Padang (ANTARA) - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) melalui Universitas Andalas (Unand), bersama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) memberikan pelatihan tata cara ekspor kelapa sawit bagi pelaku usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK) sawit.
"Pendampingan ini untuk memperkuat hilirisasi komoditas strategis nasional yakni kelapa sawit," kata Kasubdit Hilirisasi dan Komersialisasi Hasil Riset, Unand Kiki Yulianto di Padang, Sabtu.
Kiki Yulianto mengatakan pendampingan bagi 50 pelaku UKMK sawit di Ranah Minang tersebut merupakan bagian dari kerja sama berkelanjutan dengan BPDPKS. Selain memberikan pendampingan, pelaku UKMK sawit juga menyaksikan langsung pelepasan ekspor produk sawit dari alumni inkubasi.
Menurut dia, Unand telah lama mendampingi UKMK sawit. Ke depannya, perguruan tinggi tertua di luar Pulau Jawa itu akan terus berupaya memperkuat hilirisasi, dan komersialisasi hasil riset dosen.
Dalam pendampingan tersebut Unand bersama BPDP menekankan inovasi yang dihasilkan perlu dikembangkan secara bersama dengan pelaku usaha. Di satu sisi, ia mengakui masih terdapat tantangan kecocokan antara hasil riset dan kebutuhan di lapangan.
"Penguatan hilirisasi dan komersialisasi tentunya bertujuan agar memberikan dampak nyata bagi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat," kata Kiki.
Sementara itu, Gubernur Provinsi Sumatera Barat Mahyeldi menyambut baik pendampingan bagi pelaku UKMK sawit di Ranah Minang. Apalagi, sawit menjadi salah satu komoditas penting dan strategis dengan kontribusi ekspor terbesar Indonesia.
"Dengan pelatihan ini kita berharap potensi sawit di Sumbar dapat dioptimalkan. Pemerintah juga mendukung pengembangan sawit melalui berbagai program," ujar Mahyeldi.
Dalam arahannya, eks Wali Kota Padang tersebut mengatakan hilirisasi yang optimal bisa menciptakan berbagai produk turunan. Di sektor kecantikan, tanaman dengan nama latin elaeis guineensis Jacq ini bisa diolah menjadi sabun. Tidak hanya itu, sawit juga berpotensi diolah menjadi avtur.
Oleh karena itu, ke depannya ia berharap pelaku usaha bisa menjual minyak sawit merah yang lebih bernilai ekonomis bila dibandingkan hanya menjual tandan buah segar (TBS) mentah.
"Dengan menjual langsung minyak sawit merah, maka akan pelaku usaha bisa mendapatkan selisih harga yang baik dan berdampak kesejahteraan masyarakat," kata Mahyeldi.