Mulai ditinggal pembeli, Pemerintah diminta respons usaha Pertashop yang mati suri

id Pertashop,BBM nonsubsidi,BBM subsidi,DPR RI,Hendrik Sitompul

Mulai ditinggal pembeli, Pemerintah diminta respons usaha Pertashop yang mati suri

Pertashop di Kecamatan Mande, Cianjur, Jawa Barat, memudahkan warga untuk mendapatkan BBM jenis pertamax dengan harga yang sama dengan SPBU.(ANTARA POTO/Ahmad Fikri). (Ahmad Fikri)

Karena mati suri tidak mampu lagi membayar, akhirnya kredit macet, Pertashop disita oleh bank
Jakarta (ANTARA) - Perbedaan harga Pertamax dan Pertalite yang tinggi membuat usaha Pertashop yang mati suri akibat ditinggalkan pembeli yang lebih memilih BBM murah. Anggota Komisi VII DPR RI Hendrik Sitompul meminta pemerintah segera merespons.

Selisih harga Pertamax dengan Pertalite sekitar Rp5.000 per liter berdampak terhadap bisnis Pertashop sebagai lembaga penyalur resmi berskala kecil yang menyediakan BBM nonsubsidi dan produk lain dari Pertamina di daerah yang jauh dari SPBU. "Masalah Pertashop ini sangat serius. Tolong pemerintah merespons cepat," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Kamis.

Hendrik menuturkan usaha Pertashop banyak dikelola oleh masyarakat kecil yang meminjam uang dari bank. Ketika harga Pertamax naik, sementara harga Pertalite tidak mengalami perubahan, bisnis Pertashop goyah karena harus tetap membayar pinjaman bank di tengah situasi konsumsi Pertamax yang turun.

Baca juga: Misran Sari bantu masyarakat perbatasan Sumbar nikmati bahan bakar berkualitas

Mengutip penawaran kemitraan Pertamina, modal usaha untuk membangun Pertashop mulai dari Rp250 juta hingga Rp500 juta.

"Karena mati suri tidak mampu lagi membayar, akhirnya kredit macet, Pertashop disita oleh bank. Kami sangat prihatin karena mereka adalah orang-orang kurang mampu yang meminjam uang dari bank untuk membangun itu," katanya.

Politisi Partai Demokrat dari daerah pemilihan Sumatera Utara I tersebut mengaku sering ditanya oleh pengusaha Pertashop mengenai kapan harga Pertalite naik dan apakah harga Pertamax akan kembali naik.

Ia menyatakan tak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu lantaran kewenangan mengubah harga BBM ada di tangan pemerintah.

Hendrik melaporkan bahwa Asosiasi Paguyuban Pertashop akan melakukan unjuk rasa ke Kementerian BUMN untuk meminta pertanggungjawaban dari pemerintah yang memprioritaskan pembangunan Pertashop di berbagai daerah.

Sebelumnya, PT Pertamina Patra Niaga mengungkapkan bahwa konsumsi Pertamax anjlok hingga 20 persen akibat konsumen BBM nonsubsidi beralih membeli BBM bersubsidi. Saat ini, harga jual Pertamax Rp12.500 per liter, sedangkan harga jual Pertalite Rp7.650 per liter.

Sampai 31 Mei 2022, angka konsumsi Pertalite telah mencapai 50,74 persen atau sebanyak 11,69 juta kiloliter dari kuota yang ditetapkan APBN sebesar 23,04 juta kiloliter. Pemerintah mengambil langkah penambahan kuota Pertalite agar kebutuhan bahan bakar minyak bersubsidi di dalam negeri bisa terpenuhi hingga akhir tahun ini.

Baca juga: BNI-Pertamina kolaborasi pemberdayaan masyarakat melalui Pertashop

Baca juga: Pertamina resmikan dua Pertashop di Kabupaten Kepulauan Mentawai

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemerintah diminta respons usaha Pertashop yang mati suri