Inilah Presiden pilihan rakyat Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden Republik Indonesia periode 2019-2024 pada 20 Oktober 2019, ANTARA akan menurunkan tulisan mengenai seputar pelantikan para presiden sejak masa Presiden Soekarno hingga Presiden Joko Widodo. Berikut seri ketiga dari tiga seri tulisan.
Pemilihan Presiden 2004 tercatat sebagai pemilihan presiden pertama sejak Indonesia merdeka yang menggunakan sistem pemilihan langsung oleh rakyat melalui pemungutan suara. One man one vote, demikian istilah yang kerap digunakan untuk sistem ini.
Berbeda dengan sistem sebelumnya, dimana pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan atas kesepakatan anggota MPR yang dianggap sebagai cerminan perwakilan rakyat, maka pemilihan presiden 2004, rakyat bisa memilih sendiri dan langsung pasangan capres dan cawapres yang mereka kehendaki secara pribadi.
Selain itu, bila dalam sistem sebelumnya pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara terpisah, maka mulai 2004, calon presiden dan calon wakil presiden masuk dalam satu paket yang sama. Pengusulannya dilakukan oleh partai politik yang memenuhi syarat tertentu.
Pilpres 2004 dimenangkan oleh pasangan capres Susilo Bambang Yudhoyono dan cawapres Jusuf Kalla. Sesuai dengan proses politik yang ada dan sudah berlangsung sejak 1999 maka pelantikan presiden berlangsung pada 20 Oktober 2004.
Dalam buku "Kepak Sayap Putri Prajurit", sebuah biografi dari Ani Yudhoyono, ia menampilkan foto saat-saat SBY, demikian Susilo Bambang Yudhoyono akrab disapa, berdoa bersama dengan keluarga sebelum menuju gedung MPR/DPR RI untuk dilantik sebagai Presiden Keenam Republik Indonesia.
Saat menghadiri pelantikan, SBY dan Jusuf Kalla mengenakan jas sementara Ani Yudhoyono mengenakan kebaya berwarna putih dan Mufida Kalla mengenakan kebaya dengan corak hitam dan cokelat.
Sejumlah tamu negara yang hadir dalam pelantikan SBY untuk periode pertama pemerintahannya antara lain Perdana Menteri Australia John Howard, Sultan Hasanal Bolkiah dari Brunei Darussalam, Perdana Menteri Timor Leste Mari Alkatiri, Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Pemerintahan SBY dan Jusuf Kalla berlangsung hingga penyelenggaraan pemilu berikutnya tahun 2009. Hasil pemilihan presiden 2009 Susilo Bambang Yudhoyono memenangi pilpres, kali ini berpasangan dengan cawapres Boediono.
Pelantikan SBY dan Boediono diselenggarakan dalam sebuah sidang paripurna MPR RI yang dipimpin oleh Ketua MPR RI saat itu Taufik Kiemas. Meskipun sempat menjadi lawan dalam pilpres, wapres Jusuf Kalla hadir dan duduk berdampingan dengan cawapres Boediono sepanjang jalannya acara.
Dalam pidatonya setelah pelantikan, SBY secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Jusuf Kalla.
"Kepada Saudara Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden periode 2004-2009 yang telah mendampingi saya selama lima tahun terakhir, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas jasa dan pengabdian saudara baik kepada pemerintah mau pun kepada bangsa dan negara. Pengabdian saudara tercatat abadi dalam sejarah perjalanan bangsa dan akan dikenang sepanjang masa," katanya.
Tak lupa, SBY juga menyampaikan penghormatan bagi capres yang bertarung dalam Pilpres 2009. Ia menilai bahwa kehidupan demokrasi di Tanah Air terus berkembang dengan baik.
"Berkaitan dengan itu pada kesempatan yang baik ini saya ingin menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Prabowo Subianto, serta Bapak Muhammad Jusuf Kalla dan Bapak Wiranto atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau-beliau sebagai calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pemilihan tahun 2009. Mereka adalah putra-putri bangsa yang ikut berjasa memekarkan kehidupan demokrasi di tanah air kita," ujarnya menegaskan.
Susilo Bambang Yudhoyono kemudian menyelesaikan masa kerjanya hingga 2014. Ia akan dikenang sebagai Presiden yang menyiapkan sebuah acara yang menandai pergantian pucuk pimpinan negara secara damai dan bermartabat, ketika Joko Widodo menggantikannya sebagai Presiden ketujuh Republik Indonesia pada 20 Oktober 2014.
Jokowi dan kirab kerakyatan
Dalam penyelenggaraan pemilihan presiden langsung yang ketiga sejak 2004, Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla memenangi Pilpres 2014 dengan mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Terdapat dua hal yang menarik terkait dengan pelantikan Presiden ketujuh Republik Indonesia Joko Widodo pada 20 Oktober 2014. Berbeda dengan para pendahulunya, Jokowi, demikian Joko Widodo kerap disapa, berkeinginan menyapa langsung rakyat setelah dilantik menjadi Presiden. Kedekatan dengan rakyat ingin ditunjukkan dengan memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk menyampaikan ekspresi secara langsung dengan kedekatan fisik.
Oleh karena itu Jokowi dan JK tidak terus menggunakan mobil ketika usai pelantikan di gedung MPR/DPR/DPD RI, namun di titik tertentu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta kuda.
Hal kedua yang menarik dan berbeda adalah adanya upacara penyambutan saat Presiden Joko Widodo memasuki Istana Presiden Jakarta. Pisah sambut ini merupakan pertama kali dilakukan sejak Indonesia merdeka untuk menandai pergantian kepemimpinan nasional.
Hal ini menjadi sebuah pertanda kualitas demokrasi bagaimana transisi kepemimpinan nasional bisa berlangsung dengan baik, disertai dengan ketulusan dan jauh dari prasangka buruk.
Presiden Joko Widodo memimpin pemerintahan periode pertama hingga 2014, dan kemudian memenangi Pilpres 2019 untuk melanjutkan pemerintahan periode kedua bersama-sama dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin akan menandai babak berikutnya perjalanan Republik Indonesia yang akan memiliki Presiden ketujuh dan Wakil Presiden ke-14 sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Pemilihan Presiden 2004 tercatat sebagai pemilihan presiden pertama sejak Indonesia merdeka yang menggunakan sistem pemilihan langsung oleh rakyat melalui pemungutan suara. One man one vote, demikian istilah yang kerap digunakan untuk sistem ini.
Berbeda dengan sistem sebelumnya, dimana pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan atas kesepakatan anggota MPR yang dianggap sebagai cerminan perwakilan rakyat, maka pemilihan presiden 2004, rakyat bisa memilih sendiri dan langsung pasangan capres dan cawapres yang mereka kehendaki secara pribadi.
Selain itu, bila dalam sistem sebelumnya pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara terpisah, maka mulai 2004, calon presiden dan calon wakil presiden masuk dalam satu paket yang sama. Pengusulannya dilakukan oleh partai politik yang memenuhi syarat tertentu.
Pilpres 2004 dimenangkan oleh pasangan capres Susilo Bambang Yudhoyono dan cawapres Jusuf Kalla. Sesuai dengan proses politik yang ada dan sudah berlangsung sejak 1999 maka pelantikan presiden berlangsung pada 20 Oktober 2004.
Dalam buku "Kepak Sayap Putri Prajurit", sebuah biografi dari Ani Yudhoyono, ia menampilkan foto saat-saat SBY, demikian Susilo Bambang Yudhoyono akrab disapa, berdoa bersama dengan keluarga sebelum menuju gedung MPR/DPR RI untuk dilantik sebagai Presiden Keenam Republik Indonesia.
Saat menghadiri pelantikan, SBY dan Jusuf Kalla mengenakan jas sementara Ani Yudhoyono mengenakan kebaya berwarna putih dan Mufida Kalla mengenakan kebaya dengan corak hitam dan cokelat.
Sejumlah tamu negara yang hadir dalam pelantikan SBY untuk periode pertama pemerintahannya antara lain Perdana Menteri Australia John Howard, Sultan Hasanal Bolkiah dari Brunei Darussalam, Perdana Menteri Timor Leste Mari Alkatiri, Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Pemerintahan SBY dan Jusuf Kalla berlangsung hingga penyelenggaraan pemilu berikutnya tahun 2009. Hasil pemilihan presiden 2009 Susilo Bambang Yudhoyono memenangi pilpres, kali ini berpasangan dengan cawapres Boediono.
Pelantikan SBY dan Boediono diselenggarakan dalam sebuah sidang paripurna MPR RI yang dipimpin oleh Ketua MPR RI saat itu Taufik Kiemas. Meskipun sempat menjadi lawan dalam pilpres, wapres Jusuf Kalla hadir dan duduk berdampingan dengan cawapres Boediono sepanjang jalannya acara.
Dalam pidatonya setelah pelantikan, SBY secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Jusuf Kalla.
"Kepada Saudara Muhammad Jusuf Kalla, Wakil Presiden periode 2004-2009 yang telah mendampingi saya selama lima tahun terakhir, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan atas jasa dan pengabdian saudara baik kepada pemerintah mau pun kepada bangsa dan negara. Pengabdian saudara tercatat abadi dalam sejarah perjalanan bangsa dan akan dikenang sepanjang masa," katanya.
Tak lupa, SBY juga menyampaikan penghormatan bagi capres yang bertarung dalam Pilpres 2009. Ia menilai bahwa kehidupan demokrasi di Tanah Air terus berkembang dengan baik.
"Berkaitan dengan itu pada kesempatan yang baik ini saya ingin menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Prabowo Subianto, serta Bapak Muhammad Jusuf Kalla dan Bapak Wiranto atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau-beliau sebagai calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pemilihan tahun 2009. Mereka adalah putra-putri bangsa yang ikut berjasa memekarkan kehidupan demokrasi di tanah air kita," ujarnya menegaskan.
Susilo Bambang Yudhoyono kemudian menyelesaikan masa kerjanya hingga 2014. Ia akan dikenang sebagai Presiden yang menyiapkan sebuah acara yang menandai pergantian pucuk pimpinan negara secara damai dan bermartabat, ketika Joko Widodo menggantikannya sebagai Presiden ketujuh Republik Indonesia pada 20 Oktober 2014.
Jokowi dan kirab kerakyatan
Dalam penyelenggaraan pemilihan presiden langsung yang ketiga sejak 2004, Joko Widodo yang berpasangan dengan Jusuf Kalla memenangi Pilpres 2014 dengan mengungguli pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Terdapat dua hal yang menarik terkait dengan pelantikan Presiden ketujuh Republik Indonesia Joko Widodo pada 20 Oktober 2014. Berbeda dengan para pendahulunya, Jokowi, demikian Joko Widodo kerap disapa, berkeinginan menyapa langsung rakyat setelah dilantik menjadi Presiden. Kedekatan dengan rakyat ingin ditunjukkan dengan memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk menyampaikan ekspresi secara langsung dengan kedekatan fisik.
Oleh karena itu Jokowi dan JK tidak terus menggunakan mobil ketika usai pelantikan di gedung MPR/DPR/DPD RI, namun di titik tertentu melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kereta kuda.
Hal kedua yang menarik dan berbeda adalah adanya upacara penyambutan saat Presiden Joko Widodo memasuki Istana Presiden Jakarta. Pisah sambut ini merupakan pertama kali dilakukan sejak Indonesia merdeka untuk menandai pergantian kepemimpinan nasional.
Hal ini menjadi sebuah pertanda kualitas demokrasi bagaimana transisi kepemimpinan nasional bisa berlangsung dengan baik, disertai dengan ketulusan dan jauh dari prasangka buruk.
Presiden Joko Widodo memimpin pemerintahan periode pertama hingga 2014, dan kemudian memenangi Pilpres 2019 untuk melanjutkan pemerintahan periode kedua bersama-sama dengan Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin akan menandai babak berikutnya perjalanan Republik Indonesia yang akan memiliki Presiden ketujuh dan Wakil Presiden ke-14 sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945.