Jimmy Carter Pantau Pemilu di Kathmandu
Kathmandu, (Antara/AFP) - Mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter tiba di Kathmandu pada Sabtu untuk memantau pemilu yang sangat penting di Nepal pekan depan, yang akan memegang kunci bagi stabilitas politik masa depan di kerajaan di Himalaya itu.
Carter (89) akan memimpin tim terdiri atas 50 pemantau pemilu dari Carter Center yang berpusat di Atlanta. Mereka akan memantau pelaksanaan pemilu Selasa depan, yaitu pemilu kedua sejak berakhirnya perang saudara 10 tahun yang dilancarkan kelompok Maois pada 2006.
"Carter akan bertemu dengan para petinggi partai sebelum memulai pengamatan pemilu," kata Ghanashyam Ojha, analis politik dari Carter Center kepada AFP.
LSM Carter memantau jajak pendapat dewan konstituen Nepal yang bersejarah pada 2008 yang mengakhiri peran kerajaan dan mengubah negara itu menjadi republik sekular.
Sejak itu perseteruan politik tersembunyi terjadi dalam upaya menyusun undang-undang serta proses perdamaian, yang membawa keruntuhan dewan konstituen Nepal yang pertama pada Mei 2012.
Faksi garis keras dari Partai Maois yang menyapu jajak pendapat 2008 mengancam akan mengganggu pemilu 19 November berupa protes oleh kelompok golongan putih yang membakar semak-semak dan meledakkan sejumlah kendaraan pekan ini.
Aliansi 33 partai dipimpin Partai Komunis Nepal-Maois (CPN-M) mengatakan bahwa pemilu tidak dapat dilaksanakan di bawah pemerintah sementara yang diketuai Pengadilan Tinggi.
Mereka menghendaki pemilu ditangguhkan sampai pemerintahan lintas-partai terbentuk.
Carter, peraih Nobel Perdamaian 2002 bertemu dengan kelompok garis keras dalam kunjungannya ke Nepal April lalu dan meminta mereka membatalkan kekerasan pada pemilu.
Dalam pernyataan pada Jumat sore, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon mendesak kelompok garis keras untuk membiarkan pemilu berlangsung dalam suasana yang bebas dari kekerasan dan ancaman.
"Sekjen meminta pada semua pihak untuk menyelesaikan pemilu secara damai," demikian dinyatakan.
Lebih dari 100 partai termasuk tiga partai besar Persatuan Marxis-Lenin, Kongres Nepal dan Maois menjadi peserta pemilu memperebutkan 601 kursi dewan yang juga akan berperan sebagai parlemen. (*/jno)