Simpang Empat (ANTARA) - Setiap pagi, Satrio (26) berkeliling dekat rumahnya sembari menaburkan butiran pakan pelet ke dalam deretan kolam berbentuk wadah berukuran besar yang dilapisi terpal. Senyumnya tak pernah lepas melihat ikan berebutan makanan dengan gemercik air sedikit membasahi mukanya.
Ya, itulah aktifitas anak muda lulusan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang tahun 2023 ini tiap pagi. Berbekal pengetahuan secara otodidak di internet, dia memberanikan diri mencoba budidaya ikan nila di Jalur 1 Jambak Kecamatan Luhak Nan duo dengan teknologi bioflok. Dan itu berhasil.
Diakui, awalnya dia hanya mencoba mencari peluang usaha di youtube pada 2023 dengan melihat begitu gencarnya pemerintah pusat dalam menjalankan program ketahanan pangan.
"Kalau sektor pertanian tentunya butuh lahan yang luas. Sementara saya tidak memilikinya. Lalu saya lihat peluang di sektor perikanan. Ternyata ada tekhnologi baru dalam membuat kolam yang tidak membutuhkan lahan luas dan air yang mengalir. Kolam bioflok namanya," kata Satrio memulai ceritanya pagi itu.
Sambil belajar secara otodidak, dia memberanikan diri merancang kolam ikan di atas lahan 20x20 meter yang dindingnya terbuat dari terpal.
Secara perlahan, dia berhasil membuat 11 kolam dengan tinggi masing-masing kolam 100 centimeter. Enam kolam berdiameter enam dan lima kolam berdiamater empat.
Kolam itu menggunakan mal dari besi, tapak kolam, pipa air dan dindingnya dari terpal yang biasanya digunakan untuk tambak udang.
"Kalau ketahanannya dari garansi pabrik kolam terpal itu bisa berusia mencapai 30 tahun," sebutnya.
Untuk kolam berdiameter enam membutuhkan modal awal Rp28 sampai Rp30 juta per kolam, sedangkan untuk kolam berdiamater empat habis biaya sekitar Rp12 sampai Rp14 juta per kolam.
Untuk isi kolam berdiamater enam bisa ditaburi benih sebanyak 2.500 ekor dengan asumsi panen 2-3 ekor per kilogramnya, bisa juga isi 3.500 ekor dengan panen 5-6 ekor per kilogram.
Untuk kolam berdiameter empat bisa diisi benih ikan sebanyak 1.150 ekor dengan panen ikan ukuran 2-3 per kilogramnya.
Biaya produksi kolam diameter 6 mulai dari binih ikan, bakteri, listrik, alat pengukur cek amoniak/parameter air kolam dan pakan habis biaya Rp13-15 juta per siklus atau empat bulan sampai panen.
"Khusus untuk pakannya habis sekitar 1,1 ton per kolam dengan panen ikan 800 kilogram. Jika kolam diameter empat dengan biaya produksi Rp4-7 juta dengan menghabiskan pakan 500 kilogram dengan panen Rp300 kilogram," kata Satrio
Jika benih ikan telah masuk maka diberikan makanan berupa pelet tiga kali sehari pukul 09.00 WIB, pukul 13.00 WIB dan pukul 17.00 WIB.
Habis pakan untuk 11 kolam sampai panen menghabiskan 28 sampai 36 kilogram per hari. Semakin mendekati panen empat bulan maka makanan harus di tabur lebih banyak dari awal benih masuk ke kolam.
"Kalau dihitung untuk modal produksi habis Rp19.800 per kilogram ikan. Sedangkan nilai jualnya saat ini mencapai Rp27 ribu per kilogram kepada pedagang pengumpul. Artinya setiap kilogram kita memperoleh keuntungan Rp7.200 per kilogramnya," katanya.
Untuk tahap awal panen ikan memakan waktu empat bulan. Saat ini dia sudah panen sakali sebulan karena tiap kolam dibedakan waktu masuk benin ikannya dan juga disediakan kolam pembibitan atau kolam pendederan sehingga panen tidak terputus
Untuk kebutuhan air di 11 kolam hanya 260 ton kubik air tanpa harus membutuhkan air mengalir dan tidak harus diganti sampai panen. Jikapun hujan maka ada batas dan jika mencapai batasnya maka air akan keluar dengan sendirinya melalui pipa yang telah disiapkan.
Dalam perawatannya juga dilakukan pengolahan fases bakteri basilus melalui pengukuran melalui amoniak, nikrat dan nitrit sehingga kualitas air tetap terjaga.
Mikroorganisme dalam flok menjadi sumber protein tambahan, mengurangi kebutuhan pakan buatan 20 sampai 30 persen.
Untuk resiko sendiri, katanya, belum ditemukan tetapi hanya persoalan listik jika padam. Solusinya dia menyiapkan mesin genset jika lampu padam maka secara otomatis akan kembali hidup lagi.
Dengan keberhasilannya itu maka saat ini Satrio terpilih menjadi Ketua DPW bioflok Indonesia wilayah Sumbar.
Sebagai generasi muda saat ini, dia melakukan edukasi ke masyarakat baik ke petani langsung maupun sosialisasi melalui media sosial tentang peluang usaha ternak ikan bioflok.
"Dari data sementara saat ini di Pasaman Barat baru ada dua kelompok yakni kelompoknya sendiri Kelompok Nila Bioflok Berkah Jambak dan di Pinaga. Sedangkan di Sumbar baru dua tujuh kelompok," sebutnya.
Cara Kerja
Metode budidaya ikan yang memanfaatkan mikroorganisme untuk mengolah limbah organik dalam kolam, mengubahnya menjadi flok (gumpalan) yang kaya nutrisi dan dapat dimakan kembali oleh ikan.
Menurut Kepala Dinas Perikanan Pasaman Barat Zulfi Agus prinsip utamanya adalah mengubah senyawa organik dan anorganik, termasuk karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen, menjadi massa flok.
Sisa pakan dan kotoran ikan menghasilkan amonia yang berbahaya. Bakteri heterotrof dalam sistem bioflok mengurai amonia dan mengubahnya menjadi nitrat yang lebih aman.
Lalu pembentukan flok bakteri, bersama dengan mikroorganisme lain seperti alga dan protozoa, berkumpul membentuk flok. Flok ini adalah gumpalan kecil yang kaya akan protein dan nutrisi.
Flok yang terbentuk kemudian dimakan oleh ikan, menjadi sumber pakan alami tambahan. Hal ini mengurangi ketergantungan pada pakan buatan dan meningkatkan efisiensi pakan.
Untuk mencapai keberhasilannya maka Aerasi (penambahan oksigen) penting untuk menjaga mikroorganisme tetap hidup dan aktif. Sirkulasi air yang baik juga diperlukan untuk mendistribusikan oksigen dan menjaga flok tetap tersuspensi.
Lalu pemantauan kualitas air perlu dipantau secara intensif untuk menjaga kadar oksigen, pH, dan konsentrasi amonia tetap optimal. Ini penting untuk mencegah timbulnya masalah dan menjaga kesehatan ikan.
Untuk budidaya bioflok ini harus diperhatikan aliran listrik karena budidaya ini membutuhkan pasokan listrik yang stabil serta pemantauan kebocoran pada kolam.
Keunggulan Bioflok
Dengan menggunakan sistem tekhnologi bioflok di Kelompok Nila Bioflok Berkah Jambak unggul dibandingkan kolam ikan secara konvensional.
Secara sederhana, bioflok adalah suatu sistem di mana mikroorganisme (termasuk bakteri, alga, dan protozoa) tumbuh dalam jumlah besar dalam kolam budidaya dan mengubah bahan organik dalam air menjadi "flok" (partikel kecil atau gumpalan) yang bisa dimanfaatkan oleh ikan sebagai pakan.
Adapun keunggulan bioflok itu antara lain pertama meningkatkan produksi. Hasil panen lebih tinggi dibandingkan sistem konvensional (bisa mencapai 2–3 kali lipat per meter persegi
Kedua, waktu panen lebih singkat, karena pertumbuhan ikan lebih cepat dengan kualitas pakan yang lebih baik dari bioflok.
Ketiga, mikroorganisme dalam flok menjadi sumber protein tambahan, mengurangi kebutuhan pakan buatan hingga 20-30 persen dan FCR (Feed Conversion Ratio) bisa ditekan menjadi 1 atau 2 (artinya efisien secara ekonomi).
Keempat, penggunaan air lebih hemat karena sistem bioflok tidak memerlukan penggantian air secara rutin, hanya penambahan jika menguap atau diserap.
Cocok untuk daerah dengan keterbatasan sumber air.
Kelima, ramah lingkungan. Limbah organik tidak dibuang, tetapi diolah menjadi pakan alami oleh bakteri baik (probiotik).
Keenam, mengurangi pencemaran lingkungan dan menjaga kualitas air kolam lebih stabil.
Ketujuh peningkatan pendapatan petani
Dengan biaya produksi lebih efisien dan panen lebih besar, laba bersih meningkat.
Lalu membuka peluang wirausaha budidaya skala rumah tangga, cocok untuk petani kecil.
Pemkab Pasaman Barat melalui Dinas Perikanan saat ini juga terus melakukan sosialisasi dan pendampingan kepada petani bioflok saat ini.
Kondisi petani ikan nila saat ini, kata Zulfi, permasalahan ketersediaan bibit dan harga pakan ikan relatif tinggi di pasaran yaitu Rp11.000 sampai Rp13.000 per kilogram. Sehingga mengurangi minat masyarakat budidaya ikan nila.
Saat ini, jelas dia, produksi budidaya perikanan air tawar mengalami penurunan. Dari data tahun 2024 dengan target produksi budidaya perikanan air tawar sebanyak 5.970 ton per tahun hanya mampu terealisasi sebanyak 4.782 ton per tahun.
Pihaknya juga telah melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada petani tentang budidaya bioflok ini yang didukung olen surat keputusan Bupati Pasaman Barat.
"Saat ini bioflok yang aktif itu baru dua dan target kedepan di 11 kecamatan akan dibentuk," harapnya.
