Keltan Suka Maju-Universitas Tamsis Padang kembang padi di KJA Danau Maninjau

id Kelompok Tani Suka Maju ,Berita agam,berita sumabr

Keltan Suka Maju-Universitas Tamsis Padang kembang padi di KJA Danau Maninjau

Lokasi pengembangan padi di kawasan keramba jaring apung di Danau Maninjau, Kabupaten Agam. Dok HO/ist

Lubukbasung (ANTARA) - Kelompok Tani Suka Maju bersama Universitas Taman Siswa Kota Padang, mengembangkan teknologi aquabiofilter atau bertanam padi dengan memanfaatkan Keramba Jaring Apung (KJA) Danau Maninjau di Jorong Kukuban, Nagari Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat dalam menyelamatkan danau vulkanik itu.

Pengembang Padi Aquabiofilter Universitas Taman Siswa Padang Muhammad Zulma Harja di Lubuk Basung, Rabu, mengatakan inovasi ini memanfaatkan rakitan bambu untuk bertanam padi.

"Terobosan ini kami lakukan untuk penyelamatan Danau Maninjau, selain membantu buruh tani berinovasi, program ini juga memanfaatkan kadar tinggi nutrisi yang ada dalam Danau Maninjau," katanya.

Ia mengatakan pihaknya mendapat dukungan dana dari Kemendikbudristek dan inovasi tersebut membantu masyarakat mengembangkan penanaman padi pada permukaan danau, juga menambah pendapatan petani.

Selain membantu buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian, juga membantu mengurangi kandungan nitrogen air danau.

"Kandungan nitrogen dari sisa pakan ikan itu, tidak sehat untuk ikan dan manusia, akan tetapi sangat bermanfaat sebagai nutrisi tanaman padi," katanya.

Ia menambahkan melalui inovasi dan pengembangan tanam padi apung ini dapat mengukur jumlah penyerapan nitrogen dari tiga jenis varian padi yakni jenis Inpara Sembilan atau padi pulan, Putiah Kusuik atau padi lokal, dan jenis padi Toyo Harum, hasil kawin silang padi lokal dengan pulen.

"Pengelolaan dan pengembangan padi aquabiofilter juga mengutamakan berbahan alami seperti dari pohon bambu dan kapas, agar tidak hanyut terbawa gelombang dan riak danau, penelitian ini memanfaatkan keramba jaring apung (KJA) kosong milik salah satu anggota kelompok," katanya.

Ia menambahkan kapasitas Danau Maninjau hanya bisa menampung 6.000 petak keramba jaring apung. Namun saat ini sudah mencapai 17 ribu petak keramba jaring apung.

Kondisi ini telah melebihi penggunaan Danau Maninjau, sehingga pencemaran penggunaan pakan ikan berzat kimia mencapai 15 ton per harinya.

Kondisi inilah yang membuat kualitas air danau memburuk dan menyebabkan sering terjadinya kematian ikan milik petani keramba jaring apung.

"Melalui pengembangan ini saya berharap menjadi salah satu solusi penanganan dan penyelamatan air Danau Maninjau," katanya.