Dampak El Nino dan IOD positif terhadap lama musim kemarau dan pertanian di Sumatera Barat

id BMKG

Dampak El Nino dan IOD positif terhadap lama musim kemarau dan pertanian di Sumatera Barat

Logo BMKG (ANTARA/HO)

Padang (ANTARA) - Peristiwa Elnino Southern Oscilation (ENSO) dikenal El Nino yaitu pola iklim berulang yang melibatkan perubahan suhu perairan di bagian tengah dan timur Samudera Pasifik wilayah tropis. El Nino kembali terdeteksi pada pertengahan Maret 2023 diawali dengan indeks lemah menuju moderat.

Peristiwa El Nino mengakibatkan berkurangnya pertumbuhan awan hujan di Indonesia. Fenomena ini akibat interaksi lautan dan atomsfer/udara yang mempengaruhi cuaca dan iklim dunia secara global dan juga regional. Peristiwa ditandai anomali suhu muka laut positif, elnino dibagi menjadi tiga kategori lemah dengan nilai kecil dari +0,5 - 1 , moderat +1 -2 dan kuat nilai di atas +2.

BMKG menyebutkan fenomena El Nino tidak sama di setiap kejadiaannya. El Nino memiliki dampak yang beragam di setiap daerah dan waktu serta puncak El Nino belum tentu bersamaan dengan dampak kejadiannya.

Dalam 10 tahun terakhir terdapat beberapa kejadian El Nino moderat dan kuat. Pada tahun 2014 terjadi selama 18 bulan dimulai pada bulan Oktober 2014 hingga April 2016. Pada Oktober 2018 hingga Juni 2019 El Nino berada pada kondisi lemah hingga moderat (gambar 1).

Tahun 2023 El Nino di prediksi BMKG akan mengalami puncaknya sekitar bulan Oktober 2023. Indeks Enso pada Agustus 2023 pada fase El Nino kategori moderat dengan nilai 1.148 dan diprediksi bertahan dalam fase moderat sampai periode November 2023 dan kembali melemah di akhir tahun 2023, meskipun sebagian lembaga meteorologis dunia memprediksi ada peluang El Nino kuat.

Di Sumatera Barat terdapat beberapa daerah yang mengalami musim kemarau dengan panjang musim kemarau paling singkat dua hingga tiga bulan dan lebih banyak mengalami musim hujan. Adapun daerahnya yang termasuk daerah musim yaitu Pasaman bagian utara, Limapuluh Kota, Payakumbuh, Agam bagian timur, Tanah Datar, Bukittinggi, Solok, Kota Solok, Sawahlunto, Sijunjung, Dharmasraya dan Solok Selatan bagian timur.

Sumatera Barat ada faktor penting lainnya dalam skala global yang memengaruhi curah hujan yaitu Indian Ocean Dipolemode (IOD) dan gangguan jangka pendek (intraseasonal). IOD fasenya berubah-ubah sesuai dengan suhu anomali permukaan laut di Samudera Hindia bagian barat dan timur.

Fase IOD positif sering ditandai berkurangnya curah hujan dari normalnya. Sebaliknya IOD negatif dapat meningkatkan curah hujan. Sumatera Barat lebih lebih dominan dipengaruhi dari kondisi IOD disebabkan jarak yang leih dekat. IOD positif tercatat pada September hingga November 2018 dan Mei hingga Nopember 2019.

Pada masing-masing daerah terdapat pengaruh yang berbeda-beda akibat El Nino moderat hingga kuat dan IOD positif untuk panjang musim kemarau dalam 10 tahun terakhir di tahun 2015, 2016 dan 2019.

Pengaruh dan dampaknya dapat terlihat pada tahun tersebut atau pasca kejadian indeks kuat pada saat El Nino lemah menuju netral, El Nino dapat berdampak tidak langsung terhadap musim kemarau dan mengakibatkan kekeringan.

Tahun 2015 El Nino kategori moderat Mei hingga Agustus dan berlanjut kategori kuat September hingga Desember 2015. Tahun 2016 El Nino tetap kategori kuat selama dua bulan Januari dan Februari terus melemah dan normal di Juni.

Panjang musim kemarau 2015 dan 2016 musim kemarau ditandai curah hujan lebih rendah dari 50 milimeter dalam 10 harinya. Di Sumatera Barat saat musim kemarau masih terdapat hujan-hujan ringan. Masing-masing lokasi berbeda panjang musim kemaraunya.

Daerah Rao Pasaman saat terjadi El Nino kuat musim kemarau menjadi lebih panjang 50 hari dari rata-ratanya. 2016 lebih meningkat lagi lama musim kemarau menjadi enam bulan pada bulan Mei sampai Oktober 2016, dengan sifat musim kemarau bawah normal terjadi setelah El Nino kuat menuju fase netral.

Hal yang sama juga terjadi di Payakumbuh dan Harau musim kemarau menjadi lebih lama. Hal yang sama juga terjadi di Tanah Datar dengan durasi musim kemarau lebih panjang, lebih kurang enam bulan diawali Mei hingga Desember 2016. Pada 2015 lebih singkat dari rata-rata musim kemaraunya.

Sedikit berbeda di Sijunjung musim kemarau lebih lama di 2015 dibanding 2016. Meningkat selama 60 hari dari rata-ratanya dan 2016 juga meningkat selama 30 hari dari rata-ratanya, Dharmasraya terlihat musim kemarau lebih lama 90 hari pada 2015 dan normal pada 2016.

Kabupaten Solok musim kemarau 2015 normal dengan panjang musim kemarau selama empat bulan dan tahun 2016 lebih lama 30 hari. Pada 2015 dan 2019 mengutip data Kementerian Pertanian saat Focus Grup Diskusi kekeringan Maret 2023 tercatat kekeringan pada tanaman padi Sumatera Barat.

Tahun 2015 terjadi kekeringan di lahan sawah seluas 4.543 hektare sedangkan yang mengalami gagal tanam/panen (puso) seluas 1.062 hektare berlokasi di Tanah Datar, dan Kabupaten Solok.

Tahun 2016 saat terjadi kekeringan di lahan sawah yaitu seluas 3.940 hektare dan puso 937 hektare pada 2019 saat fase El Nino lemah dan IOD positif lahan sawah terjadi kekeringan 364 hektare, gagal tanam/panen (puso) seluas 36 hektare lokasi di Tanah Datar dan Limapuluh Kota. Kategori masih dalam kondisi aman untuk daerah rawan kekeringan.

Menurut Badan Pusat Statistik Sumatera Barat pada 2015 produksi padi di Sumatera Barat 2.550.609 ton dengan produktivitas 5.02 ton/hektare, 2016 produksi padi 2.503.452 ton dengan produktivitas 5.09 ton/hektare sedikit berkurang sekitar 47.157 ton sekitar satu persen.

Data produksi dan produktivitas padi Sumatera Barat pada 2016 tidak terdapat pengaruh yang signifikan. El Nino telah memengaruhi panjang musim kemarau di Sumatera Barat, baik dalam kategori lemah, moderat dan kuat.

Menambah panjang durasi musim kemarau 30-90 hari dan perlu perencanaan penggunaan irigasi dan waktu tanam oleh pemangku kepentingan bidang pertanian. Penyesuaian/adaptasi komoditas menjadi alternatif seperti padi ke palawija atau sayur-sayuran sehingga lahan masih tetap produktif.

Agustus 2023 di Sumatera Barat sedang musim kemarau yakni Rao, Limapuluh Kota, Payakumbuh, Tanah Datar, Sijunjung dan kabupaten Solok. Diprediksi masih normal dan antisipasi masih perlu dilakukan karena cuaca yang dinamis berubah dengan sangat cepat. Diharapkan akhir Agustus 2023 musim hujan sudah terjadi di beberapa daerah.

Penulis adalah Analisis Klimatologi-PMG Madya Stasiun Klimatologi BMKG Sumatera Barat Rizky Armei Saputra MP.