Padang Panjang tertinggi di Sumbar Intervensi Stunting serentak
Padang Panjang (ANTARA) - Tim Kerja Laporan dan Statistik Perwakilan BKKBN Sumbar, Dedy Agustanto, S.Kom, M.Pd.T, menyebutkan capaian pengukuran Balita dalam Intervensi Stunting serentak di Kota Padang Panjang Tertinggi di Sumbar, mencapai 99,80 persen.
Ia menyebutkan di Kota Padang Panjang tidak terdapat gizi buruk. Namun ia mengingatkan untuk harus terus memastikan pemberian gizi yang baik untuk catin, ibu hamil dan balita.
"Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pemkot, penyuluh dan kader yang sudah konsisten terus melakukan upaya-upaya penurunan sunting. Balita yang diintervensi sebesar 1,45 persen. Ibu hamil yang diukur lingkar lengan atas (Lila) 65,87 persen dan jumlah calon pengantin (catin) yang didampingi Tim Pendamping Keluarga (TPK) sebanyak 13," kata dia.
Menurut Dedy, Angka-angka tersebut didapat dari pelaksanaan intervensi serentak cegah stunting pada 5 Juni 2024 lalu di 18 posyandu yang tersebar di 16 kelurahan. Sasarannya semua calon pengantin, ibu hamil dan balita dengan melakukan aksi seperti pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi, validasi dan intervensi.
"Memastikan intervensi yang mempunyai masalah gizi, mendapatkan edukasi. Pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran ke aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM) dan calon pengantin ke aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil," sebut dia pada Rapat Evaluasi Hasil Intervensi Stunting Serentak dengan seluruh lurah dan kader Posyandu se Kota Padang Panjang di Hall Lantai III Balaikota, Senin (24/6).
Ia mengimbau untuk terus dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap intervensi serentak dan ketersediaan pembiayaan pelaksanaan intervensi serentak termasuk rujukan kasus ke fasilitas kesehatan.
Ia menambahkan dalam intervensi serentak ada 10 langkah pasti yang harus dilakukan, diantaranya memastikan dilakukan pendataan seluruh catin, ibu hamil dan balita. Memastikan datang ke posyandu. Alat antropometri terstandar tersedia setiap posyandu. Seluruh kader posyandu memiliki keterampilan dalam penimbangan dan pengukuran. Penimbangan dan pengukuran menggunakan antropometri terstandar.
Sementara itu Asisten Bidang Pemerintahan dan Perekonomian Setdako, Ewasoska, SH, menyebutkan intervensi dengan sasaran keluarga yang berisiko stunting terutama dalam pemberian makanan yang sehat dan bergizi. Juga dibantu dengan meningkatkan peran ayah dalam pengasuhan anak.
"Angka prevalensi stunting di Padang Panjang, sudah mengalami penurunan dari 16,8 persen menjadi 15,8 persen, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dari Kementerian Kesehatan RI. Berada pada peringkat kedua terendah di Sumatera Barat setelah Kabupaten Solok Selatan sebesar 14,7 persen," kata Ewa.
Menurut dia, keberhasilan itu hanya bisa terwujud berkat kerja sama semuanya, tapi tidak boleh lengah dan berpuas diri. Target prevalensi stunting nasional pada 2024 yaitu 14 persen. Target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk Padang Panjang tahun 2025 yaitu 7,8 persen dan ini perlu perjuangan keras agar ini bisa tercapai. (*)
Ia menyebutkan di Kota Padang Panjang tidak terdapat gizi buruk. Namun ia mengingatkan untuk harus terus memastikan pemberian gizi yang baik untuk catin, ibu hamil dan balita.
"Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pemkot, penyuluh dan kader yang sudah konsisten terus melakukan upaya-upaya penurunan sunting. Balita yang diintervensi sebesar 1,45 persen. Ibu hamil yang diukur lingkar lengan atas (Lila) 65,87 persen dan jumlah calon pengantin (catin) yang didampingi Tim Pendamping Keluarga (TPK) sebanyak 13," kata dia.
Menurut Dedy, Angka-angka tersebut didapat dari pelaksanaan intervensi serentak cegah stunting pada 5 Juni 2024 lalu di 18 posyandu yang tersebar di 16 kelurahan. Sasarannya semua calon pengantin, ibu hamil dan balita dengan melakukan aksi seperti pendataan, penimbangan, pengukuran, edukasi, validasi dan intervensi.
"Memastikan intervensi yang mempunyai masalah gizi, mendapatkan edukasi. Pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran ke aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPBGM) dan calon pengantin ke aplikasi Elektronik Siap Nikah dan Siap Hamil," sebut dia pada Rapat Evaluasi Hasil Intervensi Stunting Serentak dengan seluruh lurah dan kader Posyandu se Kota Padang Panjang di Hall Lantai III Balaikota, Senin (24/6).
Ia mengimbau untuk terus dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap intervensi serentak dan ketersediaan pembiayaan pelaksanaan intervensi serentak termasuk rujukan kasus ke fasilitas kesehatan.
Ia menambahkan dalam intervensi serentak ada 10 langkah pasti yang harus dilakukan, diantaranya memastikan dilakukan pendataan seluruh catin, ibu hamil dan balita. Memastikan datang ke posyandu. Alat antropometri terstandar tersedia setiap posyandu. Seluruh kader posyandu memiliki keterampilan dalam penimbangan dan pengukuran. Penimbangan dan pengukuran menggunakan antropometri terstandar.
Sementara itu Asisten Bidang Pemerintahan dan Perekonomian Setdako, Ewasoska, SH, menyebutkan intervensi dengan sasaran keluarga yang berisiko stunting terutama dalam pemberian makanan yang sehat dan bergizi. Juga dibantu dengan meningkatkan peran ayah dalam pengasuhan anak.
"Angka prevalensi stunting di Padang Panjang, sudah mengalami penurunan dari 16,8 persen menjadi 15,8 persen, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dari Kementerian Kesehatan RI. Berada pada peringkat kedua terendah di Sumatera Barat setelah Kabupaten Solok Selatan sebesar 14,7 persen," kata Ewa.
Menurut dia, keberhasilan itu hanya bisa terwujud berkat kerja sama semuanya, tapi tidak boleh lengah dan berpuas diri. Target prevalensi stunting nasional pada 2024 yaitu 14 persen. Target yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk Padang Panjang tahun 2025 yaitu 7,8 persen dan ini perlu perjuangan keras agar ini bisa tercapai. (*)