Pekanbaru, (AntaraSumbar) - Berdasarkan  hasil pemantauan  BPS Provinsi  Riau,  di  Kota  Pekanbaru,  Dumai  dan Tembilahan, pada November 2015 terjadi inflasi sebesar 0,32 persen dengan pemberi andil terbesar adalah komoditas beras.

"Komoditas beras pemberi andil terbesar inflasi Riau karena adanya kenaikan indeks harga konsumen pada empat kelompok pengeluaran, dengan inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,27 persen dengan andil sebesar 0,27  persen," kata Kepala BPS Provinsi Riau, Mawardi Arsad dalam keterangannya di Pekanbaru, Rabu.

Menurut Mawardi,  selain beras komoditas utama yang mengalami inflasi dan memberikan andil terbesar juga cabai merah, daging ayam ras, tomat sayur, ikan nila, ikan tongkol, kol putih/kubis, ayam hidup, salak, jeruk, telur ayam ras, dan lain sebagainya.

Kemudian diikuti kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,20 persen dengan andil sebesar 0,01 persen,  kelompok makanan  jadi,  minuman,  rokok  dan  tembakau  sebesar  0,16 persen dengan  andil  0,03 persen, dan kelompok  perumahan, air,  listrik,  gas dan  bahan bakar sebesar  0,09  persen dengan  andil  0,02  persen.

"Sedangkan tiga kelompok pengeluaran lainnya mengalami  penurunan indeks harga atau deflasi yaitu kelompok sandang sebesar 0,11 persen dengan andil deflasi sebesar 0,01 persen, diikuti kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,03 persen dengan andil deflasi sebesar 0,002 persen, serta kelompok  transpor,  komunikasi  dan jasa keuangan sebesar 0, 01 persen dengan andil deflasi sebesar 0,002 persen," katanya.

Selama November 2015, katanya lagi, gabungan tiga kota di Provinsi Riau mengalami inflasi sebesar 0,32 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 121,77.

Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-November 2015) sebesar 1,55  persen, sedangkan  inflasi  tahun ke  tahun/year  on year (November 2015 terhadap  November 2014) tercatat sebesar 3,27 persen.

Ia menyebutkan, dari  tiga kota  IHK di Provinsi Riau,  dua  kota mengalami   inflasi,   yakni   Pekanbaru sebesar 0,41 persen, dan Tembilahan 0,15 persen, sedangkan Dumai mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.

Dari  23  kota  di  Sumatera  yang  menghitung  IHK, 19 kota  mengalami inflasi. Adapun inflasi tertinggi terjadi di Kota Bukittinggi sebesar 0,83 persen, diikuti oleh Sibolga sebesar 0,78 persen,  dan  Palembang sebesar 0,68 persen, sedangkan inflasi terendah  terjadi  di  Kota Bungo sebesar 0,07  persen.

Deflasi  terjadi  di empat kota lainnya  dengan  deflasi  tertinggi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,02 persen.

Dari 10 ibukota di Provinsi Sumatera, inflasi tertinggi terjadi di Palembang, Medan, dan Padang. (*)

Pewarta : Frislidia
Editor :
Copyright © ANTARA 2024