Jakarta (ANTARA) - Ketidakpastian masih menggelayuti nasib rumah produksi penghasil sinetron religi yang seharusnya sedang membuat konten untuk ditayangkan di televisi sepanjang Ramadhan 2020.

Imbauan untuk bekerja dari rumah dan membatasi interaksi fisik demi menekan tingkat penyebaran virus corona COVID-19 membuat syuting distop.

Pemerintah meminta agar masyarakat tidak membuat kegiatan dengan banyak peserta atau berkumpul di keramaian agar penyebaran virus dapat diredam.

Bagi rumah produksi, itu artinya pekerjaan mereka di lokasi syuting betul-betul tak bisa dilakukan.

"Setiap (syuting) sinetron memakan tenaga lebih dari 70 orang, mau tidak mau harus kumpul," kata produser Raam Punjabi, pemilik rumah produksi Multivision Plus, kepada ANTARA.

Memaksakan diri untuk mengakali adegan yang harusnya melibatkan banyak pemain jadi terpisah-pisah tak cuma membuat biaya membengkak, hasilnya juga belum tentu bagus.

"Kualitasnya, yang paling penting, itu akan terpengaruh," tutur produser 76 tahun itu.

Menunggu hingga wabah mereda dan izin syuting kembali diberikan adalah satu-satunya jalan yang bisa ditapaki oleh rumah produksi di Indonesia.

Mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi meski produksi sinetron religi baru dimulai atau masih setengah jalan.

Raam mengungkapkan, tiga judul sinetron spesial Ramadhan yang disiapkan rumah produksinya masih dalam tahap skenario.

Stasiun televisi pun maklum bila konten yang mereka pesan tak kunjung rampung karena ini adalah keadaan kahar (force majeure).

"Banyak yang syutingnya tidak dilanjutkan, mau tidak mau, karena memang tidak mungkin," kata Dini Putri Direktur Pemrograman dan Akuisisi RCTI.

Re-run

Jika sinetron religi tak bisa diselesaikan tepat waktu untuk ditayangkan selama Ramadhan, maka stasiun televisi akan memutar otak untuk menyajikan tayangan yang relevan dan menarik untuk penonton yang sebagian besar berdiam diri di rumah.

Mereka harus memanfaatkan stok tayangan yang sudah dimiliki untuk diolah jadi konten Ramadhan, tak bisa mengandalkan judul-judul baru belum diketahui ujung nasibnya.

"Kalaupun akhirnya tidak selesai, pilihan paling dekat re-run, atau episode spesial berisi adegan kompilasi, atau kalau masih panjang bisa jadi ke judul kedua," jelas Dini.

Re-run atau menayangkan kembali tayangan lama menjadi salah satu alternatif yang dipertimbangkan, terutama untuk judul-judul yang populer.

Membuat episode spesial berisi adegan kompilasi yang menarik pun jadi pilihan untuk mengisi kekosongan yang seharusnya jadi jatah episode baru.

Judul kedua yang ia maksud adalah tayangan yang sebetulnya tak direncanakan khusus untuk Ramadhan, tapi tetap cocok untuk disiarkan. Yang paling penting, seluruh episodenya sudah rampung.

Rumah produksi Sinemart juga menghentikan semua produksi, termasuk untuk bulan puasa, tapi mereka punya judul lain yang ceritanya cocok untuk konten Ramadhan.

"Untuk Ramadhan kami tidak bisa syuting, tapi ada judul-judul yang sebenarnya cocok juga untuk di Ramadhan, seperti yang dimainkan Cut Meyriska dan Roger Danuarta," kata humas Sinemart Dini Suryani.

Meskipun begitu, keputusan akhir ada pada tim pemrograman televisi.

Andalkan sumber daya sendiri

Di luar sinetron religi, stasiun televisi juga menyiapkan acara yang mereka produksi sendiri (in house).

Dini Putri mengungkapkan, program-program in house untuk Ramadhan telah digarap sejak jauh-jauh hari karena harus melewati proses editing atau revisi.

Contohnya program religi yang menampilkan kemampuan anak-anak menghafal Al-Quran dan materi kuliah tujuh menit alias kultum.

"Kami bersyukur, syuting Hafiz Indonesia sudah jauh-jauh hari dari Februari sudah tuntas semua, jadi pas ada imbauan pemerintah untuk tidak syuting sudah tuntas, tinggal tunggu tayang," katanya.

Satu hal lagi yang harus diperhatikan oleh stasiun televisi adalah acara-acara siaran langsung yang melibatkan banyak penonton. Di tengah imbauan physical distancing alias pembatasan jarak interaksi, format acara seperti ini harus dipikirkan kembali.

"RCTI alhamdulillah sudah lama enggak studio based untuk acara live sahur dan buka puasa," kata Dini.

Di luar itu, ia menegaskan stasiun televisi tetap menerapkan Standar Operasional Prosedur untuk memastikan keamanan dan kesehatan selama wabah corona pada siaran langsung di luar konten Ramadhan yang harus terus berjalan, seperti program berita.

Global

Rumah produksi film, drama seri atau sinteron religi di berbagai belahan dunia juga kalang kabut mencari cara untuk meneruskan proses pembuatan acara untuk bulan Ramadhan yang sebentar lagi bergulir.

Dilansir AFP, banyak studio milik rumah produksi, artis serta kru tidak diperkenankan bekerja di luar rumah guna mencegah penyebaran virus corona baru (COVID-19).

Di saat yang sama, masyarakat yang juga diimbau menghabiskan waktu di rumah membutuhkan hiburan, bisa berupa tontonan dari televisi.

"Kami memiliki empat serial TV Ramadhan yang belum selesai syuting di Lebanon, dan satu lagi di Suriah. Semua ditangguhkan sekarang," kata kepala sebuah jaringan produksi televisi yang berbasis di Dubai.

"Hitungan mundur telah dimulai. Kami perlu konten sebanyak mungkin sebelum Ramadhan. Jika kami tidak dapat menyiapkan acara, kami akan melihat untuk membeli dari rumah-rumah produksi, bahkan jika kualitasnya lebih rendah," katanya.

AFP menyebutkan berdasarkan sebuah riset, 90 persen pemirsa di Timur Tengah menyaksikan acara televisi lokal.

Sama seperti di Indonesia, siaran religi di Timur Tengah akan menghiasi layar televisi pada periode menjelang berbuka puasa dan sahur.

Periode yang menarik banyak penonton itu memiliki harga iklan yang tinggi.
 

Pewarta : Nanien Yuniar
Editor : Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2024