Produksi sereh wangi di Solok pada 2018 meningkat

id Atsiri

Produksi sereh wangi di Solok pada 2018 meningkat

Proses pengolahan minyak atsiri. (ANTARA SUMBAR/Tri Asmaini) (ANTARA SUMBAR/Tri Asmaini/)

Solok, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kota (Pemkot) Solok, Sumatera Barat menyebutkan produksi sereh wangi penghasil minyak atsiri pada 2018 sebesar 103 ton atau meningkat 19 ton dari produksi daun basah 2017.

"Produksi daun basah sereh wangi pada 2017 hanya 84 ton dengan luas lahan mencapai 21, 5 hektare, sedangkan lahan pada 2018 mencapai 40, 2 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Ikhvan Marosa di Solok, Minggu.

Minyak atsiri masih menjadi komoditas unggulan kota itu pada 2019 selain beras Solok.

Ia menyebutkan bahan baku minyak atsiri seperti sereh wangi banyak diproduksi dari pusat penanaman di kelurahan VI Suku, Kecamatan Lubuk Sikarah dan kelurahan Kampung Jawa, dan Laing Kecamatan Tanjung Harapan.

Sedangkan daun Nilam di Payo karena membutuhkan daerah yang dingin dan tanah yang subur.

"Kami mencoba menanam nilam tapi petani belum cukup maksimal untuk budidayanya," ujarnya.

Pihaknya juga sudah membentuk lima kelompok tani dalam pengembangan tanaman atsiri. Kelima kelompok itu Kalumpang Saiyo di IV Suku, Sarang Alang dan Damar Jaya di kelurahan Laing, Talago Ampo di Kampung Jawa, dan Agribisnis dari Aro.

Tanaman atsiri sangat dibutuhkan dan dapat diolah menjadi berbagai produk untuk sabun, sariwangi, minyak daun cengkih, dan kenanga bahan pembuatan parfum, minyak aromatik, dan minyak urut yang dapat meningkatkan peredaran darah, sebutnya.

Dalam farmasi, lanjutnya, tanaman penghasil minyak atsiri seperti sereh wangi dapat dibuat dalam penghematan BBM, tetapi belum ada pengelolaannya di Solok.

Pada 2018 pihaknya fokus membina petani untuk pemeliharaan tanaman dan pengoperasian alat penyulingan, sedang pada 2017 sudah membantu pemberian bibit kepada petani.

Dalam penyebaran penjualan, minyak atsiri baru dikirim ke kawasan Pondok, Padang untuk diambil eksportir ke Tiongkok dan Eropa.

Hal ini, imbuhnya karena petani masih memiliki keterbatasan dalam pengelolaan sehingga yang dikirim baru berupa sabun, minyak, dan dalam keadaan bahan baku mentah. Walau sekarang sudah mulai ada penjualan online, tapi masih terbatas.

"Walaupun lahan tanaman atsiri belum begitu luas di Solok, apalagi nilam baru dicobakan ditanam seluas dua hektar, tapi kita optimistis minyak atsiri dari Solok akan semakin berkembang dan dikenal," katanya.***