Lele Mendatangkan Fortuner, Kisah Sukses UKM Perikanan

id ikan

Lele Mendatangkan Fortuner, Kisah Sukses UKM Perikanan

Pelaku usaha kecil di sektor perikanan Irwandi sudah menikmati hasil kerja kerasnya sejak beberapa tahu terakhir. (c)

Padang, (AntaraSumbar) - Lele jadi fortuner bukan hal yang tak mungkin bagi seorang Irwandi (43). Alumni mahasiswa perikanan ini membuktikan bahwa bisnis di bidang perikanan yang terkesan sepele ternyata mampu mendatangkan omset puluhan juta bersih keuntungan sehingga berbagai fasilitas bisa ia lengkapi.

"Yang penting adalah proaktivitas dan tidak hanya menunggu disuapi. Saya orangnya lebih suka berbuat. Tidak terus mengharap bantuan. Kita berbuat dulu, maka nanti bantuan datang sendiri. Jangan disuapi terus. Kita kerja keras dulu. Saya tidak pernah membuat proposal untuk bantuan. Tapi buktinya saya diberi bantuan. Pemerintah memperhatikan apa kebutuhan kita," tutur alumni S1 Jurusan Perikanan Bung Hatta ini.

Dikunjungi di outletnya, di lokasi yang sama dengan pusat pelatihan yang ia kelola, seakan nyaris tidak percaya pengusaha yang ditunjuk menjadi Ketua APPC (Asosiasi Pembudidaya dan Pengusaha Catfish) Sumbar (sejak 2009-sekarang) dan Ketua Asosiasi Wirausaha Minang (sejak 2014-sekarang) ini sempat mereguk masa perjuangan berdagang ikan yang sulit.

"Dulu membawa ikan kemana-mana sendiri, bongkar ikan sendiri, panen sendiri. Tak pernah membayangkan bisa seperti ini. Tapi kesungguhan kita berwirausaha mampu mewujudkan impian kehidupan," kenang Andi yang juga telah mengambil S2 di bidang Manajemen Pemasaran UNP itu.

Tahun 1993, ia memulai usaha sambil kuliah. Dengan kesungguhan, namun masih minim pengalaman dan pembinaan, Andi berbekal pengetahuan sebatas mahasiswa perikanan mencoba menjalankan usaha budidaya, mencakup pembenihan dan pembesaran.

Namun beberapa waktu berjalan, usaha yang ia jalankan dirasakan statis. Pemasaran terkendala. Saat bahan baku melimpah, bisa jadi terbuang karena tidak ada yang mengolah. Proaktivitas pemerintah menyentuh Andi.

Pada 2005, Andi mulai dibina oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sumbar. Dia mulai mengikuti pelatihan, menjalankan arahan-arahan dinas. Dinas pun tak lupa melihat kebutuhannya. Bantuan berupa etalase, freezer, dan vacuum diberikan oleh DKP Sumbar untuk dia mengembangkan usaha lelenya.

"Dalam pembinaan DKP, saya diikutkan pameran-pameran juga sehingga semakin bisa memperkenalkan produk yang diusung," imbuhnya.

Andi mengaku usaha yang ia jalankan tidak terlalu mengharapkan bantuan pemerintah. Ia menegaskan, pengusaha seharusnya cukup diberi pancingan, untuk selanjutnya lebih proaktif lagi mengembangkan usaha sendiri.

"Jangan berharap bantuan terus. Kalau kita berharap bantuan terus, usaha kita tidak akan berkembang. Jika sudah diberi pancingan oleh pemerintah, kembangkan diri, motivasi diri sendiri," katanya.

Oleh karena itu, ada binaan pemerintah yang usahanya berkelanjutan, ada juga binaan yang bahkan usahanya jadi mati. Berpulang kepada proaktivitas binaan. Mau disuapi terus atau proaktif terus berinovasi dan kreatif mengembangkan usaha.

Kesungguhan yang ia lakukan berbuah prestasi dan omset yang luar biasa. Tahun 2013, kelompok usahanya mengikuti lomba kelompok di Pontianak yang diadakan oleh kementrian, dan loloslah ia jadi lima besar se-Indonesia. Sejak itu kementrian menetapkan kelompok usahanya menjadi pusat pelatihan, yang kemudian bisa melaksanakan kegiatan pelatihan menelurkan rata-rata 15 angkatan pelatihan dalam setahun.

Sekarang usaha di bidang perikanan dengan spesifikasi lele yang ia kembangkan telah semakin integral. Di satu lokasi, dia merangkum usaha pembenihan, pembesaran, pengolahan lele, juga telah ada outlet hasil olahan yang menampung seluruh olahan hasil produksi mita-mitra pelatihan yang ia ayomi. Tadinya Andi tidak terpikir untuk berbagi ilmu bahkan berbagi pelatihan dengan banyak orang.

"Mereka bisa jadi kompetitor kita. Tapi ternyata pikiran seperti itu salah. Semakin kita berbagi semakin lapang rejeki kita. Sekarang Tuhan beri peluang usaha lain. Kementrian beri pelatihan, uang langsung masuk rekening kita. SOP kita jalani saja, link pusat diberi. Saya, yang dulu jualan ikan kemana-mana sendiri, sekarang bisa pergi kemana-mana, salaman dengan mentri, punya banyak jaringan, bisa beli fortuner kontan, itu semua berkat kerja keras dan kesungguhan dalam usaha lele ini," urainya.

Dalam waktu dekat, Andi juga akan membuka restoran spesifik ikan. Tanpa mengharapkan "disuapi" terus oleh pemerintah, Andi kini malah dibina oleh tiga dinas sekaligus, DKP Sumbar, Disperindag Sumbar, dan Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar. Rata-rata omzet masing-masing Rp25 juta per bulan, baik budidaya maupun pengolahan, bisa ia hasilkan. Pegawainya berjumlah 10 orangpun bisa sejahtera.

Pengusaha seperti Andi sangat diapresiasi oleh dinas terkait. Dalam hal ini, Kepala DKP Sumbar Yosmeri menyampaikan sokongan semangatnya dan harapan agar keberhasilan Andi mampu jadi pendorong tersendiri bagi para pelaku wirausaha ataupun mereka yang ingin berusaha di bidang perikanan.

"Kita terus berupaya memfasilitasi pelaku UMKM Perikanan dengan pasar. Namun tentunya tak cukup sampai di sana. Pelaku juga harus berpikir untuk meningkatkan daya saing dan menjaga kesinambungan produknya. Kita bantu membukakan pintu. Tapi pelaku juga harus berkeinginan untuk meningkatkan usahanya. Misalnya untuk menyambut MEA, kita harus meningkatkan packaging dan legalitas. Dinas lainnya yang terkait juga harus memberi perhatian dalam hal ini," ujar Yosmeri . (***)