Padangpariaman Benahi makam Syekh Burhanuddin jadi lokasi wisata religi Sumbar

id cagar budaya makam Syekh Burhanuddin,wisata religi padang pariaman, jamaah Syatariah,tradisi Basapa

Padangpariaman Benahi makam Syekh Burhanuddin jadi lokasi wisata religi Sumbar

Wakil Bupati Padang Pariaman, Sumbar Suhatri Bur. (ANTARA/ Aadiyat M.S)

Padang Pariaman, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat membenahi kawasan cagar budaya makam Syekh Burhanuddin yang akan dijadikan lokasi wisata religi dengan dana sebesar Rp120 miliar dari APBN.

"Ini merupakan kelanjutan pembangunan masjid dan makam Syekh Burhanuddin termasuk empat titik lain dari 12 titik yang akan dikerjakan," kata Wakil Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur di Parit Malintang, Sabtu.

Ia menyebutkan pembangunan yang dilakukan di empat titik itu untuk melanjutkan pembangunan mushala, pagar, makam, dan relokasi lokasi kuliner hingga berikutnya renovasi permukiman, kantor wali nagari, dan sekolah dasar.

Ia mengatakan, pemerintah pusat meminta agar administrasi terkait pembenahan tersebut selesai sebelum lebaran sehingga bisa segera masuk dalam masa tender.

"Hingga saat ini kami telah berkoordinasi dengan pemangku kepentingan di makam Syekh Burhanuddin dan mereka mendukung," katanya.

Ia menyebutkan tinggal tiga titik lagi yang harus dinegosiasikan dan pihaknya berharap proses tersebut dapat diselesaikan.

Pihaknya menyampaikan rencana induk pengembangan kawasan cagar budaya makam Syekh Burhanuddin tersebut telah selesai pada 2016 dan diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah itu.

"Yang penting sekarang bagaimana kami menyelesaikan administrasinya dulu," ujarnya.

Sebelumnya Dinas Pariwisata Sumbar akan menjadikan tradisi Basapa yang biasa dilakukan oleh jamaah Syatariah di kawasan cagar budaya makam Syekh Burhanuddin sebagai kegiatan wisata religi.

Kepala Seksi Promosi Konvensi Insentif Event dan Minat Khusus Dinas Pariwisata Sumbar Riza Chandra mengatakan, pihaknya telah meninjau beberapa daerah dan ‘Basapa’ memiliki potensi untuk dijadikan wisata religi.

“Jatuhnya pilihan pada "Basapa" karena tradisi tersebut memiliki potensi yang tidak ada di daerah lain sehingga diperlukan usaha agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal,” katanya.*