Ini rencana aksi percepatan pemulihan pariwisata Selat Sunda pascatsunami

id Guntur Sakti

Ini rencana aksi percepatan pemulihan pariwisata Selat Sunda pascatsunami

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti. (cc)

Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bersama instansi terkait dan pemangku kepentingan pariwisata menyiapkan sejumlah rencana aksi untuk mempercepat pemulihan pariwisata Banten dan Lampung pasca-tsunami Selat Sunda.

Kepala Biro Komunikasi Publik Kemenpar Guntur Sakti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, mengatakan masing-masing deputi di Kemenpar telah menyiapkan rencana aksi pemulihan dan akan dikoodinasikan dengan instansi terkait dan pelaku bisnis pariwisata.

"Rencana aksi ini akan dikoordinasikan dalam Rakor Strategi Pemulihan Sektor Pariwisata Pasca-tsunami Selat Sunda di Hotel Marbella Anyer pada Jumat 11 Januari 2019 dan dibuka oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya," kata Guntur Sakti.

Rencana aksi akan difokuskan untuk pemulihan sumber daya manusia (SDM) dan Kelembagaan kepariwisataan, strategi promosi destinasi pariwisata yang tidak terkena dampak, serta pemulihan destinasi pariwisata yang terdampak. Pihaknya memproyeksikan aksi pemulihan akan berlangsung dalam tiga bulan (11 Januari-12 April 2019) kemudian dilanjutkan dengan program normalisasi pada 9 bulan (12 April hingga 31 Desember 2019) ke depan.

Guntur Sakti yang juga sebagai Ketua Tim Crisis Center menjelaskan semua rencana aksi untuk mempercepat pemulihan pariwisata pasca-tsunami Selat Sunda akan dibahas dan dikordinasikan bersama-sama dengan Pemda Banten dan Lampung serta instansi terkait lainnya, termasuk usulan dari industri pariwisata di kedua wilayah yang terkena dampak.

"Di antara rencana aksi pemulihan tersebut perlu ada relaksasi bagi industri pariwisata. Menpar Arief Yahya telah mengusulkan kepada Otoritas Jasa Keuanangan dan pihak terkait untuk memberi relaksasi di bidang keuangan termasuk cicilan ke bank. Ini sebagai salah satu aksi yang juga dilakukan di Bali dan Lombok ketika terkena musibah bencana gempa beberapa waktu lalu," kata Guntur Sakti.

Sementara itu M. Ichsanuddin, Deputi Komisioner OJK Bidang Industri Keuangan dan Non Bank (IKNB) II menjelaskan OJK tengah mempertimbangkan kebijakan keringanan bagi para debitur terdampak bencana tsunami Selat Sunda.

"Kemungkinan ada relaksasi. Kalau di perusahaan pembiayaan tempat kami biasanya relaksasi itu di antaranya untuk angsuran jangan ada denda dulu yang berlangsung 3 hingga 24 bulan," kata M. Ichsanuddin.

Ichsanuddin mengatakan kebijakan pemberian perlakuan khusus tersebut sebelumnya telah diterapkan terhadap kredit dan pembiayaan syariah perbankan, debitur, atau proyek yang berada di lokasi bencana alam gempa di Palu, Sulteng.

OJK telah berkoordinasi dengan Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) untuk melakukan pendataan terdapat perusahaan pembiayaan yang terkena dampak bencana tsunami Selat Sunda.

Menurut data APPI per 28 Desember 2018 ada sebanyak 15.222 debitur dengan potensi kerugian sebesar Rp707,86 miliar atau sebesar 23,81 persen dari total piutang pembiayaan di wilayah Kabupaten Serang, Pandeglang, Lampung Selatan, Tenggamus dan Pesawaran. "Pada umumnya kerugian itu pada aset kendaraan," kata M. Ichsanuddin.

Ichsanuddin menjelaskan musibah tsunami Selat Sunda di Banten mempunyai potensi klaim asuransi sebesar Rp15,9 triliun, namun seberapa besar yang dapat direalisasikan masih dikaji oleh OJK.

"Pengalaman selama ini dari 10 daerah terkena bencana di Tanah Air, klaim aruansi terbesar terjadi di Padang mencapai 78,3 persen dari Rp 1,4 triliun terealisasi Rp 1,2 triliun dan Aceh sebesar 77 persen dari Rp950 miliar terealiasi Rp 746 miliar," katanya.

Puluhan Kegiatan

Dalam masa pemulihan, Kemenpar menyiapkan 23 kegiatan yang berlangsung di dalam negeri dan mancanegara (20 kegiatan di Tanah Air dan 3 kegiatan di Malaysia).

"Kita menyiapkan sejumlah aksi dalam mendukung strategi promosi destinasi pariwisata yang tidak terkena dampak tsunami Selat Sunda yang terbagi dalam 23 kegiatan," kata Adella Raung Asdep Pengembangan Pemasaran I Regional II Kemenpar.

Adella Raung menjelaskan fokus pada pemulihan destinasi tidak terdampak di Banten dan Lampung Selatan tersebut dalam upaya menumbuhkan kepercayaan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) untuk berkunjung ke pesisir Pantai Selat Sunda.

"Kami akan menggunakan strategi BAS (Branding, Advertising, dan Selling. Di antaranya melakukan Branding #ExcitingBanten #TheTreasureOfSUmatra, Advertising di seluruh platform media serta merchandise (bahwa tidak semua area Banten dan Lampung terdampak), serta selling di event pariwisata, famtrip, dan roadshow penjualan pariwisata," kata Adela Raung.

Sekjen PHRI Kosmian Pudjiadi mengatakan strategi promosi pada destinasi pariwisata yang tidak terkena dampak akan mempercepat pemulihan pariwisata Banten.

"Anyer sebagai destinasi yang tidak terkena dampak harus gencar dipromosikan kembali untuk memulihkan kepercayaan wisatawan terhadap pariwisata pantai di Banten," kata Kosmian Pudjiadi.

Hal senada juga disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Neng Nurcahyati dan Kadis Pariwisata Lampung Budi Harto bahwa Carita dan Anyer merupakan ikon pariwisata Banten harus segera dipulihkan kembali.

"Kedua daerah wisata ini tidak terkena dampak tsunami," kata Neng Nurcahyati.

Sementara itu dalam upaya mempercepat pemulihan pariwisata Banten dan Lampung, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono menegaskan, kepeceryaan kepada wisatawan harus ditingkatkan antara lain dengan memberikan informasi mitigasi bencana lebih cepat dan akurat.

"Dalam upaya memberikan informasi yang cepat dan akurat BMKG telah memasang early warning water level di perairan Banten dan Lampung Selatan, memasang 4 alat simograf di sekitar Gunung Krakatau, serta radar di pesisir pantai. Peralatan modern ini akan memberikan informasi lebih cepat dan akurat untuk disampaikan kepada masyarakat maupun industri pariwisata," kata Rahmat Triyono. (*)