produk minuman suplemen berbahan jeruk nipis peras pada 2017.
"Langkah tersebut merupakan salah satu upaya pemerintahan desa dalam mengatasi kesulitan pemasaran produksi buah jeruk nipis yang cukup banyak ditanam oleh masyarakat petani daerah ini," kata Kepala Desa setempat, Supriadi Mukri, di Sawahlunto, Kamis.
Menurut dia, hingga saat ini jumlah produksi yang mampu dihasilkan sudah mencapai besaran 10 ton per hari dengan harga jual hanya berkisar hingga Rp400 per kilogram.
Melalui upaya diversifikasi produk menjadi minuman dalam kemasan yang rencananya akan diberi label (JENIPER) tersebut, jelasnya, diperkirakan nilai jual di tingkat petani mampu mencapai angka Rp3.000 hingga Rp4.000 per kilogram.
"Untuk mewujudkan program tersebut, kami sudah menganggarkan pembelian peralatan serta modal kerja sebesar Rp300 juta melalui alokasi dana desa," kata dia.
Menurut dia, upaya pengembangan tersebut merupakan tindak lanjut imbauan pemerintah pusat agar memanfaatkan pengelolaan anggaran yang pro pertumbuhan ekonomi, pro pengentasan kemiskinan serta pro keterbukaan lapangan kerja melalui program dana desa.
Untuk tahap awal, jelasnya, proses produksi akan dititikberatkan pada dua jenis produk, yakni suplemen berkemasan botol yang dapat langsung diminum serta dalam bentuk sirup.
"Untuk tahap awal diperkirakan proses produksinya akan membutuhkan serapan tenaga kerja lokal hingga 100 orang pekerja, di samping adanya peningkatan pendapatan bagi ratusan orang petani jeruk nipis," ungkapnya.
Ia mengatakan, jumlah masyarakat kategori non produktif menurutnya masih tinggi yakni mencapai 10 persen dari total jumlah penduduk sebanyak 1.377 jiwa.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pihaknya juga telah melakukan penjajakan kerjasama dengan salah satu lembaga "non-governmental organization (NGO)" asal negara Jerman, untuk mengembangkan budidaya jagung jenis pakan ternak.
"Pemilihan komoditas tersebut berdasarkan hasil uji sampel terhadap kondisi tanah areal pertanian yang dicadangkan, dengan potensi kebutuhan pasar untuk wilayah provinsi Sumatera Barat mencapai angka 100 ton per hari," kata dia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Boediarso Teguh Widodo mengatakan kebijakan penyaluran transfer ke daerah ke depan harus berbasis pada kinerja pelaksanaannya.
"Artinya kami melihat kinerja penyerapan dan capaian hasil. Kalau penyerapan tinggi tetapi tidak dibelanjakan itu tidak boleh, maka outputnya menjadi kriteria dana transfer," kata Boediarso ditemui usai sosialisasi kebijakan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) 2017 di Jakarta, Kamis.
Ia menyebutkan alokasi anggaran ke daerah harus mengarah kepada kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja (pro-job), mengentaskan kemiskinan (pro-poor), dan membantu pertumbuhan ekonomi (pro-growth) yang inklusif. (*)
Berita Terkait
Kerajinan tas anyaman berbahan daun linsiang
Senin, 2 September 2024 19:37 Wib
UNAND hadirkan inovasi tinta Pemilu 2024 berbahan dasar gambir
Selasa, 27 Agustus 2024 18:12 Wib
Pemkab Pasaman Barat adakan lomba masak olahan berbahan ikan
Rabu, 31 Juli 2024 20:04 Wib
Lokakarya membuat sabun padat berbahan minyak jelantah
Rabu, 17 Juli 2024 17:07 Wib
Pengenalan produk berbahan sawit kepada pelajar
Rabu, 8 Mei 2024 12:14 Wib
Nagari di Agam latih 50 warga buat makanan berbahan hasil perkebunan
Selasa, 21 November 2023 17:03 Wib
Kecap berbahan kepala ikan Roa
Senin, 25 September 2023 15:39 Wib
Pesawat tanpa awak berbahan serat rami Unand ikuti Kontes Robot Indonesia di Lampung
Rabu, 20 September 2023 12:29 Wib