Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan digitalisasi informasi kesehatan berperan dalam meningkatkan trust atau kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia.
Menkes menilai digitalisasi informasi kesehatan dapat menyelesaikan permasalahan asimetrisnya informasi pelayanan kesehatan yang ada. Selama ini, informasi tersebut berbeda-beda tergantung standar dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan di Indonesia.
"Once, trust ini atau kepercayaan ini hilang, orang akan lari dan dia akan cari hal lain, sehingga profesi ini (kesehatan) tidak ada integritasnya," katanya dalam acara Penganugerahan Penghargaan Anti Kecurangan dan Pengendalian Gratifikasi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Jakarta, Kamis.
Menkes yang memiliki latar belakang di bidang perbankan menilai industri kesehatan di Indonesia perlu mempelajari hal-hal baik yang diterapkan dari dunia perbankan.
"Industri ini (kesehatan) adalah industri yang informasinya sangat tidak simetris. Saya suka bilang kalau perbankan kita beli kurs Amerika (Serikat) harga Rp16 ribu, ada yang jual Rp24 ribu, Rp32 ribu kita gak mungkin beli. Kita ada taruh bunga deposito misalnya lima persen ada yang kasih dua persen gak bakal masuk, karena informasi itu diketahui masyarakat dengan simetris," ucapnya.
"Nah kalau kesehatan itu gak simetris. Sakit usus buntu, operasi misalnya Rp500 ribu di sini, di tempat lain Rp10 juta. Bedanya sudah sepuluh kali lipat. Sama seperti kita beli kurs asing Rp16 ribu tapi di tempat lain ada yang jual Rp160 ribu dan kita masih beli karena tidak simetris informasinya," lanjut Menkes Budi.
Oleh karena itu, Menkes menekankan sinergitas antarpemangku kepentingan bidang kesehatan untuk menjaga kesimetrisan informasi kesehatan. Ia menilai informasi yang simetris dapat menurunkan ongkos, menjaga kualitas, serta meningkatkan kredibilitas industri kesehatan.
"Karena profesi kesehatan sama seperti perbankan, orang percaya. Orang gak akan pernah nanya uang saya ditaruh bakal hilang gak?, saya dirawat bakal sembuh gak?," ucapnya.
Untuk itu, Menkes mengajak seluruh pemangku kepentingan bidang kesehatan seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk bersama-sama menjaga integritas informasi tersebut melalui digitalisasi informasi kesehatan.
"Ke depannya bukan hanya kita bisa melayani masyarakat dengan akses yang mudah, kualitas yang bagus, dan biaya yang murah, tapi juga kepercayaan atau trust masyarakat ke kita ini benar-benar harus bisa kita jaga," tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes: Digitalisasi kesehatan berperan tingkatkan "trust" masyarakat
Menkes menilai digitalisasi informasi kesehatan dapat menyelesaikan permasalahan asimetrisnya informasi pelayanan kesehatan yang ada. Selama ini, informasi tersebut berbeda-beda tergantung standar dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan di Indonesia.
"Once, trust ini atau kepercayaan ini hilang, orang akan lari dan dia akan cari hal lain, sehingga profesi ini (kesehatan) tidak ada integritasnya," katanya dalam acara Penganugerahan Penghargaan Anti Kecurangan dan Pengendalian Gratifikasi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Jakarta, Kamis.
Menkes yang memiliki latar belakang di bidang perbankan menilai industri kesehatan di Indonesia perlu mempelajari hal-hal baik yang diterapkan dari dunia perbankan.
"Industri ini (kesehatan) adalah industri yang informasinya sangat tidak simetris. Saya suka bilang kalau perbankan kita beli kurs Amerika (Serikat) harga Rp16 ribu, ada yang jual Rp24 ribu, Rp32 ribu kita gak mungkin beli. Kita ada taruh bunga deposito misalnya lima persen ada yang kasih dua persen gak bakal masuk, karena informasi itu diketahui masyarakat dengan simetris," ucapnya.
"Nah kalau kesehatan itu gak simetris. Sakit usus buntu, operasi misalnya Rp500 ribu di sini, di tempat lain Rp10 juta. Bedanya sudah sepuluh kali lipat. Sama seperti kita beli kurs asing Rp16 ribu tapi di tempat lain ada yang jual Rp160 ribu dan kita masih beli karena tidak simetris informasinya," lanjut Menkes Budi.
Oleh karena itu, Menkes menekankan sinergitas antarpemangku kepentingan bidang kesehatan untuk menjaga kesimetrisan informasi kesehatan. Ia menilai informasi yang simetris dapat menurunkan ongkos, menjaga kualitas, serta meningkatkan kredibilitas industri kesehatan.
"Karena profesi kesehatan sama seperti perbankan, orang percaya. Orang gak akan pernah nanya uang saya ditaruh bakal hilang gak?, saya dirawat bakal sembuh gak?," ucapnya.
Untuk itu, Menkes mengajak seluruh pemangku kepentingan bidang kesehatan seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk bersama-sama menjaga integritas informasi tersebut melalui digitalisasi informasi kesehatan.
"Ke depannya bukan hanya kita bisa melayani masyarakat dengan akses yang mudah, kualitas yang bagus, dan biaya yang murah, tapi juga kepercayaan atau trust masyarakat ke kita ini benar-benar harus bisa kita jaga," tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes: Digitalisasi kesehatan berperan tingkatkan "trust" masyarakat