Padang (ANTARA) - Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan pada dasarnya tren telekomunikasi adalah transformasi yang arahnya efisiensi, sehingga operator seluler bisa fokus memberikan layanan yang semakin baik ke masyarakat.
"Saat ini penetrasi layanan mobile mulai turun, sementara pasar fixed boradband masih berpeluang tumbuh," kata Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi melalui keterangan tertulisnya di Padang, Rabu.
Ia mengatakan saat ini pasar rumah tangga di Indonesia sekitar 45 juta. sementara, layanan fixed braodband baru menjangkau 10 juta pelanggan. Sehingga masih bisa bertumbuh hingga 20 juta pelanggan dalam beberapa waktu mendatang.
Kemudian, lanjut dia, penyatuan layanan fixed dan mobile broadband diharapkan tidak sampai double cost network. Sebab, saat ini sejumlah operator telekomunikasi mengembangkan layanan 5G untuk mobile.
Sebagai catatan, pasar global Fixed Mobile Convergence (FMC) diperkirakan naik cukup besar pada 2023-2028 terutama di Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika Utara. Dari kenaikan tersebut, sayangnya, banyak negara sekadar menyatukan fixed dan mobile broadband hanya karena faktor kompetisi.
Heru melihat langkah awal penyatuan agar operator seluler dapat dua pendapatan dari mobile dan fixed. Dari sisi konsumen, yang fixed, tarif berlangganan harus memberikan manfaat.
"Pastinya, kalau harga lebih mahal, ya orang tidak mau," tegas dia.
Sementara itu, dosen Perbanas Institute Piter Abdullah mengatakan konvergensi layanan fixed dan mobile broadband harus dilakukan secara bertahap. Sebab, jika dilakukan sekaligus maka biayanya besar.
Ia sepakat jika konvergensi layanan telko tidak dapat ditolak dan menyakini FMC tidak akan membebani konsumen, terutama dari sisi harga.
Sejumlah inisiasi FMC sudah dilakukan operator telekomunikasi seperti XL Axiata, Smartfren hingga Telkom Group.
"Intinya mereka tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan konsumen dan akhirnya pindah," ungkap Piter.
Jika diibaratkan, layanan internet kini sudah menjadi detak jantung kehidupan sehingga harus berjalan lancar tanpa gangguan apapun, ujarnya.
Berdasarkan laporan Speedtest Global Index 2023, rata-rata kecepatan fixed dan mobile broadband di Indonesia masing-masing hanya sebesar 25,59 Mbps dan 21,35 Mbps. Dengan kecepatan tersebut, Indonesia tercatat menempati posisi Ke-120 dari 180 negara untuk kecepatan fixed broadband. Sementara untuk kecepatan internet seluler Indonesia berada di urutan 101 dari 140 negara.
Laporan Google, Temasek, Bain & Company di 2022 menyebutkan penetrasi digital baru mencapai 78 persen. Indonesia telah memimpin ekonomi digital untuk regional Asia Tenggara dengan nilai Gross Merchandise Value (GMV) atau nilai penjualan bruto mencapai Rp1.198,3 triliun.
Apabila komitmen pemerataan infrastruktur digital digalakkan berbagai pihak, termasuk penyedia jasa internet, maka Indonesia bisa mencapai proyeksi ekonomi digital 2045 mencapai Rp22.513 triliun.
Terkait penerapan FMC di Indonesia ia menilai Telkomsel lebih siap dibandingkan operator lainnya. Hingga akhir Juni 2023, Indi Home yang kala itu masih dikelola Telkom sudah melayani 9,5 juta pelanggan atau tumbuh 7,2 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (YoY).