Dinkesos: Tidak Ada Vaksin Palsu dii Sawahlunto

id Vaksin Palsu

Dinkesos: Tidak Ada Vaksin Palsu dii Sawahlunto

Ilustrasi vaksin palsu. (Antara)

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, memastikan tidak ada vaksin yang diduga palsu beredar di kota itu.

"Seluruh vaksin imuninasi yang tersedia di pusat pelayanan kesehatan milik pemerintah di kota ini termasuk klinik bidan dan dokter kandungan berasal dari pemerintah pusat sehingga terjamin keasliannya," kata Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan dan Sosial Kota Sawahlunto dr Al Anshari dalam keterangan persnya di Sawahlunto, Rabu, terkait maraknya vaksin imunisasi palsu pada beberapa daerah di Indonesia.

Untuk itu, lanjutnya, pihaknya meminta seluruh lapisan masyarakat khususnya para ibu hamil dan yang memiliki anak balita agar tidak khawatir ketika ingin mendapatkan imunisasi di pusat pelayanan kesehatan yang ada.

Menurutnya, vaksin yang disediakan oleh pemerintah didapatkan langsung dari produsen dan distributor resmi untuk disalurkan ke fasilitas layanan kesehatan melalui pengawasan ketat pihaknya.

"Sehingga manfaat pemberian imunisasi sebagai pemicu sistem kekebalan tubuh terhadap beberapa jenis penyakit bisa diwujudkan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat," ujarnya.

Dia menjelaskan, gejala yang dapat dipantau saat pembentukan sistem kekebalan itu pada beberapa jenis vaksinasi biasanya ditandai dengan demam dan bengkak di bagian bekas suntikan yang akan hilang dengan sendirinya setelah tiga hari.

Pihaknya juga mengimbau seluruh paramedis dan orang tua selalu memusnahkan limbah bekas tindakan vaksinasi seperti botol, jarum suntik dan lain sebagainya, agar tidak dimanfaatkan untuk melakukan kejahatan pemalsuan serta upaya pencegahan menularnya virus berbahaya melalui jarum suntik yang dipakai berulang kepada banyak pasien.

Kemudian, lanjutnya, bagi klinik kesehatan mandiri dan tempat praktik dokter agar tidak mudah terkena bujuk rayu untuk memakai sebuah produk luar negeri serta membeli obat-obatan dengan harga lebih murah dari standar yang ditetapkan yang biasanya tercantum dalam katalog elektronik.

"Praktik pemalsuan vaksin dan obat-obatan hanya bisa dicegah dengan meningkatkan kewaspadaan seluruh unsur," tegasnya.

Sementara itu, salah seorang ibu yang memiliki balita, Nurhasanah(30), mengaku merasa sedikit khawatir untuk memberikan imunisasi kepada balitanya.

"Awalnya saya takut untuk mengimunisasi anak saya karena khawatir vaksin yang diberikan adalah vaksin palsu, setelah berkonsultasi dengan pihak paramedis akhirnya saya percaya bahwa vaksin yang akan diberikan kepada anak saya adalah vaksin asli," kata dia. (*)