Pengamat nilai pandemi momentum libatkan masyarakat kuatkan karakter siswa

id pendidikan pandemi

Pengamat nilai pandemi momentum libatkan masyarakat kuatkan karakter siswa

Belajar daring di Surau. (ANTARA / Iggoy el Fitra)

Padang (ANTARA) - Pengamat Komunikasi Universitas Andalas (Unand) Najmuddin M Rasul menilai pandemi COVID-19 merupakan momentum mendorong masyarakat terlibat aktif dalam penguatan karakter siswa guna mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

"Selama ini memang ada wacana masyarakat dilibatkan dalam pendidikan, namun faktanya masih sangat minim. Keterlibatan itu baru terlihat dalam hal komite sekolah. Padahal perannya bisa diperluas," kata Najmuddin di Padang, Minggu.

Menurut dia, dengan peran yang luas, masyarakat bisa ikut mengawasi siswa di lingkungannya.

Siswa yang "tergelincir" pada kesalahan-kesalahan yang mulai umum terlihat seperti merokok, main game saat jam sekolah hingga tawuran, yang bertolak belakang dengan nilai-nilai Pancasila, bisa dicegah dan diminimalkan.

Masyarakat yang dimaksud seperti ketua RT/RW, pengurus masjid hingga pegawai di tingkat kelurahan yang kemungkinan besar berinteraksi langsung dengan siswa dan orang tua siswa.

Namun menurutnya, perluasan peran masyarakat itu tidak bisa serta merta terjadi. Hal itu bergantung pada kemampuan guru, kepala sekolah dan dinas pendidikan setempat untuk membangun jejaring dengan masyarakat terutama pada masa pandemi.

"Jadi di masa pandemi, guru dan kepala sekolah jangan mengisolasi proses pendidikan hanya melalui daring saja. Tetapi malah harus berpikir untuk meningkatkan jejaring dengan orang tua dan masyarakat tempat tinggal siswa agar proses belajar mengajar serta mendidik bisa lebih maksimal," katanya.

Sekolah memiliki basis data tentang siswa di antaranya rumah tempat tinggal. Guru membangun jejaring dengan mengenal ketua RT/RW dan pengurus masjid atau tokoh agam di dekat lokasi siswa tinggal. Memiliki nomor telpon atau whats app mereka agar bisa komunikasi bisa terjalin dengan tetap menjaga jarak.

"Kalau nanti misalnya orang tua siswa tidak bisa berperan maksimal dalam membantu pendidikan karakter siswa saat sekolah dari rumah, mungkin karena harus bekerja atau latar belakang pendidikan tidak memadai, peran masyarakat inilah yang bisa diandalkan," katanya.

Masyarakat bisa diharapkan menanyakan atau meninjau pendidikan siswa tersebut dan berkomunikasi dengan guru untuk mencari solusi jika terdapat kendala.

Jejaring untuk pendidikan siswa itu bahkan tetap bisa dipertahankan ketika pandemi COVID-19 sudah berakhir. Dengan demikian, tanggung jawab untuk penguatan karakter siswa tidak lagi menjadi tanggung jawab guru dan sekolah sepenuhnya, tetapi melibatkan banyak pihak termasuk orang tua dan masyarakat.

"Jadi pandemi ini memang banyak negatifnya, tetapi bukan berarti tidak ada nilai positif. Sekarang guru-guru, kepala sekolah hingga dinas pendidikan harus mengubah pemikiran tentang cara mendidik anak.

Tetapi dalam tahap awal katanya guru harus bisa menjalin komunikasi yang baik dengan siswa dan orang tua. Guru perlu menginformasikan Rencana Pembelajaran Siswa dan kurikulum pada siswa dan orang tua agar sama-sama bisa memahami target yang ingin dicapai.

Guru juga harus inovatif dalam memberikan materi. Tidak monoton sehingga siswa tidak bosan. Juga perlu diperhatikan disiplin dalam menjalankan pembelajaran.

Salah seorang orang tua siswa di Padang Hefdi menyebut ia sebenarnya sangat ingin terlibat aktif dalam pendidikan anaknya selama pandemi, saat anak bersekolah dari rumah. Namun sebagai pegawai negeri sipil ia harus pergi pagi dan pulang pukul 16.00 WIB sehingga kesulitan terlibat dalam pendidikan anaknya.

Hefdi mendukung penuh jika wacana keterlibatan masyarakat dalam pendidikan dan penguatan karakter siswa itu benar-benar bisa terwujud.

Ia yakin dengan pengawasan bersama, karakter buruk anak bisa diminimalkan dan karakter sesuai nilai Pancasila bisa dibangun.