Peneliti FK Unand luncurkan bahan baku untuk pemeriksaan PCR (Video)

id Peneliti FK Unand,pemeriksaan PCR,PDRPI FK Unand,Unand

Peneliti FK Unand luncurkan bahan baku untuk pemeriksaan PCR (Video)

Ketua Tim Riset dan penelitian Dr dr Andani Eka Putra (dua kiri) saat jumpa pers pengenalan produk hasil riset dan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi (PDRPI) di Padang, pada Senin (2/6). ANTARA/FathulAbdi

Padang (ANTARA) - Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi (PDRPI) Fakultas Kedokteran Unand, Sumatra Barat (Sumbar) secara resmi meluncurkan dua produk penting untuk pemeriksaan berbasis Polimerase Chain Reaction (PCR).

Kedua produk tersebut adalah taq polimerase dan reverse transkriptase sebagai dua protein atau enzim yang digunakan sebagai bahan baku utama untuk produk molekuler.

"Produk ini berasal dari riset serta penelitian yang dilakukan oleh PPDRI bersama mahasiswa S2 Biomedik Fakultas Kedokteran Unand selama satu tahun," kata Ketua Tim Peneliti Dr dr Andani Eka Putra di Padang, Senin.

Ia menjelaskan taq polimerase dan reverse transkriptase sangat penting untuk proses reaksi yang terjadi dalam pemeriksaan medis.

Taq polimerase berguna untuk memperbanyak jumlah DNA sehingga bisa dianalisis, sebaliknya reverse transcriptase berguna untuk merubah RNA menjadi DNA.

Andani meyakini bahwa produk yang mereka temukan dapat memberikan keuntungan ganda yakni dari sisi biaya medis kepada masyarakat, kemandirian, serta peningakatan perekonomian bangsa.

Sebab diketahui bahan baku tersebut biasanya diimpor oleh industri dari luar negeri seperti Amerika, China, atau Eropa.

Namun kali ini bahan baku tersebut sudah tersedia di dalam negeri dan diproduksi oleh anak bangsa sendiri, sehingga menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi Tim Peneliti serta keluarga besar Unand.

Ia mengatakan ketersediaan bahan baku dari dalam negeri akan menurunkan biaya reagen PCR masyarakat, sekaligus meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

Dengan adanya kedua enzim yang ditemukan oleh Andani beserta tim, TKDN yang kini berada di angka 40-50 persen dapat meningkat menjadi 60-delapan puluh persen.

"Perkembangan ini tentunya akan memberikan dampak yang signifikan terhadap komersialisasi produk, kondisi global saat ini mengharuskan kita untuk mandiri sebagai bangsa yang maju," jelasnya.

Ia menjelaskan taq polimerase dan reverse transkriptase dibuat dengan pendekatan full bioteknologi dimana PDRPI FK Unand mengembangkan metode kloning untuk menghasilkan protein rekombinan.

"Gen yang menyandi protein ini diambil atau disintesis dan disisipkan pada bakteri seperti E coli dan memiliki sumber daya tak terbatas," jelasnya.

Ada perbedaan dalam produksi kedua protein yaitu taq polimerase menggunakan bakteri indukan yang diambil dari sumber air panas di daerah Solok, yaitu Bukit Kili Kecil, Bukik Gadang dan Batu Bajanjang.

Bakteri indukan yang ditemukan di air panas kawasan Solok antara lain Anoxybacillus flavithermus dan Tepidimonas ignava. Sedangkan reverse transcriptase tidak menggunakan bakteri indukan, namun urutan DNA yang disintesis di laboratorium.

Ia mengatakan produk komersil dari hasil riset dan penelitian itu akan diproduksi oleh mitra strategis PDRPI FK Unand yaitu PT Crown Teknologi Indonesia (CTI) yang memberikan dukungan pembiayaan.

Pada bagian lain, jumpa pers tersebut turut dihadiri Direktur Utama RSUP M DJamil Dovy Djanas, Direktur Riset Unand Muhammad Makky, Dekan Fakultas Kedokteran Unand Sukri Rahman, dan Direksi PT CTI Syafruddin Alun.

Mereka turut berbangga dengan riset serta penelitian yang dilakukan oleh Andani bersama tim, karena telah melahirkan produk yang bermanfaat bagi bangsa dan masyarakat.

Andani menyatakan bahwa keberhasilan kali ini akan menjadi tonggak dalam pergerakan PDRPI FK Unand agar lebih agresif dalam produksi produk Bioteknologi.

"Saat ini sedang dikembangkan vaksin untuk Tuberkulosis dan HPV, beberapa produk diagnosis berbasis molekuler dan antibodi, baik monoklonal atau poliklonal," jelasnya.

Pewarta :
Uploader: Jefri Doni
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.