Jakarta (ANTARA) - Pencinta seni yang ingin melihat pementasan dengan unsur kebudayaan Minang bisa menyaksikan pertunjukan "Padusi" yang tayang di laman resmi www.indonesiakaya.com serta channel YouTube IndonesiaKaya pukul 15.00 WIB, Minggu.
"Padusi" diprakarsai oleh penari dan koreografer asal Sumatera Barat, Tom Ibnur yang nanti ditayangkan adalah rekaman pementasan pada 11 dan 12 Mei 2013 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Pertunjukan yang melibatkan 50 penari dan musisi ini, menampilkan tiga legenda perempuan dari Ranah Minang yang menginspirasi perempuan nasional.
“Percintaan, kesetiaan dan juga harga diri adalah topik dan tema cerita yang ditampilkan dalam lakon Padusi ini. Nantinya semua kisah akan digambarkan dengan seni drama dan tari. Tidak hanya soal kisah cinta, Padusi juga akan mengangkat cerita sejarah yang sangat kental di kalangan masyarakat Minang," kata Tom Ibnur dalam siaran resmi, Minggu.
Dalam pementasan ini, Tom Ibnur juga menggandeng dua nama Rama Soeprapto sebagai sutradara dan Nia Dinata sebagai penulis naskah. Tidak hanya itu, pertunjukan ini juga dimeriahkan oleh Sha Ine Febriyanti, Jajang C. Noer, Niniek L. Karim, Arswendy Nasution, dan Marissa Anita.
"Padusi" bercerita tentang sosok perempuan urban Jakarta bernama Padusi. Setelah bercerai dari suaminya, tanpa dikaruniai anak, Padusi merasa bahwa ini saat yang tepat baginya untuk menjelajahi tanah kelahiran nenek moyangnya, apalagi selama hampir sepuluh tahun terakhir, ia ternyata belum bisa merasakan kebahagiaan di dalam diri. Hidup ia jalani berdasarkan keinginan orang tua dan mantan suaminya semata.
Sha Ine Febriyanti, yang memerankan tiga tokoh sekaligus dalam pertunjukan ini mengungkapkan, “Penayangan kembali pertunjukan Padusi ini, tentunya sedikit melepas kerinduan saya dan seluruh pihak yang terlibat dalam pertunjukan ini. Kami harap, karya yang menggambarkan tentang kekuatan 3 wanita, 3 kehidupan, dalam 1 budaya ini dapat menginspirasi dan menambah wawasan para penikmat seni di rumah.”
Terdapat tiga cerita budaya yang memberi inspirasi untuk Padusi saat ia pulang ke tanah leluhurnya. Cerita pertama adalah seorang bidadari bernama Puti Bungsu yang terpaksa menjadi manusia biasa dan menikah di bumi. Kisah kedua, Siti Jamilah, cerminan seorang perempuan yang kecewa kepada suaminya yang telah menikah lagi dengan wanita lain, sehingga ia memutuskan untuk membunuh anak & dirinya sendiri. Kisah terakhir yang diangkat yaitu tentang seorang perempuan bernama Sabai nan Aluih yang menuntut keadilan karena akan dipersunting secara paksa dengan seorang datuk tua bangka, Rajo nan Panjang.
"Padusi" diprakarsai oleh penari dan koreografer asal Sumatera Barat, Tom Ibnur yang nanti ditayangkan adalah rekaman pementasan pada 11 dan 12 Mei 2013 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki Jakarta. Pertunjukan yang melibatkan 50 penari dan musisi ini, menampilkan tiga legenda perempuan dari Ranah Minang yang menginspirasi perempuan nasional.
“Percintaan, kesetiaan dan juga harga diri adalah topik dan tema cerita yang ditampilkan dalam lakon Padusi ini. Nantinya semua kisah akan digambarkan dengan seni drama dan tari. Tidak hanya soal kisah cinta, Padusi juga akan mengangkat cerita sejarah yang sangat kental di kalangan masyarakat Minang," kata Tom Ibnur dalam siaran resmi, Minggu.
Dalam pementasan ini, Tom Ibnur juga menggandeng dua nama Rama Soeprapto sebagai sutradara dan Nia Dinata sebagai penulis naskah. Tidak hanya itu, pertunjukan ini juga dimeriahkan oleh Sha Ine Febriyanti, Jajang C. Noer, Niniek L. Karim, Arswendy Nasution, dan Marissa Anita.
"Padusi" bercerita tentang sosok perempuan urban Jakarta bernama Padusi. Setelah bercerai dari suaminya, tanpa dikaruniai anak, Padusi merasa bahwa ini saat yang tepat baginya untuk menjelajahi tanah kelahiran nenek moyangnya, apalagi selama hampir sepuluh tahun terakhir, ia ternyata belum bisa merasakan kebahagiaan di dalam diri. Hidup ia jalani berdasarkan keinginan orang tua dan mantan suaminya semata.
Sha Ine Febriyanti, yang memerankan tiga tokoh sekaligus dalam pertunjukan ini mengungkapkan, “Penayangan kembali pertunjukan Padusi ini, tentunya sedikit melepas kerinduan saya dan seluruh pihak yang terlibat dalam pertunjukan ini. Kami harap, karya yang menggambarkan tentang kekuatan 3 wanita, 3 kehidupan, dalam 1 budaya ini dapat menginspirasi dan menambah wawasan para penikmat seni di rumah.”
Terdapat tiga cerita budaya yang memberi inspirasi untuk Padusi saat ia pulang ke tanah leluhurnya. Cerita pertama adalah seorang bidadari bernama Puti Bungsu yang terpaksa menjadi manusia biasa dan menikah di bumi. Kisah kedua, Siti Jamilah, cerminan seorang perempuan yang kecewa kepada suaminya yang telah menikah lagi dengan wanita lain, sehingga ia memutuskan untuk membunuh anak & dirinya sendiri. Kisah terakhir yang diangkat yaitu tentang seorang perempuan bernama Sabai nan Aluih yang menuntut keadilan karena akan dipersunting secara paksa dengan seorang datuk tua bangka, Rajo nan Panjang.