Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Desa wisata Ratih yang berada di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, mengembangkan potensi bentang alam di daerah itu menjadi kawasan wisata minat khusus mulai tahun 2017.
"Kami sudah menyiapkan lahan seluas satu hektare lebih yang akan difungsikan sebagai areal pembangunan wahana "outbond dan flying fox" yang pembangunannya didanai dari APBD 2017 kota ini sebesar Rp550 juta," kata koordinator pengelola desa wisata tersebut, Budiman di Sawahlunto, Selasa.
Hal itu, jelasnya, merupakan salah satu strategi pihaknya untuk meningkatkan jumlah kunjungan pelancong ke desa wisata yang mulai dirintis pembangunannya sejak 2006, salah satunya dengan memanfaatkan dana PNPM Pariwisata oleh pemerintah pusat.
Selain mengembangkan fasilitas penginapan rumah pondok, desa tersebut juga telah dilengkapi aula pertemuan serta mengembangkan dua lokasi air terjun sebagai daya tarik dengan mempertahankan kelestarian alamnya.
Disamping itu, upaya promosi baik melalui bantuan pihak terkait serta beberapa perusahaan BUMN dan swasta lokal serta nasional juga menjadi salah satu kunci tumbuhnya minat kelompok masyarakat untuk memanfaatkan kawasan tersebut sebagai sarana wisata keluarga atau pusat kegiatan seminar dan rapat internal beberapa instansi pemerintahan di Kota Sawahlunto serta beberapa daerah sekitar.
"Saat ini kami juga tengah melakukan pembicaraan intensif dengan beberapa pemilik modal melalui tim observasi investasi mereka dan jika rencana tersebut terealisasi diharapkan dapat memicu peningkatan perputaran uang di kota ini serta mampu meningkatkan daya saing bagi pertumbuhan perekonomian masyarakat desa Rantih," kata dia.
Sementara itu, Kepala Desa setempat, Yulizar Malin Mancayo, menambahkan pengembangan kawasan wisata tersebut juga mendapat perhatian dari pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia melalui Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat.
"Selain pengembangan potensi kawasan air terjun, fasilitas rumah pondok dan aula pertemuan, pihak pengelola juga berhasil mengembangkan program "Bank Buah" di kawasan hutan produksi dan rencananya kawasan tersebut sebagian akan dimanfaatkan untuk pengembangan jalur kendaraan "All-Terrain Vehicle (ATV) dan seri terbaru wahana serupa, Go Kart Offroad," jelasnya.
Terpisah, Ketua Komisi III DPRD Kota Sawahlunto, Deri Asta, menyambut baik upaya yang telah dilakukan masyarakat desa itu dalam memanfaatkan potensi bentang alam dan lahan tidur menjadi kawasan pengembangan infrastruktur kepariwisataan.
Menurutnya, kemampuan pengelola dalam menggaet dana-dana lainnya diluar APBD kota itu cukup menunjukkan bagaimana instrumen kepariwisataan bisa dibangun secara mandiri dan bertanggung jawab melalui pemberdayaan kelompok masyarakat.
"Ini harus menjadi catatan bagi pihak pemerintah daerah untuk membangun iklim pariwisata yang efektif dan berkualitas tanpa menghambur-hamburkan uang negara untuk kegiatan yang belum terukur manfaatnya bagi masyarakat," katanya. (*)