Padang (ANTARA) - Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X, Prof Herri menyebutkan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi di Indonesia masih rendah yakni baru sekitar 37 persen.
"Di negara kita ini ada sekitar 29 juta anak muda yang berumur 17 hingga 23 tahun, jika dilihat dari PDDikti yang kuliah baru 9,1 juta orang. Sehingga perbandingan anak muda yang kuliah baru sekitar 37 persen," ujar dia di Padang, Sabtu.
Sedangkan di negara lain, lanjutnya seperti di Malaysia sudah mencapai sekitar 60 persen, Singapura 78 persen dan paling tinggi di dunia yaitu Korea Selatan yakni sudah 98 persen.
Ia mengatakan, bila dikaitkan tingkat APK dengan tingkat pertumbuhan ekonomi atau kesejahteraan ada sebuah perbandingan garis lurus, yakni semakin tinggi orang-orang terdidik atau semakin tinggi APK maka kesejahteraan di negara itu semakin tinggi pula.
Menurut dia, orang-orang yang mengecap pendidikan tinggi maka produktivitasnya akan lebih tinggi termasuk cara berpikirnya sehingga bisa menghasilkan sebuah produk yang kreatif dan inovatif.
"Orang-orang yang berpendidikan tinggi mudah menerima perubahan dan melakukan perubahan, serta mudah diajak berbicara, dia miliki karakter yang baik yang memberi arah pada orang lain," kata Kepala Lembaga.
Oleh karena itu, lanjut Prof Herri, pemerintah mendorong anak muda untuk mengikuti perkuliahan karena berhubungan dengan produktivitas nasional.
Pemerintah berupaya membantu masyarakat yang belum mampu dalam segi ekonomi namun memiliki kemampuan dalam intelektual yang baik dengan menyediakan bantuan berupa Kartu Indonesia Pintar atau disebut KIP Kuliah.
Setiap tahun pemerintah memberikan bantuan KIP Kuliah tidak hanya untuk PTN tapi juga untuk PTS sebagai upaya agar lebih banyak anak muda yang kuliah.
"Tentunya berkuliah di perguruan tinggi yang baik yang bisa menghasilkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas," ucapnya.
Prof Herri mengemukakan, kualitas perguruan tinggi bisa dilihat dari akreditasi. Khusus untuk PTS di LLDIKTI Wilayah X, sudah 40 persen PTS yang terakreditasi B, dan untuk program studi sudah 60 persen terakreditasi B.
Pihaknya menargetkan 70 persen program studi terakreditasi B dan 10 persen terakreditasi A. Saat ini ada 37 program studi yang sudah terakreditasi A.
Kemudian untuk peningkatan perguruan tinggi, salah satunya dilakukan melalui peningkatan kualifikasi dosen sebab dosen merupakan contoh teladan bagi mahasiswa.
Dosen juga diminta tidak hanya memiliki kemampuan teori tapi juga pengalaman praktis mengenai bidang ilmunya.
LLDIKTI Wilayah X mendorong dosen-dosen bisa terjun ke industri, memiliki pengalaman industri dan kemudian itulah yang diajarkan kepada mahasiswa. Sehingga akan membuat pembelajaran menjadi lebih hidup dan melahirkan alumni-alumni yang berkualitas.
Menurut dia, hal itu sejalan dengan konsep merdeka belajar yakni bisa menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya mantap dari segi teori tapi juga memiliki kemampuan praktis.
Kepala Lembaga mengatakan dari 9,1 juta mahasiswa yang berkuliah di 4.600 perguruan tinggi di Indonesia, 60 persen perguruan tinggi tersebut dari berbentuk swasta, yang artinya 60 persen SDM dihasilkan oleh PTS.
"Apabila swasta tidak berkualitas otomatis 60 persen SDM kita tidak berkualitas, oleh sebab itu kalau sekarang kita diberi amanah menyelenggarakan PTS itu perlu kita jalankan dengan sebaik-baiknya," harapnya.
"Di negara kita ini ada sekitar 29 juta anak muda yang berumur 17 hingga 23 tahun, jika dilihat dari PDDikti yang kuliah baru 9,1 juta orang. Sehingga perbandingan anak muda yang kuliah baru sekitar 37 persen," ujar dia di Padang, Sabtu.
Sedangkan di negara lain, lanjutnya seperti di Malaysia sudah mencapai sekitar 60 persen, Singapura 78 persen dan paling tinggi di dunia yaitu Korea Selatan yakni sudah 98 persen.
Ia mengatakan, bila dikaitkan tingkat APK dengan tingkat pertumbuhan ekonomi atau kesejahteraan ada sebuah perbandingan garis lurus, yakni semakin tinggi orang-orang terdidik atau semakin tinggi APK maka kesejahteraan di negara itu semakin tinggi pula.
Menurut dia, orang-orang yang mengecap pendidikan tinggi maka produktivitasnya akan lebih tinggi termasuk cara berpikirnya sehingga bisa menghasilkan sebuah produk yang kreatif dan inovatif.
"Orang-orang yang berpendidikan tinggi mudah menerima perubahan dan melakukan perubahan, serta mudah diajak berbicara, dia miliki karakter yang baik yang memberi arah pada orang lain," kata Kepala Lembaga.
Oleh karena itu, lanjut Prof Herri, pemerintah mendorong anak muda untuk mengikuti perkuliahan karena berhubungan dengan produktivitas nasional.
Pemerintah berupaya membantu masyarakat yang belum mampu dalam segi ekonomi namun memiliki kemampuan dalam intelektual yang baik dengan menyediakan bantuan berupa Kartu Indonesia Pintar atau disebut KIP Kuliah.
Setiap tahun pemerintah memberikan bantuan KIP Kuliah tidak hanya untuk PTN tapi juga untuk PTS sebagai upaya agar lebih banyak anak muda yang kuliah.
"Tentunya berkuliah di perguruan tinggi yang baik yang bisa menghasilkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas," ucapnya.
Prof Herri mengemukakan, kualitas perguruan tinggi bisa dilihat dari akreditasi. Khusus untuk PTS di LLDIKTI Wilayah X, sudah 40 persen PTS yang terakreditasi B, dan untuk program studi sudah 60 persen terakreditasi B.
Pihaknya menargetkan 70 persen program studi terakreditasi B dan 10 persen terakreditasi A. Saat ini ada 37 program studi yang sudah terakreditasi A.
Kemudian untuk peningkatan perguruan tinggi, salah satunya dilakukan melalui peningkatan kualifikasi dosen sebab dosen merupakan contoh teladan bagi mahasiswa.
Dosen juga diminta tidak hanya memiliki kemampuan teori tapi juga pengalaman praktis mengenai bidang ilmunya.
LLDIKTI Wilayah X mendorong dosen-dosen bisa terjun ke industri, memiliki pengalaman industri dan kemudian itulah yang diajarkan kepada mahasiswa. Sehingga akan membuat pembelajaran menjadi lebih hidup dan melahirkan alumni-alumni yang berkualitas.
Menurut dia, hal itu sejalan dengan konsep merdeka belajar yakni bisa menghasilkan mahasiswa yang tidak hanya mantap dari segi teori tapi juga memiliki kemampuan praktis.
Kepala Lembaga mengatakan dari 9,1 juta mahasiswa yang berkuliah di 4.600 perguruan tinggi di Indonesia, 60 persen perguruan tinggi tersebut dari berbentuk swasta, yang artinya 60 persen SDM dihasilkan oleh PTS.
"Apabila swasta tidak berkualitas otomatis 60 persen SDM kita tidak berkualitas, oleh sebab itu kalau sekarang kita diberi amanah menyelenggarakan PTS itu perlu kita jalankan dengan sebaik-baiknya," harapnya.