Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Lahan sawah tadah hujan seluas 918 hektare di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat(Sumbar), terancam mengalami kekeringan akibat musim kemarau panjang yang terjadi hingga pertengahan tahun 2016.
"Kami memang sudah menerima sejumlah laporan terkait hal tersebut dan saat ini petugas sedang menginventaris seluruh lahan yang rusak, sebelum diputuskan apakah sudah memenuhi skala kategori bencana pertanian atau masih bisa diatasi," kata Kepala Seksi Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Kehutanan Sawahlunto Arlen Yendri, di Sawahlunto, Selasa.
Hujan yang turun selama beberapa saat secara teori belum mampu mengairi areal persawahan masyarakat tersebut, bahkan cenderung memberi pengaruh negatif pada kondisi tanah karena air hujan meresap melalui rengkahan tanah di areal persawahan yang sudah mengalami kekeringan.
Selain itu, jelasnya, fase kebutuhan air tertinggi yang dibutuhkan tanaman padi adalah sejak musim tanam hingga pembuahan, karena musim kemarau masih berlanjut diperkirakan akan memicu pembusukan batang pada tanaman tersebut.
"Akibatnya hasil produksi petani di kota ini akan terganggu jika kebutuhan air tidak segera diatasi," ujarnya.
Dari total jumlah areal persawahan seluas 1.680 hektare, yang sudah tersambung dengan jaringan irigasi hanya sekitar 762 hektare.
Kondisi tersebut terjadi karena terbatasnya sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk mengairi sawah masyarakat yang berada di kawasan ketinggian.
Salah satu pilihan yang paling masuk akal, lanjutnya, adalah menggunakan pompa air dengan mengambil debit air pada jaringan pipa program Pamsimas atau jaringan pipa Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) setempat.
"Namun pilihan tersebut harus melalui kajian yang matang, karena dapat mengganggu distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," kata dia.
Pilihan lainnya yang bisa diambil oleh masyarakat petani adalah mengubah pola tanam yakni mengganti tanaman padi dengan jenis tanaman hortikultura yang lebih tahan terhadap kondisi kekurangan air seperti beberapa jenis jagung.
Langkah itu dinilai bisa menyelamatkan petani dari kerugian akibat gagal panen, di samping sebagai penyangga kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Sementara itu, salah seorang petani di kawasan Bukit Gadang Kecamatan Talawi, Kaharuddin(52), mengatakan kondisi kekeringan yang terjadi di lahan persawahan masyarakat setempat bisa dikatakan terus terjadi setiap tahun.
"Sesuai saran pihak penyuluh pertanian, kami sudah menyiasatinya dengan menggeser jadwal musim tanam, namun perkiraan musim kemarau akan berakhir pada Juni 2016 ternyata meleset dan berlanjut hingga saat ini," kata dia.
Sementara itu, Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf pada beberapa kesempatan sudah mengimbau pihak terkait agar segera mengatasi kesulitan yang dihadapi petani sawah areal tadah hujan di kota itu.
"Permasalahan utama bukan terbatasnya saluran irigasi tapi keterbatasan sumber air bagi lahan persawahan," kata dia. (*)
Berita Terkait
Pasaman Barat lakukan program pompanisasi upaya atasi kekeringan
Selasa, 29 Oktober 2024 19:41 Wib
BMKG: Tujuh provinsi alami kekeringan ekstrem
Rabu, 18 September 2024 9:49 Wib
Pemkot Padang cari solusi terbaik persoalan kekeringan
Kamis, 8 Agustus 2024 15:46 Wib
Pemkot Padang akan kaji persoalan kekeringan yang dialami warga
Selasa, 6 Agustus 2024 19:07 Wib
BPBD Padang: Tiga kecamatan alami kekeringan akibat kemarau
Senin, 5 Agustus 2024 4:42 Wib
BPBD Padang jelaskan kekeringan terjadi di lokasi tak terakses PDAM
Senin, 5 Agustus 2024 4:42 Wib
BPBD Padang salurkan air ke masjid dan rumah warga alami kekeringan
Jumat, 2 Agustus 2024 18:29 Wib
BPBD Padang layani warga kekeringan hingga malam hari
Selasa, 30 Juli 2024 20:35 Wib