Jakarta, (AntaraSumbar) - Mantan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Agum Gumelar meminta pihak-pihak yang nantinya akan mengurus Asian Games 2018 agar menjauhi anggapan melihat "event" olahraga tersebut sebagai sebuah proyek.
"Kepada mereka yang diberikan tanggung jawab mengelola Asian Games nanti, jangan pernah ada pemikiran bahwa Asian Games hanya sekadar proyek karena melihat besarnya anggaran yang dialokasikan," katanya ketika ditemui Antara usai menghadiri sebuah acara peluncuran buku di Jakarta, Selasa (27/10) malam.
Menurut Agum, aktor-aktor pengelola Asian Games kelak harus punya tanggung jawab untuk mengangkat nama bangsa Indonesia di forum internasional.
Ia mengatakan bahwa Asian Games merupakan "gawe" besar bangsa Indonesia maka keberhasilannya merupakan keberhasilan bersama seluruh rakyat yang dibangun dengan kerja sama.
"Kalau Asian Games ini berhasil, ini adalah keberhasilan bangsa Indonesia. Jadi, bukan keberhasilan Presiden Joko Widodo, bukan keberhasilan Menpora Imam Nahrawi, bukan orang-perorangan, ini keberhasilan bersama-sama," kata mantan Menteri Perhubungan itu.
Agum menekankan, "Jadi, jangan sekadar ini anggaran besar lalu diorientasikan sebagai proyek, jauhi itu. Jadi, pembina olahraga itu pengabdian dan pengorbanan."
Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah Asian Games 2018 setelah Vietnam yang memenangi "bidding" kejuaraan empat tahunan itu mengundurkan diri karena ada masalah di internal negara tersebut. Sebagai pesaing, Indonesia langsung siap saat ditawari menjadi tuan rumah.
Masalah kepanitian Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang menjadi pekerjaan rumah besar Menpora Imam Nahrawi pada satu tahun pemerintahannya karena hingga saat ini belum ada perkembangan yang cukup signifikan.
"Penyempurnaan kepanitiaan Asian Games masih menjadi PR besar. Hingga saat ini, belum melangkah lebih maju," kata Menpora.
Menurut dia, perkembangan persiapan untuk menghadapi kejuaraan olahraga empat tahunan terbesar di Asia baru sebatas 'launching' logo. Persiapan yang dilakukan belum sepenuhnya berjalan karena beberapa hal masih dalam proses, seperti pemilihan Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) misalnya. (*)