Dua Dekade Beastudi Indonesia DD
Belajar Merawat Indonesia, Kongres Negarawan Muda Digelar
Jakarta - Mengenakan batik bercorak biru dan ungu, Ahmad Fuadi tegak menghadap ratusan pemuda di gedung Manggala Wanabakti, Senayan, Jakarta, Senin, (26/8). Fuadi berorasi. Negarawan harus dapat menuangkan ide serta tindakannya melalui budaya menulis, ujarnya.
Sebab, ungkap penulis novel Negeri 5 Menara ini, kini sudah tidak jaman berperang menggunakan senjata. Melainkan dengan tulisan. The power of writing, imbuhnya.
Fuadi hadir sebagai orator di Manggala Wanabakti dalam Orasi Negarawaan Muda. Acara tersebut dihadiri oleh ratusan mahasiswa berprestasi penerima manfaat beasiswa Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa.
Selain Fuadi, turut hadir pula beberapa tokoh lain sebagai orator, yakni Mahfud MD (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi RI), Hanta Yuda (Tokoh Pemuda), Basyir Ahmad (Walikota Pekalongan), Agri Sumara (Diaspora Indonesia), dan Hendy Setiono (Entrepreneur Muda).
Kepemimpinan dan aspek konstitusi menjadi bahasan Mahfud dalam materi orasinya. Mahfud mengatakan kepentingan bangsa mesti diutamakan dibanding kepentingan kelompok atau politik jangka pendek.
Kini kita telah kehilangan filosofi kepemimpinan, sehingga kebanyakan pemimpin hanya memikirkan kepentingan politik dalam jangka pendek, ungkap Mahfud.
Suntikan optimisme terkait kemajuan bangsa juga diberikan lewat orasi Hanta Yuda. Hanta mengajak untuk tetap optimis menghadapi masa depan. Membangun Indonesia dengan mengkritisi kondisi sekarang ini dan dibarengi berpikir optimis, demi kebangkitan Indonesia, tegasnya.
Penguatan kapasitas
Romi Ardiansyah, Manager Pengembangan Pendidikan Dompet Dhuafa menuturkan, Orasi Negarawaan Muda merupakan rangkaian acara Kongres Negarawan Muda Indonesia: Negarawan Muda Belajar Merawat Indonesia. Gelaran Beastudi Indonesia Dompet Dhuafa yang berlangsung 24-29 Agustus 2013 ini bertujuan sebagai sarana penguatan kapasitas para penerima beasiswa.
Menurut kita penting ketika kita sudah menginjak usia 20 tahun, yaitu bagaimana kemudian penerima beasiswa juga kita dorong untuk benar-benar memiliki jiwa kenegarawanan, terang Romi.
Menurutnya, jiwa kenegarawanan dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti krisis kepemimpinan. Beastudi Indonesia ingin mendobrak definisi negarawan itu sendiri.
Hal tersebut lantaran selama ini negarawan didefinisikan orang yang memiliki jabatan politik atau pemerintahan. Sebenarnya negarawan berbicara tentang jiwa, sikap, serta karakter yang kemudian ada hubungannya juga dengan Beastudi Indonesia, jelasnya.
Selama enam hari kongres, para negarawan muda yang berasal dari berbagai daerah menjalani berbagai aktivitas. Pada Ahad, (25/6), mereka mengikuti Character Building Training oleh Erie Sudewo, Ketua Dewan Pengawas Dompet Dhuafa, di Cawi, Bogor.
Selain pelatihan dan berbagai seminar, selama dua hari dari Rabu hingga Kamis (28-29/8), mereka beraksi di beberapa desa di Bogor. Hal ini sebagai upaya para negarawan muda belajar berkontribusi langsung kepada masyarakat.
Banyak harapan yang dititipkan kepada para negarawan seusai kegiatan ini, salah satunya adalah agar terus dapat mengabdikan diri pada bangsa serta negara. Kami percaya walau hasilnya tak bisa dilihat sekarang, tetapi nanti pasti dapat dirasakan tatkala para negarawan ini mulai memimpin Indonesia, pungkas Romi. (Iit/Uyang/Gie)