Bukittinggi, (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan (BMKG) Padang Panjang, Irwan Slamet menyatakan sejak 19 Februari 2021 hingga 23 Mei 2011 ini, tercatat sudah terjadi 14 kali gempa di wilayah Sumatera Barat pada Segmen Sianok.
“Segmen Sianok merupakan bagian dari sesar Sumatera yang membentang dari Provinsi Aceh sampai Lampung, dan sejumlah gempa tersebut terjadi dipicu akibat adanya aktivitas sesar di segmen itu,” kata Irwan Slamet di Padang Panjang dalam rilis tertulisnya, Minggu.
Menurutnya, Segmen Sianok saat ini aktif dan berdasarkan monitoring yang dilakukan Stasiun BMKG Padang Panjang, aktivitas sesar Sianok mulai aktif pada awal Februari 2021 ditandai dengan adanya gempa dengan Magnitudo (M) 3,4 pada 19 Februari 2021.
“Aktivitas gempa itu terpantau terjadi pada pukul 10.32.53 WIB yang berpusat di darat dengan kedalaman 5 kilometer dirasakan sebesar II-III MMI di Kota Bukittinggi, serta II MMI di Kabupaten Agam dan Kota Padang Panjang,” kata dia.
Ia menambahkan, gempa terakhir terjadi pada Minggu (23/5/2021) pukul 12.09.55 WIB, dengan Magnitudo 2,5 pada kedalaman 10 kilometer yang hanya dirasakan di Bukittinggi
Dari 14 gempa yang terjadi sampai Minggu (23/05), kepanikan terjadi pada Jumat (21/05) yang memiliki Magnitudo 4 dan disusul dua menit setelahnya dengan Magnitudo 3,2.
Saat ini, tidak ada laporan kerusakan yang terjadi dari seluruh gempa yang terjadi di Kota Bukittinggi.
"Alhamdulillah, tidak ada terjadi kerusakan bangunan atau adanya laporan kerugian dari masyarakat sejauh ini," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bukittinggi, Ibentaro Samudera di Bukittinggi, Senin.
Meski tidak terdapat kerusakan, ia tetap mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dengan potensi kebencanaan yang bisa terjadi kapan saja.
"Jangan terlalu panik, tetap berdoa dan waspada dengan apapun musibah, silahkan laporkan ke BPBD jika terdampak kejadian yang tidak diinginkan terkait kebencanaan," kata dia. (*)