Jakarta, (Antara Sumbar) - Pendeteksian dini kebakaran hutan dan lahan (karhutla) untuk mencegah terjadinya kebakaran yang lebih luas lagi melalui pemantauan titik panas (hotspot) pada daerah rawan panas tidaklah cukup tanpa kesiapsiagaan tim pemadam lapangan serta transportasi dan alat pemadam yang memadai.
Titik panas dapat dianalisa secara real time dengan memanfaatkan teknologi GIS (Geographic Information System) dimana data titik panas yang diperoleh dari sumber seperti NASA (National Aeronautics and Space Administration) bisa disaring sehingga hanya menunjukkan secara spesifik lokasi titik panas yang ada di wilayah Indonesia saja. Data tersebut juga bisa diatur supaya menampilkan informasi titik panas per hari untuk mengetahui tren sebaran titik api dalam jangka waktu tertentu. Fungsi analisa ini dapat dilakukan di berbagai aplikasi baik desktop maupun mobile gadget.
Teknologi GIS yang diimplentasikan oleh Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas Forestry ini merupakan teknologi yang banyak digunakan oleh lembaga militer, institusi penegak hukum, dan kota-kota pintar di dunia. Dengan teknologi pemetaan cerdas ini, APP Sinar Mas memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dalam mendeteksi dan mengantisipasi karhutla, ungkap CEO Esri Indonesia, A. Istamar.
Inisiatif yang memaksimalkan teknologi GIS terkini ini mengintegrasikan data secara real time dari basis data Living Atlas milik Esri dengan peta area konsesi yang dimiliki perusahaan. Sistem baru ini mendukung pusat data baru milik APP Sinar Mas, yaitu Situation Room Center APP Sinar Mas. Pusat data ini bertujuan untuk menyimpan informasi geospasial mengenai pengelolaan bencana dan wilayah untuk deteksi dini titik api dalam penanggulangan karhutla, dan merupakan pertama di Indonesia yang dimiliki oleh sektor swasta, lanjut Istamar.
Dengan demikian, APP Sinar Mas dapat lebih efektif mengidentifikasi lokasi titik panas (hotspot) kebakaran hutan dalam waktu 24 jam, serta mengevaluasi tindakan yang diperlukan tim pemadam kebakaran dalam menangani kebakaran tersebut.
Sementara itu, Konsultan GIS Sinar Mas Forestry, Asep Karsidi mengatakan, teknologi yang digunakan sejak Februari 2016 ini juga menggunakan data kelembapan tanah dari Stasiun Cuaca Otomatis sebagai indikator, dimana sistem berbasis GIS secara visual akan menampilkan data dalam bentuk platform pemetaan dinamis yang memungkinkan tim APP Sinar Mas segera mengidentifikasi area yang berpotensi sebabkan kebakaran, bahkan dilahan gambut sekalipun.
"Jika sebelumnya data yang relevan dengan kebakaran hutan dan permukaan daratan harus dikumpulkan dari beragam sumber, yang mengakibatkan penundaan dan semakin panjangnya lead time. Kini, sistem yang digunakan dapat mengintegrasikan data dari wilayah konsesi pemasok APP Sinar Mas, BMKG, BNPB, dan otoritas lokal yang relevan. Itu artinya perusahaan dapat lebih mudah dan efektif dalam mengambil keputusan berdasarkan informasi yang dimiliki, terang Asep. (*)