Presiden minta kampus tak pagari disiplin ilmu terlalu kaku
Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perguruan tinggi tidak memagari atau membatasi disiplin ilmu secara kaku, agar kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan dapat tetap relevan dengan dinamika kebutuhan industri.
“Jangan memagari disiplin ilmu terlalu kaku. Korbannya bukan hanya para alumni yang gagap menyongsong masa depan, tetapi juga perguruan tinggi tidak mampu membangun relevansi dalam dunia yang sedang terdisrupsi,” kata Presiden Jokowi secara virtual, dalam Konvensi Kampus XVII dan Temu Tahunan XXIII Forum Rektor Indonesia 2021, disaksikan di Jakarta, Selasa.
Presiden mengingatkan segala jenis profesi saat ini membutuhkan lulusan yang memiliki hybrid knowledge dan juga hybrid skill.
Perguruan tinggi yang berusia sudah tua, kata Presiden, harus meremajakan diri, dengan melakukan pembaruan kurikulum, sistem pembelajaran, manajemen dan perilaku agar tetap kompetitif di dunia yang baru.
Sedangkan bagi perguruan tinggi yang masih muda, katanya, saat ini merupakan kesempatan emas untuk melompat ke cara kerja baru dengan kurikulum dan manajemen model baru.
“Perguruan tinggi yang muda tidak terbebani untuk membuang tradisi kerja masa lalu. Perguruan tinggi baru berkesempatan untuk melompat ke cara kerja baru, ke kurikulum baru, ke manajemen model baru,” ujarnya.
Zaman saat ini yang kerap terdisrupsi dengan teknologi akan memberi ruang dan kesempatan kepada para pendatang baru. Oleh karena hal itu, kampus perlu lebih progresif untuk membangun cara kerja baru agar lulusan yang dihasilkan kompetitif dan mampu membawa Tanah Air unggul dari negara lain.
“Pemerintah bekerja keras untuk mengembangkan ekosistem kebijakan yang kondusif bagi pengembangan cara-cara baru yang lebih produktif dan efisien, dan saya harap perguruan tinggi harus lebih progresif dalam membangun cara kerja baru untuk menyiapkan masa depan para mahasiswa kita, dan untuk menyiapkan Indonesia mendahului negara-negara lain,” kata Presiden Jokowi.
“Jangan memagari disiplin ilmu terlalu kaku. Korbannya bukan hanya para alumni yang gagap menyongsong masa depan, tetapi juga perguruan tinggi tidak mampu membangun relevansi dalam dunia yang sedang terdisrupsi,” kata Presiden Jokowi secara virtual, dalam Konvensi Kampus XVII dan Temu Tahunan XXIII Forum Rektor Indonesia 2021, disaksikan di Jakarta, Selasa.
Presiden mengingatkan segala jenis profesi saat ini membutuhkan lulusan yang memiliki hybrid knowledge dan juga hybrid skill.
Perguruan tinggi yang berusia sudah tua, kata Presiden, harus meremajakan diri, dengan melakukan pembaruan kurikulum, sistem pembelajaran, manajemen dan perilaku agar tetap kompetitif di dunia yang baru.
Sedangkan bagi perguruan tinggi yang masih muda, katanya, saat ini merupakan kesempatan emas untuk melompat ke cara kerja baru dengan kurikulum dan manajemen model baru.
“Perguruan tinggi yang muda tidak terbebani untuk membuang tradisi kerja masa lalu. Perguruan tinggi baru berkesempatan untuk melompat ke cara kerja baru, ke kurikulum baru, ke manajemen model baru,” ujarnya.
Zaman saat ini yang kerap terdisrupsi dengan teknologi akan memberi ruang dan kesempatan kepada para pendatang baru. Oleh karena hal itu, kampus perlu lebih progresif untuk membangun cara kerja baru agar lulusan yang dihasilkan kompetitif dan mampu membawa Tanah Air unggul dari negara lain.
“Pemerintah bekerja keras untuk mengembangkan ekosistem kebijakan yang kondusif bagi pengembangan cara-cara baru yang lebih produktif dan efisien, dan saya harap perguruan tinggi harus lebih progresif dalam membangun cara kerja baru untuk menyiapkan masa depan para mahasiswa kita, dan untuk menyiapkan Indonesia mendahului negara-negara lain,” kata Presiden Jokowi.