Padang Aro (ANTARA) - Nilai investasi di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat pada 2021 naik menjadi Rp429,4 miliar dibandingkan dengan 2020 yang hanya Rp289,1 miliar.
"Karena pandemi investasi jadi terganggu tetapi pada 2021 jumlahnya kembali naik cukup siginifikan dibanding 2020 dan ini membuktikan perekonomian mulai membaik," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Solok Selatan, Firdaus Firman di Padang Aro, Senin.
Dia mengatakan, investasi pada 2021 terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDM) sebesar 68 persen dan Penanaman Modal Asing (PMA) 31,6 persen dari nilai investasi.
Sedangkan sektor yang paling tinggi investasinya yaitu tanaman pangan perkebunan dan peternakan sebesar Rp287,2 miliar.
Kemudian sektor Industri makanan Rp131 miliar, listrik, gas dan air Rp10,37 miliar serta perdagangan Rp500 juta dengan jumlah tenaga kerja 1.832 orang.
Sedangkan investasi pada 2020 katanya, sebesar Rp289,1 miliar jumlah tenaga kerja yang terserap hanya 476 orang.
Untuk investasi 2020 dari PMA jauh lebih besar yaitu 68 persen sedangkan PMDN 31,1 persen.
Investasi pada 2020, sebagian besar di sektor pertambangan sebesar Rp199,4 miliar kemudian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan 86,9 miliar serta listrik, gas dan air, Rp2,8 miliar.
Sedangkan di sektor perdagangan dan reparasi pada 2020 tidak ada sama sekali dalam laporan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM).
Dia berharap, perekonomian terus membaik dan investasi bisa naik lagi pada 2022 sehingga kesejahteraan masyarakat bisa tercapai.
"Semakin tinggi invetasi maka banyak pula penyerapan tenaga kerja dan berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat," ujarnya.
"Karena pandemi investasi jadi terganggu tetapi pada 2021 jumlahnya kembali naik cukup siginifikan dibanding 2020 dan ini membuktikan perekonomian mulai membaik," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Solok Selatan, Firdaus Firman di Padang Aro, Senin.
Dia mengatakan, investasi pada 2021 terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDM) sebesar 68 persen dan Penanaman Modal Asing (PMA) 31,6 persen dari nilai investasi.
Sedangkan sektor yang paling tinggi investasinya yaitu tanaman pangan perkebunan dan peternakan sebesar Rp287,2 miliar.
Kemudian sektor Industri makanan Rp131 miliar, listrik, gas dan air Rp10,37 miliar serta perdagangan Rp500 juta dengan jumlah tenaga kerja 1.832 orang.
Sedangkan investasi pada 2020 katanya, sebesar Rp289,1 miliar jumlah tenaga kerja yang terserap hanya 476 orang.
Untuk investasi 2020 dari PMA jauh lebih besar yaitu 68 persen sedangkan PMDN 31,1 persen.
Investasi pada 2020, sebagian besar di sektor pertambangan sebesar Rp199,4 miliar kemudian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan 86,9 miliar serta listrik, gas dan air, Rp2,8 miliar.
Sedangkan di sektor perdagangan dan reparasi pada 2020 tidak ada sama sekali dalam laporan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM).
Dia berharap, perekonomian terus membaik dan investasi bisa naik lagi pada 2022 sehingga kesejahteraan masyarakat bisa tercapai.
"Semakin tinggi invetasi maka banyak pula penyerapan tenaga kerja dan berimbas pada peningkatan ekonomi masyarakat," ujarnya.