Akibat lockdown mahasiswa Minang di Sudan kekurangan bekal dan berharap bantuan pemprov

id Berita Padang, Padang terkini, mahasiswa Minang di Sudan,berita padang

Akibat lockdown mahasiswa Minang di Sudan kekurangan bekal dan berharap bantuan pemprov

Mahasiswa asal Minangkabau, Sumbar yang tengah berkuliah di Universitas Internasional Afrika Shofin Alfikri (Antara/HO_Dokumen pribadi)

Padang (ANTARA) - Mahasiswa asal Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar) mengharapkan bantuan dari pemerintah Provinsi karena kekurangan bekal akibat pemberlakuan lockdown atau karantina wilayah di Sudan untuk memutus mata rantai penyebaran Corona Virus Disaese (COVID-19).

Seorang mahasiswa asal Minangkabau, Sumbar yang tengah berkuliah di Universitas Internasional Afrika Shofin Alfikri saat dihubungi dari Padang, Sabtu mengatakan pemerintah Sudan sudah memberlakukan lockdown sekitar satu bulan.

"Pada awal April sampai 15 April pemberlakuan lockdown dari jam 6 pagi sampai jam 6 malam. Setelah itu sejak 16 April sampai selama 3 pekan diberlakukan dari jam 6 sampai jam 1," kata dia yang merupakan mahasiswa semester tiga Jurusan Bahasa dan Terjemah, Universitas Internasional Afrika, Sudan.

Lebih lanjut ia mengatakan berdasarkan informasi dari media Al Jazair, pemerintah Sudan kembali mengumumkan lockdown selama 10 hari.

Kemudian ia menyebutkan, hal itu disebabkan karena saat ini di Sudan, kasus positif COVID-19 terus meningkat sejak pertama kali diumumkan pada akhir Maret. Berdasarkan pengumuman dari Kemenkes Sudan total kasus positif di sudan 1.111 kasus dengan rincian 934 kasus berada di Kota Khartoum dan selebihnya kota-kota lain, kemudian jumlah yang wafat 59 orang dan jumlah yg sembuh 102 orang.

Lebih lanjut ia menyebutkan jumlah mahasiswa Minang yang tengah berkuliah di Sudan terdapat 46 orang. Terdiri dari 43 orang sedang menempuh S1 atau bachelor, dua orang sedang menempuh S2, dan satu orang lainnya sedang menempuh doktoral.

Kemudian dari 46 mahasiswa Minang yang berkuliah di Sudan tersebut ada yang kuliah di Akademi Tajul Hafidzin sekitar tiga orang, Universitas Alqur'an Alkarim dua orang, Universitas Bakhtr satu orang, Markaz Zaim Alazhari lima orang dan selebihnya berkuliah di Universitas internasional Afrika Sudan.

Ia juga mengatakan sejak akhir Maret 2020 perkuliahan di Sudan telah dihentikan total. Untuk Universitas Internasional Afrika rencananya akan dimulai kembali pada 1 Juni 2020.

"Mahasiswa Minang yang kuliah di Sudan ada yang tinggal di asrama dan tinggal di kontrakan," ujar dia.

Akan tetapi kata dia kebanyakan mahasiswa Minang tinggal di asrama. Bagi mahasiswa yang tinggal di asrama mendapatkan jatah makanan dari pihak kampus.

"Akan tetapi untuk mendapatkannya agak melelahkan karena di asrama banyak mahasiswa yang berasal dari bermacam negara dengan tabiat-tabiatnya," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan beberapa hari yang lalu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum telah mengirimkan kebutuhan makanan pokok berupa beras, minyak, mie, dan telur ke asrama.

"Dari segi finansial ada mahasiswa Minang yang terdampak COVID-19 berupa beasiswa yang diputus, tidak dapat kiriman dari orang tua, bisnis jualan yang terhenti karena rata-rata harga kebutuhan di Sudan naik," kata dia.

Kemudian dari segi kesehatan, kata dia saat ini terdapat tiga orang mahasiswa Minang yang sakit berupa demam dan batuk-batuk. Menurut dia hal itu disebabkan karena cuaca di Sudan yang panas dan menu berbuka yang dingin seperti es teh atau yang lainnya.

"Saya berharap hanya sekadar demam biasa. Namun tentu kita tidak boleh menyepelekannya," ujar dia.

Untuk pemenuhan kebutuhan pokok sangat kesulitan karena harga kebutuhan pokok semuanya naik, bahkan gas untuk memasak juga langka, kalaupun ada harganya mahal.

"Apa lagi mahasiswa yang tinggal di kontrakan lebih kesulitan lagi, karena mesti membayar sewa rumah, membeli kebutuhan pokok," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan beberapa lembaga formal maupun tidak formal sudah ada berupaya untuk membantu berupa Lazizmu, PIP PKS Sudan yang menggalang donasi bantuan sosial untuk mahasiswa yang kesulitan finansial.

"Bahkan KBRI juga sudah menyuplai kebutuhan pokok sekali ke asrama dan ke rumah-rumah WNI," kata dia.

Lebih lanjut ia mengatakan akan mengirimkan surat ke Pemprov Sumbar untuk mengabarkan keadaan mereka serta meminta bantuan dana.