Ternate (ANTARA) - Kesuksesan perhelatan Seleksi Tilawatil Quran Nasional (STQ) XXVI 2021 di Sofifi, Maluku Utara tak akan bisa dilepaskan dari peran para panitia mulai dari Liason Officer, para relawan kebersihan, hingga sopir yang dengan penuh dedikasi melayani para peserta dari seluruh Tanah Air.
Sepintas tak ada yang menduga dibalik jilbabnya yang rapi dan wajah murah senyum Elisabeth Andries (58) seorang ASN di bagian sekretariat pada Dinas PUPR Maluku Utara merupakan seorang penganut Kristen Protestan.
Sosok yang akrab disapa mami oleh teman-temannya di kantor merupakan salah seorang dari 20 petugas LO dari Dinas PUPR Maluku Utara yang bertugas mendampingi kafilah Sumatera Barat selama pelaksanaan STQ.
Dengan cekatan selama pelaksanaan STQ Elisabeth kebagian tugas mendampingi kafilah yang berlomba ke lokasi acara. Ia memastikan semua peserta bisa tiba di lokasi dengan kendaraan yang telah disediakan.
Jika kafilah telah selesai bertanding, ia pun segera turun ke Perumahan ASN 1 tepatnya di kompleks kafilah Sumbar memastikan kebutuhan semua kafilah terpenuhi mulai dari konsumsi dan lainnya.
Semua dilaksanakan dengan senang hati, tanpa pamrih dan paksaan dari siapa pun.
Pada hari biasa Elisabeth ke kantor memakai pakaian formal tanpa mengenakan jilbab. Namun selama STQ ia memutuskan memakai jilbab selama bertugas melayani kafilah Sumbar.
"Saya belajar sendiri pakai jilbab di rumah, tidak sulit kok, saya pun menyesuaikan diri dalam segala hal tidak ada paksaan" katanya.
Elisabeth menceritakan sejak tinggal di Tidore, ia selalu berpartisipasi pada berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh kaum muslim.
Bahkan ketika ada MTQ di Tidore Elisabeth merupakan salah seorang tim qasidah rebana dharma wanita yang bertugas sebagai vokalis dua.
Ia mengaku sudah nyaman berada di Ternate dan selama ini kendati berstatus sebagai minoritas tidak pernah dilakukan diskriminatif.
"Kuncinya adalah profesional," kata dia.
Elisabeth pun takjub dan senang menjadi salah seorang panitia dan bagian STQ sebagai LO karena bisa melayani langsung kafilah.
"Yang penting acara ini bisa terselenggara dengan maksimal," kata ibu empat anak itu.
Tidak hanya menjadi panitia STQ, Elisabeth pun tinggal di perumahan yang mayoritas muslim.
Ia menceritakan tidak ada persoalan sama sekali bahkan saat bulan Ramadhan ia ikut membangun saudara yang berpuasa dan memasakkan menu untuk berbuka.