Menanti Allyson Felix jadi atlet putri atletik terbesar di dunia

id Olimpiade Tokyo,Atletik Olimpiade Tokyo,Allyson Felix

Menanti Allyson Felix jadi atlet putri atletik terbesar di dunia

Pelari putri Amerika Serikat Allyson Felix saat berlomba dalam semifinal 400m putri Olimpiade Tokyo 2020 di National Stadium, Tokyo, Jepang, 4 Agustus 2021. (REUTERS/Daisuke Asauchi/AFLO/Daisuke Asauchi)

Jakarta, (ANTARA) - Ketika Allyson Felix mengikuti Olimpiade pertamanya di Athena pada 2004, usianya baru 18 tahun. Tapi dia menghiasi debutnya itu dengan medali perak setelah finis kedua di belakang Veronica Campbell dari Jamaika.

Sampai Olimpiade Rio de Janeiro 2016 ketika dia hanya memperoleh satu perak, Felix sudah mengoleksi sembilan medali Olimpiade.

Jumlah itu sama dengan koleksi legenda atletik Jamaika Merlene Ottey yang tujuh kali mengikuti Olimpiade.

Sepanjang sejarah Olimpiade tak ada perempuan yang bisa mengumpulkan medali atletik sebanyak Felix dan Ottey.

Ottey sudah 61 tahun sehingga dia tak mungkin lagi menambah medali Olimpiade. Sebaliknya, Felix yang berusia 35 tahun berkesempatan besar menambah Olimpiade.

Walaupun dia hanya tampil dalam dua nomor pada Olimpiade kelimanya di Tokyo 2020 ini, yakni 400m putri dan estafet 4x400m putri, medali tak mustahil direngkuhnya kalau melihat apa yang sudah dilaluinya selama ini.

Satu saja mendapatkan medali dari dua nomor yang diikutinya di Tokyo 2020 itu, maka Felix menjadi perempuan satu-satunya yang memperoleh sembilan medali Olimpiade.

Dan apabila dua medali bisa dia sabet di Tokyo 2020 maka Felix akan menyalip legenda atletik Amerika Serikat Carl Lewis yang mengumpulkan 10 medali Olimpiade.

Jumat 6 Agustus esok, Felix akan berusaha mewujudkan impian itu, yang syukur-syukur berakhir dengan emas, setelah menjadi salah satu dari delapan atlet yang masuk final 400m putri.

Memang tak membekali diri dengan catatan waktu terbaik karena ada enam pelari yang masuk final 400m OIimpiade Tokyo 2020 itu yang rapor waktunya lebih cepat dari dia.

Tetapi siapa yang tahu apa yang terjadi kemudian. Segalanya bisa berubah, apalagi catatan waktu terbaik Felix hanya berselisih 0,55 detik dari favorit peraih emas atlet Jamaika Stephenie Ann McPershon yang menorehkan waktu tercepat 49,34 detik dalam semifinal nomor ini kemarin.

Andai pun gagal meraih medali 400m, Felix masih berkesempatan meraih medali estafet 4x400m putri. Bahkan medali emas pun bisa diraihnya dari nomor ini kalau melihat enam Olimpiade terakhir sampai Rio 2016 di mana AS mencengkeram kuat medali emas nomor ini.

Untuk estafet 4x400, dia mulai berlomba dalam penyisihan nomor tersebut hari ini.

Dua dari empat pelari AS untuk estafet 400m putri itu lolos ke final 400m perseorangan. Mereka adalah Felix sendiri, dan Quanera Hayes, sehingga sama dengan Jamaika yang juga meloloskan dua pelari; McPershon dan Candice McLeod yang keduanya favorit kuat menyabet emas 400m.

Jika AS lolos ke final nomor estafet, maka Felix akan kembali berlari pada 7 Agustus atau sehari sebelum Olimpiade rasa pandemi ini tutup layar.

Pembela kaum ibu

Tokyo 2020 sendiri akan menjadi Olimpiade terakhir yang diikuti Allyson Felix karena ibu dari seorang anak usia tiga tahun itu menyatakan akan pensiun sebelum Olimpiade berikutnya digelar di Paris pada 2024.

Dia bersyukur masih bisa pentas pada ajang olahraga terbesar di dunia ini.

"Senang rasanya bisa berlanjut (berlomba)," kata Felix setelah menjadi yang tercepat dalam kualifikasi heat 400m dengan catatan waktu 50,84 detik, dua hari lalu.

Sehari setelah itu dalam semifinal, dia mencatat waktu terbaik kedua di bawah Stephenie Ann McPherson dengan 49,89 detik.

Felix mengaku selalu sangat menikmati penampilan terakhirnya di panggung Olimpiade.

"Sudah tentu saya mencintai cabang olahraga ini," kata dia seperti dikutip AFP. "Sudah begitu banyak menyita waktu hidup saya dan saya kira itu sebabnya mengetahui bahwa karena ini bakal menjadi masa terakhir saya, maka ini begitu berarti bagi saya."

Ini untuk pertama kalinya peraih sembilan medali Olimpiade dari empat Olimpiade terdahulu itu berlomba dalam Olimpiade sambil menyandang status ibu.

Tiga tahun lalu pada 2018 dia melahirkan bayi yang kemudian dia namai Camryn lewat operasi caesar darurat. Sejak melahirkan secara caesar ini di menjadi penyambung lidah untuk hak-hak kaum ibu pekerja.

"Menjadi ibu mengubah segalanya," kata Felix. "Status ini memberi saya dorongan yang berbeda. Saya dibuat menjadi memiliki begitu banyak tantangan. Jadi saya kira saat ini menjadi lebih berarti lagi berada di ajang ini dalam posisi sebagai ibu."

Tapi suara lantangnya membela hak kaum ibu pekerja membuat dia terpaksa berpisah dengan Nike yang lama mensponsorinya, pada 2019, karena mengkritik raksasa perlengkapan olahraga itu setelah memangkas gajinya selagi dia hamil, lewat tulisannya di New York Times pada 2019.

Nike sendiri terpaksa mereformasi kebijakannya untuk atlet-atlet yang disponsorinya yang tengah hamil.

Setelah itu, Felix meluncurkan lini sepatu dan sepatu larinya sendiri yang dia namai "Saysh". Sepatu ini dia kenakan dengan bangga di Stadion Olimpiade, dua hari terakhir lalu, dan mungkin akan dipakainya lagi esok Jumat.

"Saya bangga sekali kepada apa yang kami perjuangkan dan kepada apa yang tengah kami bangun serta kepada fokus terhadap kaum perempuan yang sudah terlalu lama diabaikan," kata dia.

Bersama perusahaan apparel Athleta dan Women's Sports Foundation, dia juga meluncurkan prakarsa "The Power of She Fund: Child Care Grants" untuk membantu menutupi biaya penitipan anak yang mesti ditanggung para atlet profesional berstatus ibu yang mesti bepergian karena mesti berlomba.

Inspirasi terbesar

Aktivitas luar arena Allyson Felix itu hanya membuat pencapaiannya di dalam arena makin mengkilap.

Selain sembilan medali Olimpiade, Felix juga mengoleksi 18 medali kejuaraan dunia, termasuk 13 medali emas.

Tetapi “medali” yang tak ternilai yang dia miliki adalah Camryn, anaknya yang berusia tiga tahun itu.

Felix tadinya akan makin bangga lagi jika berlomba dalam Olimpiade terakhir sambil membawa Camryn ke arena lomba.

Tetapi aturan pembatasan terkait pandemi yang ketat diterapkan Jepang membuat niat membawa si kecil pun pupus.

Rekannya, Quanera Hayes, juga tadinya ingin membawa Demetrius, anaknya, agar bisa bertemu Cammy di arena lomba, selagi kedua ibu mereka berebut medali Olimpiade.

Hayes sendiri menganggap Felix inspirasinya. “Saya berterima kasih atas semua yang dia lakukan untuk kaum ibu.”

“Dia yang membuka jalan bagi saya sebagai atlet dan semua yang dia lakukan demi cabang olahraga ini, saya berterima kasih sekali kepada dia karena dia tak pernah menyerah.”

Atlet lain yang memandang Felix inspirasinya adalah Gabby Thomas.

Gadis berusia 21 tahun ini adalah atlet istimewa. Gabby Thomas adalah lulusan salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia, Universitas Harvard, setelah menyelesaikan kuliah jurusan neurobiologi dan kini sedang menyelesaikan master epidemiologi.

"Allyson Felix adalah inspirasi terbesar saya,” kata Thomas yang sudah mempersembahkan medali perunggu 200m putri Olimpiade Tokyo kepada Amerika Serikat.

“Kerendahan hati dan keanggunan dia serta betapa baiknya dia pada apa yang dia lakukan, dialah sang inspirasi, jadi satu tim bersama dia membuat saya ingin menangis,” kata Thomas.

Apakah sang pemberi inspirasi sukses merebut lagi medali Olimpiade? Jawabannya, Jumat dan Sabtu pekan ini.