Usaha ikan salai di Tanah Datar justru meningkat ditengah pandemi

id ikan salai, berita tanah datar, berita sumbar

Usaha ikan salai di Tanah Datar justru meningkat ditengah pandemi

Andri (40) pemilik ikan salai di Jorong Melur, Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar. (Antara/Etri Saputra)

Batusangkar (ANTARA) - Usaha ikan salai yang dikelola pasangan suami istri Andri, (40) dan Popi Rozalina, (35) warga Jorong Melur, Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar justru berkembang di tengah pandemi COVID-19.

Bahkan semakin banyaknya permintaan dari konsumen membuat mereka justru kewalahan dalam mencari bahan baku ikan.

"Alhamdulillah meski di masa pandemi ini usaha kami masih bisa berjalan lancar dan bisa dikatakan tidak terpengaruh bahkan permintaan dari pembeli sangat tinggi," kata Popi Rozalina, (35) saat ditemui di rumahnya di Lintau.

Mengatasi permintaan pasar cukup tinggi pihaknya harus mencari bahan baku ikan sampai ke daerah tetangga untuk ikan salai lele, dan harus ke Kampar Riau untuk membeli ikan patin.

"Pokoknya kalau ada yang menawarkan kami untuk membeli lele, makannya jelas, tidak diberi makan ayam putih, tidak ditempat kotoran, kami akan beli. Bahkan yang mengantarkan sekilo-sekilo ke sini pun juga kami beli," katanya.

Ia mengatakan kenapa memilih bahan baku tidak asal-asalan karena rasa ikan salai juga dipengaruhi oleh makanan ikan itu sendiri.

Misalnya bahan baku ikan yang dikasih makan potongan dari ayam putih itu biasanya ikan yang akan disalai lebih berminyak dan bila disalai susah keringnya.

Ia menjelaskan usaha ikan salai itu mulai ia geluti semenjak 2015 lalu yang didapati dari sang kakak karena melihat permintaan pasar yang kian meningkat waktu itu.

Seiring berjalannya waktu usaha itu kemudian berubah menjadi usaha keluarga dan mengisi sejumlah pasar, tidak hanya di Lintau Buo Tanah Datar, tapi menyebar ke Kota Payakumbuh, Bukittinggi, dan Kabupaten Sijunjung.

Pengiriman ikan itu dilakukan dengan cara dikemas dengan menggunakan kardus, dan jenis ikan salai yang banyak diminati konsumen adalah ikan lele berukuran sedang.

"Seiring berjalannya waktu usaha kami terus berkembang dan kini hasil produksi tidak hanya mengisi pasar lokal yang ada di Lintau Buo, Batusangkar, dan kawasan di Tanah Datar saja juga sampai ke daerah tetangga seperti Bukittinggi, Payakumbuh dan Sijunjung," katanya.

Ia mengatakan untuk harga jualnya tergantung jenis ikan apa dan besar kecilnya ikan tersebut. Misalnya untuk ikan patin harganya dijual kisaran Rp65 ribu per kilogram sedangkan ikan lele dijual dengan harga Rp94 ribu.

Harga itu bisa berubah kapan saja tergantung bahan baku yang didapatkan, seperti harga pakan yang secara langsung melambung naik juga membuat harga ikan yang jadi bahan baku melonjak.

Ia mengaku untuk saat ini dalam sehari bisa mengasapi sebanyak 300 kilogram ikan sesuai takaran open yang dimiliki dan menghasilkan lebih kurang 72 kilogram ikan salai.

"Perbandingannya dari 100 kilogram bahan baku ikan kita bisa menghasilkan ikan salai lebih kurang 22 hingga 24 kilogram ikan salai," katanya.

Ketua Dekranasda Tanah Datar Ny. Lisa Eka Putra mengatakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di daerah itu harus tetap semangat dan tidak boleh putus asa di tengah pandemi.

"Pada pandemi saat ini memang berbagai aktifitas masyarakat banyak terganggu begitu juga dengan UMKM dan usaha lainnya, namun kita tidak semestinya berputus asa, terus berusaha dan bersemangat dengan tetap mematuhi protokol kesehatan," katanya.