OJK: Perbankan Sumbar berpeluang tumbuh lewat pembiayaan pertanian

id OJK Sumbar, Sektor Perbankan, berpeluang, tumbuh lewat, pembiayaan pertanian

OJK: Perbankan Sumbar berpeluang tumbuh lewat pembiayaan pertanian

Kepala OJK Sumbar Roni Nazra menyampaikan kinerja sektor jasa keuangan di Sumbar pada saat jumpa pers di Padang, Senin (10/2/2025). ANTARA/FatahulAbdi.

Padang (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumatara Barat (Sumbar) menyatakan bahwa sektor perbankan di provinsi setempat masih berpeluang tumbuh lewat pembiayaan di bidang pertanian.

"Jika melihat kinerja sektor jasa keuangan Sumbar saat ini, peluang pertumbuhan sektor perbankan masih terbuka lebar terutama di pembiayaan pertanian yang masih belum optimal," kata Kepala OJK Sumbar Roni Nazra saat menggelar jumpa pers di Padang, Senin.

Ia menyebutkan sektor pertanian sampai sekarang masih menjadi kekuatan utama dalam struktur perekonomian Sumbar dengan kontribusi 21,94 persen terhadap perekonomian Sumbar. Namun penyaluran kredit perbankan terhadap bidang pertanian tersebut masih tergolong kecil yakni Rp11,86 triliun.

Angka tersebut terbilang lebih rendah jika dibandingkan dengan penyaluran kredit ke sektor perdagangan yang mencapai Rp16,92 triliun.

"Sementara itu kontribusi sektor perdagangan terhadap ekonomi Sumbar hanya 16,57 persen, sedangkan pertanian berkontribusi 21,94 persen," jelasnya.

Pemerintah Provinsi Sumatra Barat beserta para pengambil kebijakan disarankan untuk memprioritaskan pengembangan pada sektor pertanian.

Sekaligus mengarahkan investasi di bidang hilirisasi produk pertanian yang mencakup pertanian pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan guna menggenjot pertumbuhan ekonomi daerah.

Pada bagian lain, OJK Sumbar juga menilai likuiditas perbankan sepanjang tahun ini masih akan ketat, menyusul kebijakan efisiensi anggaran pemerintah serta gejolak ekonomi global.

Salah satunya adalah kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakibatkan terjadinya migrasi modal asing dari pasar Indonesia.

Roni Nazra menyebutkan perbankan terutama Bank Pembangunan Daerah (BPD) akan merasakan ketatnya likuiditas sepanjang tahun ini.

"Dilihat dari berbagai indikator memang likuiditas tahun ini makin ketat, saya kira BPD Sumbar yakni Bank Nagari juga merasakan dampaknya," jelasnya.

Namun demikian, lanjutnya, meski kesulitan dana akibat ketatnya likuiditas, secara umum kinerja perbankan Sumbar masih tumbuh positif.

Pada 2024 misalnya, aset perbankan Sumbar masih tumbuh 3,50 persen menjadi Rp83,99 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya atau year on year (yoy) sebesar Rp81,15 triliun.

Angka kredit tumbuh 5,27 persen menjadi Rp73,36 triliun, dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 4,18 persen menjadi Rp56,12 triliun.

Untuk ketahui DPK perbankan berasal dari deposito (dana mahal), serta tabungan dan giro (dana murah).

Sepanjang 2024 deposito perbankan di Sumbar mencapai Rp15,36 triliun atau tumbuh 5,3 persen. Tabungan masih tumbuh 5,8 persen menjadi Rp33,92 triliun, sedangkan giro malah anjlok 5,1 persen menjadi Rp6,83 triliun.

Roni menjelaskan penurunan giro mengindikasikan turunnya pertumbuhan sektor usaha, sebab rekening giro banyak digunakan oleh para pelaku usaha, perusahaan, dan kantor lembaga pemerintah untuk kemudahan dalam transaksi keuangan.