Painan, Pesisir Selatan (ANTARA) - Setiap bulan Ramadan tiba, umat Islam di berbagai daerah menjalankan tradisi yang memperkaya spiritualitas sekaligus mempererat hubungan sosial. Salah satunya adalah Safari Ramadan, sebuah perjalanan ibadah yang penuh makna, di mana pemuka agama, tokoh masyarakat, dan umat Muslim mengunjungi berbagai masjid atau daerah untuk berbagi ilmu, kebahagiaan, dan keberkahan.
Namun, safari Ramadan bukan sekadar perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Lebih dari itu, tradisi ini menyimpan sejarah panjang dan filosofi mendalam yang mencerminkan semangat kebersamaan serta nilai-nilai utama dalam Islam.
Konsep safari Ramadan sejatinya telah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Dalam banyak riwayat, Rasulullah kerap berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyampaikan dakwah, mengajarkan Islam, serta menjalin silaturahmi dengan berbagai kelompok masyarakat. Salah satu peristiwa besar yang mencerminkan hal ini adalah perjalanan Rasulullah ke Madinah saat hijrah, yang menjadi titik awal penyebaran Islam secara lebih luas.
Di Indonesia, safari Ramadan berkembang sebagai tradisi yang dilakukan oleh ulama, dai, dan pemerintah setempat untuk mempererat hubungan dengan masyarakat. Di berbagai daerah, safari Ramadan menjadi ajang dakwah, edukasi keagamaan, serta ajang berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Di tengah semarak Ramadan, Kabupaten Pesisir Selatan kembali menghidupkan tradisi yang penuh makna: Safari Ramadan. Bukan sekadar seremonial tahunan, kegiatan ini menjadi ajang bagi pemimpin daerah untuk turun langsung ke masyarakat, merajut silaturahmi, mendengar aspirasi, dan menunjukkan kepedulian nyata.
Tahun ini, Bupati dan Wakil Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni-Risnaldi, memanfaatkan Safari Ramadan sebagai sarana komunikasi yang lebih dekat dengan warganya. Kunjungan mereka ke berbagai daerah pesisir bukan hanya membawa pesan keagamaan, tetapi juga harapan—bahwa pemerintahan yang hadir di tengah rakyat adalah pemerintahan yang benar-benar peduli.
Lebih dari Sekadar Tradisi Safari Ramadan sebagai Wujud Kepedulian. Safari Ramadan di Pesisir Selatan bukan hanya soal ceramah dan ibadah. Ada aksi nyata yang menyertainya: pemberian bantuan kepada masyarakat kurang mampu, renovasi masjid, hingga dialog terbuka dengan tokoh agama. Ini bukan sekadar simbolis, melainkan bagian dari visi pembangunan yang berbasis kedekatan dengan rakyat.
Pemerintah daerah pun menjadikan momentum ini sebagai ruang untuk menyerap aspirasi masyarakat. Rencana pembangunan daerah, program kesejahteraan, hingga upaya pemerataan infrastruktur disampaikan secara langsung. Harapannya, masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari perjalanan pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Di setiap daerah yang dikunjungi, Safari Ramadan selalu membawa semangat baru bagi rumah ibadah. Masjid-masjid yang disinggahi menjadi lebih hidup dengan kegiatan tadarus, kajian Islam, dan bakti sosial. Bukan hanya soal ibadah, tetapi juga bagaimana masjid kembali menjadi pusat kebersamaan umat.
Lebih jauh, Safari Ramadan menciptakan efek sosial yang lebih luas: menumbuhkan kepedulian antarwarga, menguatkan solidaritas, serta memperkenalkan keanekaragaman budaya Islam di berbagai daerah. Inilah bentuk keberkahan yang lebih besar—di mana Ramadan menjadi momentum untuk saling berbagi, bukan sekadar menjalankan ritual pribadi.
Di Kabupaten Pesisir Selatan, Safari Ramadan bukan hanya tentang menyambut bulan suci, tetapi juga tentang merawat hubungan antara pemimpin dan rakyat. Di balik setiap kunjungan, ada pesan mendalam: bahwa pemerintahan yang baik bukan hanya hadir di balik meja kebijakan, tetapi juga di tengah-tengah rakyatnya.
Dan di Ramadan tahun ini, semoga Safari Ramadan terus menjadi perjalanan spiritual yang menyatukan, menguatkan, dan membawa keberkahan bagi semua.