Sragen, (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan perbedaan berbagai alasan tingginya angka perceraian di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang disebabkan oleh berbagai hal berbeda.
"PR kita bersama, angka perceraian di Jawa Timur yang tertinggi. Penyebab perceraian di Jawa Timur karena tidak harmonis, bukan karena faktor ekonomi tapi ada wanita idaman lain," kata Khofifah dalam acara Konsolidasi Perencanaan dan Penganggaran BKKBN di Surabaya, Senin malam (16/9).
Ia menceritakan bahwa dirinya harus menandatangani surat terkait perceraian yang menumpuk. Dia mengungkapkan perceraian paling tinggi terjadi pada profesi guru.
Khofifah yang pernah menjabat Menteri Sosial itu juga memaparkan penyebab terjadinya perceraian di Provinsi Jawa Tengah karena faktor tidak adanya tanggung jawab dari pihak suami. Sementara perceraian di Jawa Barat dikarenakan faktor ekonomi.
Menurut Khofifah, pemerintah harus mengidentifikasi penyebab angka perceraian yang masih tinggi tersebut untuk kemudian dilakukan pencegahan. Menurut dia, ketidakharmonisan keluarga akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.
Lembaga konsultasi ekonomi internasional PricewaterhouseCoopers memprediksi Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor empat terbesar di dunia karena ditopang oleh besarnya jumlah populasi dan sumber daya alam yang dimiliki. Namun Khofifah mengingatkan bahwa prediksi tersebut bisa gagal apabila SDM Indonesia tidak berkualitas.
Selain angka perceraian, Khofifah juga menekankan tentang masih tingginya angka kekerdilan pada anak atau stunting dan tingginya angka kematian ibu dan bayi.
Menurut dia, jika ketiga masalah kesehatan tersebut tidak segera diselesaikan dengan baik maka pembangunan SDM yang berkualitas akan sulit dicapai dan prediksi Indonesia sebagai kekuatan ekonomi terbesar keempat pada 2050 akan pupus.
Oleh karena itu Khofifah meminta kepada seluruh pihak terkait, khususnya para pegawai BKKBN untuk terus menyosialisasikan tentang kesehatan reproduksi dan pembangunan keluarga agar bisa menghasilkan SDM berkualitas dimulai dari keluarga. (*)